E. Daun Murbei
Gambar 3. Daun Murbei
Keng 1969 menyebutkan klasifikasi tanaman murbei adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledone
Ordo : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Morus
Species : Morus sp.
Kandungan protein kasar daun murbei Morus alba L. 22-23 lebih tinggi dibandingkan tanaman hijau lainnya seperti rumput raja 8,2, star grass
8,9 serta rumput gajah yang hanya mengandung 9 protein Boschini, 2002. Kandungan lain yang terdapat dalam daun murbei adalah asam amino, vitamin A,
vitamin B, vitamin C, karoten, asam folat dan mineral. Komposisi nutrien yang
lengkap serta produksi yang tinggi menjadikan tanaman murbei potensial dijadikan bahan pakan ternak Parakkasi, 1999. Daun murbei juga disebutkan
memiliki kandungan fitokimia berupa saponin, fenol, alkaloid, flavonoid, tanin, oksalat, serta penghambat tripsin Omidiran, Baiyewu, Ademola, Fakorede,
Toyinbo, Adewumi, dan Adekule, 2012.
F. Effective Microorganism-4 EM-4
Gambar 4. Effective Microorganism-4
Konsep dan teknologi EM-4 dalam bidang pertanian telah diterapkan oleh petani organik di Jepang. EM-4 dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan
cara: 1. Melarutkan kandungan unsur hara dari batuan induk yang kelarutannya
rendah, misalnya batuan fosfat. 2. Mereaksikan logam-logam berat dari senyawa-senyawa untuk menghambat
penyerapan logam berat oleh pertukaran tanaman. 3. Menyediakan molekul-molekul organik sederhana agar dapat diserap langsung
oleh tanaman, misalnya asam amino. 4. Menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
5. Memacu pertumbuhan tanaman dengan cara mengeluarkan zat pengatur tumbuh.
6. Memperbaiki dekomposisi bahan organik, residu tanaman serta memperbaiki ulang unsur hara.
Apabila seluruh pengaruh yang menguntungkan tersebut bekerja secara sinergis, maka tanaman dapat tumbuh dengan optimal walaupun tanpa menggunakan
pupuk dan pestisida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EM-4 dapat memfermentasikan bahan organik yang terdapat dalam tanah dengan melepaskan
hasil fermentasi berupa alkohol, gula, vitamin, asam amino dan senyawa organik lainnnya. Menurut Wididana dan Higa 1996, jenis mikroorganisme yang
terkandung dalam EM-4 adalah genus Lactobacillus bakteri asam laktat serta sejumlah bakteri fotosintetik, streptomyces dan ragi.
Penggunaan Lactobacillus bakteri asam laktat saat ini mulai dikembangkan untuk menghilangkan logam berat yang ada pada lingkungan.
Penggunaan Lactobacillus sebagai penjerap alami logam berat dinilai memberikan hasil performa yang lebih baik, selain itu murah serta tersedia dalam jumlah
banyak. Sebenarnya proses penghilangan logam berat pada lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode yang sudah ada, yaitu dengan
presipitasi, flokulasi, ion exchange dan filtrasi membran, namun harganya yang relatif mahal serta tidak efektif apabila digunakan untuk menghilangkan logam
dalam konsentrasi kecil dan meninggalkan sisa yang harus dibuang Rayes, 2012. Lactobacillus menghasilkan exopolysaccharide EPS yang dapat
digunakan sebagai penjerap logam berat karena permukaannnya yang luas.
Penyerapan logam berat oleh exopolysaccharide EPS menunjukkan interaksi antara kation logam yang dijerap dengan muatan negatif yang ada pada
exopolysaccharide EPS Perez, Ribera, Quesada, Aguilera, Cormenzana, Sanchez, 2008. Exopolysaccharide EPS terdiri dari beberapa gugus seperti
karboksil, hidroksil dan gugus fosfat. Oleh sebab itu, bakteri asam laktat dapat membentuk ligan yang terjadi karena ikatan dengan kationik seperti kadmium
Cd dan timbal Pb Halttunen, Salminen, dan Tahvonen, 2006. Dengan demikian, timbal Pb yang disemprotkan pada daun murbei diperkirakan dapat
berpindah dari daun kedalam cairan pemfermentasi.
G. Analisis Kandungan Timbal Pb dalam Daun
1. Destruksi
Jaringan hewan serta tanaman, cairan biologis, dan komponen organik biasanya diuraikan dengan destruksi basah, baik menggunakan asam tunggal
maupun campuran asam atau dengan pengabuan kering pada temperatur tinggi 400-700 C° pada tungku api. Hasil dari proses destruksi basah yang dilakukan
pada suatu senyawa adalah karbon dioksida, air, dan zat lain yang mudah menguap, yang akan didorong keluar, meninggalkan garam atau asam dari
konstituen inorganik. Christian, 2004. a. Dry ashing Destruksi kering
Destruksi kering merupakan destruksi dari matriks sampel tanpa menggunakan pelarut. Destruksi kering memberikan keuntungan lebih dibanding
destruksi microwave yaitu dapat menggunakan sampel dalam jumlah banyak.
Namun destruksi kering ini juga memiliki kekurangan yaitu terdapat kemungkinan kehilangan sampel logam yang dapat terjadi baik karena penguapan
maupun terjadi penyerapan absorpsi sampel oleh wadah Cantle, 1982. b. Wet ashing Destruksi Basah
Destruksi basah dengan menggunakan campuran dari asam nitrat dan asam sulfat adalah prosedur oksidasi yang paling sering dipakai. Biasanya
sejumlah kecil dari asam sulfat digunakan dengan volume asam nitrat yang lebih besar 20-30 mL. Destruksi basah biasanya dilakukan dengan labu Kjehdahl.
Asam nitrat menghancurkan zat organik, tetapi tidak cukup panas untuk menghancurkan semuanya. Asam nitrat akan menguraikan sebagian besar materi
organik namun tidak mencapai suhu yang cukup untuk merusak semua materi organik karena terlebih dahulu menguap dan yang tertinggal adalah asam sulfat.
Saat asam nitrat mulai menguap, asam sulfat masih akan tersisa didalam erlenmeyer kemudian asap tebal SO
3
akan mulai terbentuk dan memenuhi erlenmeyer. Asam sulfat akan menguraikan bahan organik yang tersisa di dalam
erlenmeyer tersebut. Destruksi dilanjutkan sampai cairan jernih Christian, 2004.
H. Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer serapan atom SSA merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk analisis logam dan mineral, secara kualitatif
dan kuantitatif. Dalam spektrofotometer serapan atom, sumber garis-garis spektrum untuk eksitasi atom adalah hollow cathode lamp lampu katoda
berongga. Lampu katoda berongga memiliki garis spektrum yang spesifik untuk