37
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah dan Letak Geografis Kampoeng Batik Laweyan
Kampoeng Batik Laweyan merupakan salah satu destinasi wisata budaya yang terletak di Kota Solo. Selain terkenal dengan produk-produk
batiknya, Kampoeng Batik Laweyan juga terkenal akan warisan budayanya. Tidak hanya sebagai tujuan wisata saja, tetapi Kampoeng Batik Laweyan
Solo juga menyimpan banyak sejarah, khusunya sejarah perkembangan batik di Indonesia. Desa Laweyan kini Kampoeng Batik Laweyan sudah ada sejak
munculnya Kerajaan Pajang 1546 M. Awalnya, Pasar Laweyan merupakan Pasar Lawe atau pasar bahan baku
tenun yang sangat ramai. Batik mulai dikenal pada zaman Kerajaan Pajang yang dipelopori oleh Kyai Ageng Henis pada awal abad ke 16. Semasa
pemerintahan Sultan Hadiwijaya atau kerap kali dikenal sebagai Joko Tingkir, para pengrajin batik di daerah tersebut mulai memproduksi batik
dengan teknik batik tulis dan menggunakan pewarna alami yang berasal dari akar-akaran dan tanaman sebagai pewarnanya.
Eksistensi batik di Indonesia membuat industri batik mengalami perkembangan yang pesat. Permintaan akan batik yang kian bertambah
memacu para pengrajin batik untuk berinovasi dan menemukan gagasan- gagasan baru dalam industri ini. Teknik batik yang awalnya hanya terbatas
pada teknik batik tulis saja, kini sudah mengalami perkembangan. Selain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38 teknik batik tulis, ada juga teknik batik cap, teknik batik smok, dan teknik
batik
printing
. Pewarnaan batik yang dulunya hanya dengan pewarna alami saja, kini sudah berkembang dengan adanya pewarna kimia. Pewarna kimia
tentunya digunakan industri batik untuk menekan
cost
produksi batik. Kehidupan kampung batik ini selalu diiringi dengan keadaan politik
nusantara. Sekitar tahun 1911, Serikat Dagang Islam SDI dibentuk oleh Kyai Haji Samanhudi di Kampung Laweyan. Dengan terbentuknya SDI,
dalam bidang ekonomi, para saudagar batik Laweyan merintis pergerakan koperasi dengan didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera
Soerakarta” pada tahun 1935. Masa ini merupakan masa kejayaan batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo. Misalnya saja pada masa itu, di Kampoeng
Batik Laweyan terdapat seorang tokoh juragan batik yang sukses yaitu Tjokrosoemarto. Industri yang dijalankan oleh Tjokrosoemarto telah
menghasilkan omzet dalam jumlah besar dan pemasarannya tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga mencakup pemasaran ke manca negara. Beliau
merupakan produsen batik yang melakukan ekspor batik pertama di Indonesia. Sisa-sisa kejayaan Kampoeng Batik Laweyan dapat dilihat dari
bangunan-bangunan rumah kuno yang berarsitektur Jawa dan Eropa. Kawasan batik yang berdiri di lahan seluas lebih dari 24 hektar yang
terdiri dari 3 blok ini terletak di sebelah barat Kota Solo. Hasil wawancara dengan yang dilakukan dengan Bapak Arif selaku pengurus Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan FPKBL menunjukkan bahwa batas utara Kampoeng Batik Laweyan adalah Kelurahan Banaran, batas
39 selatan yaitu Kabupaten Sukoharjo, dan batas timur adalah Kelurahan Bumi.
Wilayah Kampoeng Batik Laweyan meliputi Kelurahan Laweyan sebagai wilayah inti dan Kelurahan Bumi, Purwosari, Sondakan, dan Pajang sebagai
wilayah pengembangan. Eksistensi Kampoeng Batik Laweyan yang sudah ada sejak zaman
Kerajaan Pajang sampai sekarang tak lepas dari ketekunan masyarakat Laweyan yang turut serta secara aktif dalam menjaga warisan budaya ini.
Masyarakat Laweyan menganggap batik tidak hanya terbatas pada motif saja, tetapi batik juga memiliki arti atau nilai disetiap motifnya. Selain itu,
Kampoeng Batik Laweyan memiliki paguyuban yang turut menjaga dan mengembangkan kelestarian kawasan ini. Peran yang besar dari masyarakat
dan paguyuban Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan menjadikan kawasan batik ini sebagai sentra batik dan destinasi wisata
budaya di Kota Solo.
B. Tujuan, Visi, dan Misi Kampoeng Batik Laweyan