16 pemasaran produk, serta aksesibilitas kebijakan untuk memperoleh
dukungan politik dari pemerintah dan tokoh –tokoh masyarakat.
Dalam teori ini, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada pemilik modal saja
shareholder
, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan
stakeholder
baik
stakeholder
internal maupun eksternal Heryani dan Zunaidah, 2013.
Stakeholder
internal meliputi pemilik, karyawan, pelanggan dan pemasok, sedangkan
stakeholder
eksternal meliputi masyarakat dan pemerintah. Menurut Mardikanto 2014, teori
stakeholder
memberikan beberapa manfaat, yaitu :
a. Organisasi dapat menggunakan CSR sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan
stakeholder
. b.
Pendekatan
stakeholder
memungkinkan perusahaan
untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, sementara juga
meningkatkan total nilai tambah. c.
Kemampuan manajemen pemangku kepentingan akan terkait secara positif dengan pengembangan strategi lingkungan yang proaktif oleh
UKM.
C. Pembangunan Berkelanjutan
Sustainability Development
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU PPLH, pembangunan berkelanjutan
adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan. Konsep pembangunan berkelanjutan mengintegrasi masalah lingkungan, sosial dan ekonomi.
Sementara, Budimanta 2005 dalam Mardikanto 2014:15 mendefinisikan pembangunan berkelanjuatan sebagai suatu cara pandang
mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan
umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan memanfaatkannya. Program CSR
merupakan salah satu bentuk investasi industri untuk pembangunan berkelanjutan.
D. UMKM Usaha Menengah, Kecil, Mikro
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Bab I Ketentuan
Umum Pasal 1 dari UU tersebut, dinyatakan bahwa: a.
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. b.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
18 merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah dinyatakan sebagai berikut: a.
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: 1.
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau 2.
memiliki hasil
penjualan tahunan
paling banyak
Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. b.
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19 1.
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00
lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah.
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 lima
ratus juta
rupiah sampai
dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2.
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.
E. Kinerja