Bidang Usaha Kampoeng Batik Laweyan Karakteristik Responden Penelitian

41 5. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai pusat penelitian dan pengembangan industri batik 6. Mewujudkan kawasan Sapta Pesona Pariwisata

C. Struktur Organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

FPKBL Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam sebuah organisasi. Dalam struktur organisasi garis komando, tugas, wewenang, dan tanggung jawab digambarkan secara jelas. Struktur organisasi dapat berjalan dengan baik apabila pelaku organisasi melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai dengan posisinya. Dalam kepengurusan FPKBL, terdapat suatu struktur organisasi. FPKBL dipimpin oleh ketua forum, wakil ketua, dua orang sekretaris, dua orang bendahara, dan lima orang ketua bidang. Organisasi ini memiliki lima bidang kerja, yaitu bidang industri, bidang teknologi dan informasi, bidang pariwisata, bidang Penelitian dan Pengembangan Litbang, dan bidang Batik Development Center BDC. Kepengurusan FPKBL memiliki masa jabatan 5 tahun dan dalam pemilihan pengurus akan dilakukan Rembug Kampoeng Batik Laweyan atau Rapat Luar Biasa. Hak dan kewajiban dari pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ART.

D. Bidang Usaha Kampoeng Batik Laweyan

Kampoeng Batik Laweyan merupakan sentra industri batik. Mulai dari batik tulis, batik cap, batik lukis, batik abstrak, hingga batik printing. Batik 42 yang diproduksi dapat berupa kain, pakaian, tas, dompet, sepatu, dan aksesoris seperti kalung. Data yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan salah satu pengurus FPKBL, Bapak Arif Budiman Effendi, menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 80 UMKM yang ada di kawasan batik ini, baik yang berproduksi maupun showroom . Kampoeng Batik Laweyan sebagai kawasan batik memiliki dua motif batik khas. Motif khas yang dimiliki Kampoeng Batik Laweyan adalah jarik motif Tirto Tejo dan motif Truntum. Walaupun memiliki dua motif khas, tetapi UMKM-UMKM batik juga memiliki motif khas tersendiri. Keunikan inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan dan juga pembeli lokal. Gambar 4.1 Batik Motif Tirto Tedjo Sumber: http:www.barangtempodoeloe.com201309kain-batik-1913.html Gambar 4.2 Batik Motif Truntum Sumber: http:batik-tulis.comblogbatik-solo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Penelitian

Total UMKM yang memproduksi batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo berjumlah 34 UMKM. Dari 34 UMKM terdapat 7 UMKM yang tidak bersedia untuk dijadikan responden karena tidak menerima penelitian sehingga kuesioner dibagikan kepada 26 UMKM. Dari total 26 kuesioner yang dibagikan, hanya 20 kuesioner yang memenuhi kebutuhan data dari penulis dan dapat dianalisis. Sementara, 6 kuesioner lainnya tidak diisi dengan lengkap karena adanya kerahasiaan data dari UMKM yang tidak boleh diketahui pihak luar. Data mengenai karakteristik responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara adalah sebagai berikut: 1. Status UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo Data yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa semua UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo yang menjadi responden berstatus perusahaan perseorangan. 2. Lama Usaha UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo Data responden berdasarkan lama usaha UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Tabel 5.1. Lama Usaha UMKM Batik No Usia UMKM Batik tahun Frekuensi Persentase 1 3-12 8 40 2 13-22 6 30 3 23-32 3 15 4 33-42 2 10 5 43-52 1 5 Total 20 100 Tabel 5.1 menunjukkan lama usaha UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo. Pada rentang 3-12 tahun, terdapat 1 UMKM yang telah melakukan kegiatan usahanya selama 3 tahun. Sementara, pada rentang 43-52 tahun terdapat 1 UMKM yang telah melakukan kegiatan usahanya selama 46 tahun. Banyak UMKM pada rentang 3-12 tahun. 3. Jenis Kelamin Responden Tabel 5.2. menunjukkan jenis kelamin dari pemilik UMKM yang menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut tabel mengenai jenis kelamin responden: Tabel 5.2. Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 Laki-laki 14 70 2 Perempuan 6 30 Total 20 100 Berdasarkan tabel di atas sebanyak 70 responden adalah laki- laki. Hal ini karena sebagian besar laki-laki di UMKM batik lebih mengetahui secara detail mengenai teknik produksi dan pemasaran batik. 4. Usia Responden Tabel 5.3 menunjukkan deskripsi responden berdasarkan usia dari responden. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa usia responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 termuda adalah 24 tahun dan usia responden tertua adalah 63 tahun. Berikut tabel usia pemilik yang menjadi responden dalam penelitian: Tabel 5.3. Responden Berdasarkan Usia Responden No Usia Pemilik UMKM Batik Frekuensi Persentase 1 24-33 2 10 2 34-43 7 35 3 44-53 5 25 4 54-63 6 30 Total 20 100 Berdasarkan tabel distribusi usia, menunjukkan bahwa semua pemilik UMKM berada di usia produktif. Menurut website resmi dari Badan Pusat Statistik BPS, usia produktif adalah penduduk dengan usia antara 15-64 tahun. Tabel 5.3 menunjukkan sebanyak 35 pemilik berada di usia 34-43 tahun. Pemilik UMKM dalam usia yang produktif merupakan kekuatan bagi keberlanjutan usaha. Hal ini karena pada usia tersebut, pemilik UMKM memiliki pengalaman yang matang dalam bisnis batik dan jaringan pemasaran yang luas. 5. Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Utama Responden Data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4. Pendidikan Terakhir Responden No Pendidikan Terakhir Pemilik UMKM Batik Frekuensi Persentase 1 SMP 3 15 2 SMASMK 9 45 3 D-II 1 5 4 D-III 1 5 5 S-I 4 20 6 S-II 2 10 Total 20 100 46 Tabel distribusi di atas menunjukkan bahwa sebanyak 45 pendidikan terakhir dari pemilik UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian adalah tamatan SMASMK. Artinya tingkat pendidikan bukan merupakan kunci dalam menjalankan usaha batik, melainkan keterampilan dan kreativitas dalam memproduksi batik. Penyebaran kuesioner dan wawancara juga menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden memiliki pekerjaan utama sebagai wirausaha batik. Sementara, 1 responden memiliki pekerjaan utama sebagai dosen dan usaha batik yang dijalankan merupakan usaha sampingan dari pemilik. Hal ini menunjukkan bahwa usaha batik yang dijalankan oleh pemilik UMKM merupakan sumber penghasilan utama bagi pemilik UMKM tersebut. 6. Jumlah Tenaga Kerja UMKM Batik Tabel 5.5 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut tabel jumlah tenaga kerja di UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo: Tabel 5.5. Jumlah Tenaga Kerja UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo No Jumlah Tenaga Kerja Frekuensi Persentase 1 3-12 9 45 2 13-22 8 40 3 23-32 2 10 4 33-42 1 5 Total 20 100 Tabel distribusi menunjukkan bahwa sebanyak 45 UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo memiliki tenaga kerja dengan jumlah 3 sampai 12 orang. Data kuesioner menunjukkan bahwa UMKM paling PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 sedikit memiliki 3 tenaga kerja dan paling banyak memiliki 35 tenaga kerja. Status tenaga kerja di UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo adalah tetap dan lepas. Semua UMKM batik yang menjadi responden memiliki tenaga kerja yang berasal dari lokasi sekitar UMKM.

B. Hasil Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Padaperusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010)

1 67 129

Pengaruh Sikap Konsumen dalam Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Air Mineral Merek Aqua (Studi Kasus Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

2 47 121

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace dan profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variable Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 121

Persepsi pelaku UMKM dalam penerapan konsep Akuntansi akrual berdasarkan SAK ETAP (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo).

0 2 112

Analisis penerapan corporate social responsibility dan hambatan penerapan corporate social responsibility pada UMKM Batik (studi kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul).

1 5 164

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam menunjang kinerja UMKM (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo).

3 28 120

Persepsi pelaku UMKM dalam penerapan konsep Akuntansi akrual berdasarkan SAK ETAP (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

3 9 110