Hasil Analisis Data Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam menunjang kinerja UMKM (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

47 sedikit memiliki 3 tenaga kerja dan paling banyak memiliki 35 tenaga kerja. Status tenaga kerja di UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo adalah tetap dan lepas. Semua UMKM batik yang menjadi responden memiliki tenaga kerja yang berasal dari lokasi sekitar UMKM.

B. Hasil Analisis Data

Analisis data untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dengan menggunakan deskriptif kualitatif dan analisis crosstabulation dengan program statistik SPSS 16. Penulis menyebarkan kuesioner kepada responden berkaitan dengan implementasi Corporate Social Responsibility CSR untuk mengetahui sejauh mana pemilik UMKM batik telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaannya. 1. Implementasi CSR UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo Kuesioner yang dibuat dengan 37 pernyataan ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial yang hanya tercakup pada dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Pada tabel 5.6 menunjukkan indeks CSR CSRi dari setiap responden dalam penelitian ini. Berikut tabel CSRi setiap responden: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Tabel 5.6. Corporate Social Responsibility Index CSRi No Nama Usaha Ya Tidak CSRi 1 Batik Sherlyta Ayu 35 2 0,95 2 Batik Herdea 35 2 0,95 3 Batik Puspita Mekar 34 3 0,92 4 Batik Loring Pasar 32 5 0,86 5 Batik Uni 32 5 0,86 6 Batik Puspa Kencana 31 6 0,84 7 Batik Widya Kencana 30 7 0,81 8 Batik Oguud 29 8 0,78 9 Batik Purworaharjo 29 8 0,78 10 Batik Mahkota 29 8 0,78 11 Batik Fantri 29 8 0,78 12 Batik Jova 27 10 0,73 13 Batik Pandono 27 10 0,73 14 Batik Hayuningrum 26 11 0,70 15 Batik Nurma 26 11 0,70 16 Batik Ratnasari 25 12 0,68 17 Batik Estu Mulya 23 14 0,62 18 Batik Truntum 23 14 0,62 19 Batik Setya 23 14 0,62 20 Batik Tritunggal 21 16 0,57 Total 566 174 15,30 Rata-rata 28,3 8,7 0,76 Sumber: Data primer diolah Keterangan: Ya : Pernyataan CSR yang dilakukan oleh responden Tidak : Pernyataan CSR yang tidak dilakukan oleh responden Tabel 5.6 menunjukkan CSRi dari setiap UMKM. Indeks CSR CSRi digunakan untuk mengetahui sejauh mana UMKM batik melakukan implementasi program CSR. Tabel tersebut memuat kolom untuk jawaban “ya” dan jawaban “tidak”. Kolom jawaban “ya” memiliki arti berapa banyak item pernyataan CSR yang telah dilakukan oleh pemilik UMKM. Sementara, untuk kolom jawaban “tidak” memiliki arti 49 berapa banyak item pernyataan CSR yang tidak dilakukan oleh pemilik UMKM. Pada tabel 5.6 dapat dilihat rata-rata CSRi dari UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini sebesar 0,76. Rata-rata CSRi digunakan oleh penulis untuk mengetahui tingkatan atau kategori pada CSRi. Apabila UMKM batik yang menjadi responden penelitian memiliki CSRi di atas rata-rata, maka CSRi dari UMKM tersebut tinggi. Sementara, untuk UMKM dengan CSRi di bawah rata-rata, maka UMKM tersebut memiliki CSRi yang rendah. Tabel 5.6 menunjukkan CSRi yang paling banyak sebesar 0,78. Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa UMKM batik yang memiliki CSRi tertinggi sebanyak 2 UMKM, dengan CSRi sebesar 0,95, yaitu Batik Sherlyta Ayu dan Batik Herdea. Ini berarti kedua UMKM batik tersebut sudah melakukan hampir semua item pernyataan CSR dan memiliki kesadaran bahwa CSR merupakan hal penting untuk dilakukan dan memberikan dampak atau manfaat bagi UMKM dan bagi sesama. Kedua responden pemilik UMKM Batik Sherlyta Ayu dan Batik Herdea mengatakan bahwa manfaat CSR adalah tenaga kerja menjadi loyal terhadap UMKM dan terjaganya lingkungan sekitar produksi dari pencemaran limbah. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan terhadap tenaga kerja merupakan hal yang penting untuk dilakukan dan merupakan kewajiban bagi pemilik UMKM untuk melakukannya. Kedua responden merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 bahwa kehidupan usaha yang mereka jalankan tentunya memerlukan bantuan dan kerja sama dari lingkungan sekitar dan dari tenaga kerja. Selanjutnya, Batik Puspita Mekar, Batik Uni, Batik Loring Pasar, Batik Puspa Kencana, Batik Widya Kencana, Batik Oguud, Batik Purworaharjo, Batik Mahkota, dan Batik Fantri memiliki CSRi yang tinggi. Ini berarti UMKM-UMKM batik tersebut sudah melakukan sebagian besar program CSR, meskipun terdapat beberapa item CSR yang tidak dilakukan. Hal ini memiliki arti bahwa responden memiliki kesadaran bahwa implementasi CSR penting untuk dilakukan, meskipun UMKM batik belum optimal dalam mengimplementasikan program CSR karena masih terdapat beberapa item pernyataan CSR yang belum dilakukan. Responden mengatakan terdapat manfaat dari implementasi CSR yaitu, berkurangnya jumlah pengangguran di sekitar lokasi produksi, tenaga kerja semakin loyal dan semangat dalam bekerja, dan terjalin hubungan baik antara UMKM dengan lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan juga dengan tenaga kerja UMKM yang merupakan masyarakat sekitar lokasi produksi. Wawancara dengan responden menunjukkan semua responden yang memiliki tingkat CSRi tinggi memberikan jawaban bahwa tanggung jawab sosial penting untuk dilakukan. Tetapi, terdapat beberapa item CSR yang tidak dilakukan oleh UMKM batik dikarenakan responden kurang memiliki waktu untuk melakukan tanggung jawab sosialnya sehingga beberapa item CSR tidak dapat dilakukan. Misalnya, untuk 51 kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja dengan item pernyataan memiliki jam pelatihan pekerja dan item pernyataan adanya pelatihan bagi setiap karyawan. Kedua item pernyataan CSR ini paling banyak tidak dilakukan karena responden atau pemilik UMKM batik tidak pernah memiliki waktu untuk memberikan pelatihan bagi tenaga kerjanya. Sementara, untuk Batik Jova, Batik Pandono, Batik Hayuningrum, Batik Nurma, Batik Ratnasari, Batik Estu Mulya, Batik Truntum, dan Batik Setya memiliki CSRi rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa ke-8 responden tersebut memiliki CSRi di bawah rata-rata meskipun beberapa item pernyataan CSR telah dilakukan. Hal ini memiliki arti bahwa responden memiliki kesadaran mengenai pentingnya implementasi program CSR tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang menyebabkan implementasi CSR belum dapat dilakukan dengan baik. Temuan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang menunjukkan responden yang memiliki tingkat CSRi rendah mengatakan terdapat beberapa kendala dalam implementasi CSR. Kendala yang dihadapi oleh responden yaitu, kurangnya waktu untuk melakukan tanggung jawab sosial dan kendala dalam hal pendanaan. Seperti halnya, wawancara dengan Bapak Syamsul Aarif selaku pemilik Batik Nurma. Beliau menjelaskan bahwa bentuk kepedulian dan perhatian kepada tenaga kerja, lingkungan, dan masyarakat sekitar merupakan hal penting untuk dilakukan tetapi tidak mudah melakukannya secara optimal. Hal 52 ini dikarenakan kesibukan Bapak Syamsul Aarif dalam bekerja dan juga pendanaan untuk implementasi tanggung jawab sosial seperti membantu memberikan dana jika ada kerusakan lingkungan akibat proses produksi. Bapak Syamsul Aarif menjelaskan sebagai pelaku UMKM, keuntungan yang didapat dari hasil produksi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk menambah modal usaha sehingga tidak banyak bagian dari keuntungan yang digunakan untuk pendanaan implementasi CSR. Indeks CSR terendah terletak pada Batik Tritunggal sebesar 0,57. Artinya pemilik dari Batik Tritunggal kurang memiliki kesadaran mengenai pentingnya implementasi program CSR. Hal ini didukung hasil wawancara dengan Bapak Siswanto yang menunjukkan bahwa implementasi CSR tidak penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan program CSR dirasa tidak terlalu memberikan dampak atau manfaat bagi UMKM Batik Tritunggal. Wawancara dengan Bapak Siswanto membuktikan bahwa perhatian dan kepedulian kepada tenaga kerja ternyata tidak membuat tenaga kerja menjadi loyal atau setia kepada Batik Tritunggal. Setelah melakukan analisis Indeks Corporate Social Responsibility CSRi dari setiap responden UMKM batik, selanjutnya penulis melakukan analisis implementasi CSR berdasarkan kategori CSR, yaitu kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Berikut akan dijabarkan persentase dari jawaban responden berdasarkan kategori CSR: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 a. Kategori Ekonomi Kategori pertama dalam pengungkapan CSR adalah kategori ekonomi. Dalam kuesioner ini, kategori ekonomi diukur dengan menggunakan 7 pernyataan. Tabel 5.7 berikut ini menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden: Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Ekonomi Pernyataan Kode Jawaban Responden Ya Tidak Pernyataan 1 G4-EC1 16 80 4 20 Pernyataan 2 G4-EC2 16 80 4 20 Pernyataan 3 G4-EC3 5 25 15 75 Pernyataan 4 G4-EC4 17 85 3 15 Pernyataan 5 G4-EC5 18 90 2 10 Pernyataan 6 G4-EC6 19 95 1 5 Pernyataan 7 G4-EC7 18 90 2 10 Jumlah 109 31 Persentase 77,86 22,14 Sumber: Data primer diolah Tabel 5.7 menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari implementasi program CSR pada kategori ekonomi terdapat pada pertanyaan ke-6, yaitu sebanyak 19 responden 95 menjawab “ya”. Sementara, sebanyak 1 responden 5 menjawab “tidak”. Pernyataan ke-6 adalah UMKM turut membantu dalam membangun sarana dan prasarana lokasi sekitarnya. Hasil ini memiliki arti bahwa hampir semua responden telah melakukan program CSR membantu membangun sarana dan prasarana di lokasi sekitar UMKM. Wawancara kepada responden membuktikan bahwa responden sering membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana lokasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 sekitar UMKM seperti membayar iuran dan mengikuti kerja bakti di lingkungan sekitar UMKM. Selanjutnya, pada pernyataan ke-5 dan ke-7, terdapat 18 responden 90 menjawab “ya” dan sebanyak 2 responden 10 menjawab “tidak”. Pernyataan ke-5 dalam kategori ekonomi yaitu mempekerjakan masyarakat sekitar UMKM dan pernyataan ke-7 adalah pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik UMKM merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar UMKM batik. Sementara itu, hampir semua responden memiliki pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Untuk responden yang memberikan jawaban “tidak” artinya mereka mempekerjakan masyarakat di luar wilayah UMKM dan tidak memiliki pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh responden mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Kemudian, untuk pernyataan ke-4 sebanyak 17 responden 85 menjawab “ya” dan sebanyak 3 responden 15 menjawab “tidak”. Pernyataan ke-4 yaitu pemberian upah sudah sesuai dengan standar. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memberikan upah sesuai dengan standar upah untuk pengrajin batik. Sementara wawancara membuktikan untuk pemberian upah yang tidak sesuai dengan standar upah untuk pengrajin batik dikarenakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 responden belum memiliki kemampuan lebih secara finansial untuk membayar tenaga kerja sesuai dengan standar upah pengrajin batik. Pernyataan nomor 1 dan pernyataan nomor 2 sebanyak 16 responden 80 menjawab “ya” dan sebanyak 4 responden 20 menjawab “tidak”. Item pernyataan nomer 1 nilai ekonomi yang dihasilkan didistribusikan secara langsung pendapatan, biaya, kompenasasi ke karyawan, donasi ke masyarakat, dan keuntungan yang digunakan membayar pinjaman. Pernyataan nomer 2 berisi pembayaran kewajiban atau hutang dibayar tepat waktu dan ditulis dalam pembukuan. Ini berarti sebagian besar responden telah melakukan distribusi nilai ekonomi secara langsung untuk kompensasi ke karyawan, donasi ke masyarakat, dan untuk membayar pinjaman serta telah melakukan pembayaran kewajiban atau hutang secara tepat waktu dan ditulis dalam pembukuan. Sementara, sebagian kecil responden tidak melakukan item pernyataan CSR nomor 1 dan nomor 2. Hal ini disebabkan responden tidak memiliki kewajiban atau hutang yang harus dilunasi. Selanjutnya, pada pernyataan ke-3, sebanyak 5 responden 25 menjawab “ya” dan sebanyak 15 responden 75 menjawab “tidak”. Pernyataan ke-3 yaitu membuat pembukuan berkaitan dengan penerimaan bantuan keuangan atau modal dari pemerintah setempat. Ini berarti hanya sebagian kecil dari responden yang telah melakukan pembukuan berkaitan dengan penerimaan bantuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 keuangan atau modal dari pemerintah setempat. Tapi, kebanyakan dari responden tidak melakukan pembukuan penerimaan bantuan keuangan atau modal dari pemerintah setempat karena responden tidak mendapatkan bantuan keuangan dari pemerintah. Hanya sebagian kecil dari responden yang mendapatkan bantuan keuangan atau modal dari pemerintah setempat. Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sebanyak 77,86 total pernyataan CSR pada kategori ekonomi dijawab dengan jawaban “ya”. Ini berarti pemilik UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo yang menjadi responden telah melakukan sebagian besar item pernyataan CSR pada kategori ekonomi. b. Kategori Lingkungan Kategori kedua adalah kategori lingkungan. Dalam kuesioner ini, kategori lingkungan diukur dengan menggunakan 20 pernyataan. Tabel 5.8 yang menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden: 57 Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Lingkungan Pertanyaan Kode Jawaban Responden Ya Tidak Pernyataan 1 G4-EN1 7 35 13 65 Pernyataan 2 G4-EN2 20 100 Pernyataan 3 G4-EN3 20 100 Pernyataan 4 G4-EN4 2 10 18 90 Pernyataan 5 G4-EN5 16 80 4 20 Pernyataan 6 G4-EN6 19 95 1 5 Pernyataan 7 G4-EN7 19 95 1 5 Pernyataan 8 G4-EN8 19 95 1 5 Pernyataan 9 G4-EN9 19 95 1 5 Pernyataan 10 G4-EN10 19 95 1 5 Pernyataan 11 G4-EN11 19 95 1 5 Pernyataan 12 G4-EN12 18 90 2 10 Pernyataan 13 G4-EN13 16 80 4 20 Pernyataan 14 G4-EN14 14 70 6 30 Pernyataan 15 G4-EN 15 8 40 12 60 Pernyataan 16 G4-EN 16 16 80 4 20 Pernyataan 17 G4-EN 17 3 15 17 85 Pernyataan 18 G4-EN 18 19 95 1 5 Pernyataan 19 G4-EN 19 12 60 8 40 Pernyataan 20 G4-EN 20 17 85 3 15 Jumlah 302 98 Persentase 75,5 24,5 Sumber: Data primer diolah Tabel 5.8 menunjukkan bahwa persentase tertinggi terdapat pada pernyataan 2 dan pernyataan 3, yaitu sebanyak 20 responden 100 menjawab pernyataan dengan jawaban “ya”. Pernyataan 2 adalah penghematan dalam menggunakan energi listrik, bahan bakar minyak, atau gas. Pernyataan 3 berisi tentang penggunaan air sesuai dengan kegunaannya. Artinya, semua responden dalam penelitian ini 58 telah melakukan upaya penghematan dalam menggunakan energi listrik, bahan bakar minyak, atau gas secara rutin dan telah melakukan penghematan dalam menggunakan air. Kemudian, sebanyak 19 responden 95 memberikan jawaban “ya” pada pernyataan 6, pernyataan 7, pernyataan 8, pernyataan 9, pernyataan 10, pernyataan 11, dan pernyataan 18. Namun, sebanyak 1 responden 5 menj awab “tidak” untuk ketujuh pernyataan tersebut. Pernyataan 6 yaitu memiliki kesadaran apabila menghasilkan dampak buruk pada lingkungan, pernyataan 7 adalah membantu perbaikan lingkungan yang rusak, dan pernyataan 8 adalah membantu merawat dan melindungi lingkungan. Selanjutnya, pernyataan 9 yaitu sadar bahwa penggunaan energi menghasilkan polusi, pernyataan 10 adalah membantu mengurangi polusi yang ada, pernyataan 11 yaitu membatasi bahan-bahan yang membuat polusi, dan pernyataan 18 adalah mengetahui dampak luas dari kerusakan lingkungan. Hasil ini memiliki arti bahwa hampir semua responden telah memiliki kesadaran bahwa penting untuk melakukan ketujuh item pernyataan CSR ini. Sebanyak 1 responden menjawab “tidak” pada item-item pernyataan CSR tersebut karena belum memiliki kesadaran akan dampak buruk yang dihasilkan dari adanya proses produksi, kurang membantu dalam perbaikan lingkungan yang rusak, kurang membantu dalam merawat dan melindungi lingkungan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 penggunaan energi untuk proses produksi menghasilkan polusi, belum mengurangi polusi yang ada, dan belum melakukan pembatasan penggunaan bahan-bahan yang dapat menghasilkan polusi. Pada pernyataan 20 sebanyak 17 responden 85 memberikan jawaban “ya” dan sebanyak 3 responden 15 memberikan jawaban “tidak”. Pernyataan 20 berisi tentang ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan lingkungan yang rusak. Hasil ini memiliki arti bahwa sebanyak 17 responden telah secara rutin ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan lingkungan yang rusak. Sementara, unt uk 3 responden yang menjawab “tidak”, artinya responden belum secara aktif dan rutin ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan lingkungan yang rusak. Berikutnya, pernyataan 5, pernyataan 13, dan pernyataan 16 sebanyak 16 responden 80 menjawab “ya” dan sebanyak 4 responden 20 menjawab “tidak”. Pernyataan 5 yaitu lokasi produksi tidak memberikan dampak pada lingkungan, pernyataan 13 adalah mengetahui banyaknya limbah dan cara membuangnya, dan pernyataan 16 berisi mengetahui limbah dapat merusak lingkungan. Ini berarti sebagian besar responden memiliki lokasi produksi yang tidak memberikan dampak buruk pada lingkungan, responden telah mengetahui banyak limbah yang dihasilkan dari proses produksi dan cara membuangnya, serta 60 responden telah memiliki pengetahuan yang benar bahwa limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat merusak lingkungan. Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 14 responden 70 menjawab “ya” pada pernyataan 14 dan 6 responden 30 memberikan jawaban “tidak”. Pernyataan 14 berisi mengenai limbah zat kimia yang dibuang tidak mencemari lingkungan. Artinya, sebagian dari responden membuang limbah zat kimia yang tidak mencemari lingkungan. Hal ini didukung wawancara dengan responden yang menunjukkan bahwa limbah zat kimia yang dihasilkan oleh UMKM batik memiliki volume yang kecil sehingga ketika limbah dibuang tidak mencemari lingkungan. Pernyataan 19 terdapat 12 responden 60 menjawab “ya” dan 8 responden 40 menjawab “tidak”. Pernyataan 19 membantu memberikan dana jika ada kerusakan lingkungan akibat proses produksi. Artinya sebanyak 12 responden telah memberikan dana apabila terdapat kerusakan lingkungan yang disebabkan dari proses produksi. Hasil wawancara membuktikan bahwa responden membayar iuran warga atau dana untuk memperbaiki lingkungan yang rusak. Sementara, responden yang menjawab “tidak”, mengatakan bahwa responden merasa proses produksi yang dijalankan usahanya tidak merusak lingkungan sehingga mereka tidak memberikan dana untuk perbaikan lingkungan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Sebanyak 8 responden 40 memberikan jawaban “ya” dan 12 responden lainnya 60 memberikan jawaban “tidak” untuk pernyataan 15. Pernyataan 15 mengelola limbah yang sangat membahayakan. Persentase menunjukkan bahwa responden telah melakukan pengelolaan limbah yang sangat membahayakan seperti banyaknya kandungan zat kimia yang ada pada limbah produksi batik. Pengelolaan limbah ini salah satunya dengan menggunakan IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah. Tetapi terdapat sejumlah besar responden tidak mengelola terlebih dahulu limbahnya. Hal ini dibuktikan hasil wawancara dengan responden yang menunjukkan bahwa responden tidak mengetahui secara benar bahaya dari limbah yang dihasilkan UMKM batik sehingga responden merasa tidak perlu untuk melakukan pengelolaan limbah. Selanjutnya, pernyataan 1 terdapat 7 responden 35 yang memberikan jawaban “ya”. Pernyataan 1 adalah UMKM menggunakan bahan daur ulang. Ini berarti hanya sebanyak sedikit responden yang menggunakan bahan daur ulang dalam proses produksi. Hasil tersebut diperoleh dengan pengakuan responden yang mengatakan bahwa penggunaan bahan daur ulang tentunya merupakan salah satu upaya dalam penghematan biaya dan upaya dalam menjaga lingkungan. Meskipun demikian, sebanyak 13 responden 65 memberikan jawaban “tidak” untuk pernyataan ini. Artinya, sebagian besar responden tidak menggunakan bahan daur ulang dalam proses produksinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Pernyataan 17 dan pernyataan 4 hanya sebagian kecil responden yang memberikan jawaban “ya” yaitu, sebanyak 3 responden 15 untuk pernyataan 17 dan 2 responden 10 untuk pernyataan 4. Pernyataan 17 adalah memberikan denda apabila melanggar peraturan mengenai lingkungan hidup dan pernyataan 4 air yang sudah digunakan didaur ulang kembali. Persentase menunjukkan bahwa responden telah memberikan denda apabila melanggar peraturan mengenai lingkungan hidup kepada pengurus warga dan sebagian kecil dari responden menggunakan air yang sudah didaur ulang. Hasil wawancara membuktikan responden menyadari apabila melakukan pelanggaran mengenai lingkungan hidup seperti adanya pencemaran air untuk kebutuhan warga akibat limbah proses produksi batik dan memberikan denda atas hal tersebut. Selain itu, beberapa responden juga telah memiliki alat untuk menjernihkan air yang sudah digunakan untuk didaur ulang dan digunakan kembali. Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 75,5 total pernyataan CSR pada kategori lingkungan dijawab dengan jawaban “ya”. Ini berarti, sebagian besar responden telah melakukan implementasi CSR dalam kategori lingkungan secara rutin. 63 c. Kategori Sosial, Dimensi: Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja Kategori ketiga dalam implementasi CSR adalah kategori sosial. Dalam penelitian ini, kategori sosial yang digunakan untuk mengukur implementasi CSR hanya terbatas pada dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Dalam kuesioner, kategori ini diukur dengan 10 pernyataan. Berikut tabel 5.9 yang menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden: Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Sosial, Dimensi: Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja Pertanyaan Kode Jawaban Responden Ya Tidak Pernyataan 1 G4-LA1 18 90 2 10 Pernyataan 2 G4-LA2 17 85 3 15 Pernyataan 3 G4-LA3 19 95 1 5 Pernyataan 4 G4-LA4 20 100 Pernyataan 5 G4-LA5 20 100 Pernyataan 6 G4-LA6 19 95 1 5 Pernyataan 7 G4-LA7 14 70 6 30 Pernyataan 8 G4-LA8 6 30 14 70 Pernyataan 9 G4-LA9 8 40 12 60 Pernyataan 10 G4-LA10 14 70 6 30 Jumlah 155 45 Persentase 77,5 22,5 Sumber: Data primer diolah Tabel 5.9 dapat menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari implementasi pada kategori sosial, dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja terdapat pada pernyataan 4 dan pernyataan 5. Pernyataan 4 adalah menerima saran dari pekerja mengenai 64 keselamatan kerja dan pernyataan 5 yaitu memperhatikan karyawan yang memiliki penyakit, kecelakaan kerja, atau kematian. Sebanyak 20 responden 100 memberikan jawaban “ya” pada pernyataan 4 dan pernyataan 5. Hal ini berarti semua responden telah melakukan CSR pada pernyataan ini secara rutin. Wawancara dengan responden membuktikan bahwa responden secara terbuka menerima saran dari pekerja mengenai keselamatan kerja. Saran yang diterima seperti permintaan dari pekerja untuk pengadaan masker dan sarung tangan yang digunakan selama proses produksi. Selain itu, apabila tenaga kerja memiliki penyakit atau sedang sakit, mengalami kecelakaan kerja atau kematian, maka pemilik UMKM memberikan perhatian kepada tenaga kerja tersebut baik berupa dana maupun bentuk perhatian lain. Selanjutnya, pernyataan ke 3 dan ke 6 sebanyak 19 responden 95 menjawab “ya” dan 1 responden 5 menjawab “tidak”. Pernyataan ke 3 memberitahukan kepada karyawan mengenai setiap perubahan kebijakan sebelum kebijakan tersebut ditetapkan. Pernyataan ke 6 yaitu memberikan informasi bahaya dampak produksi kepada karyawan. Artinya, pemilik UMKM batik atau responden telah memberitahukan kepada karyawan mengenai setiap perubahan kebijakan sebelum kebijakan tersebut ditetapkan dan responden juga telah memberikan informasi bahaya dampak produksi kepada karyawan. Hasil ini didukung oleh wawancara 65 dengan responden yang menyatakan bahwa komunikasi antara pemilik UMKM dengan tenaga kerja merupakan hal penting dan merupakan kunci untuk menjalin hubungan yang baik antara pemilik UMKM dengan tenaga kerja. Sementara, untuk responden dengan jawaban “tidak” dikarenakan responden jarang mengkomunikasikan kebijakan dengan tenaga kerja sebelum kebijakan diterapkan sehingga tenaga kerja langsung mengikuti kebijakan yang telah dibuat oleh pemilik UMKM. Selain itu, ketidaktahuan mengenai bahaya dampak produksi juga membuat responden tidak memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai hal tersebut. Berikutnya, sebanyak 90 18 responden menjawab “ya” dan 10 2 responden menjawab “tidak” pada item pernyataan 1. Ini berarti sebagian besar responden telah melakukan CSR yaitu memberikan tambahan upah bagi karyawan yang bekerja dengan baik. Hasil wawancara membuktikan bahwa responden atau pemilik UMKM batik akan memberikan tambahan upah atau bonus apabila tenaga kerja bekerja dengan baik dan dapat dengan cepat menyelesaikan pekerjaan. Untuk 2 responden yang memberikan jawaban “tidak” pada item pernyataan ini memiliki arti bahwa responden tidak memberikan tambahan upah meskipun tenaga kerja telah bekerja dengan baik. Hal ini disampaikan oleh responden pada wawancara yang menayatakan bahwa responden tidak memberikan tambahan upah karena responden merasa bahwa keuntungan yang 66 didapat tidak seberapa sehingga keuntungan lebih digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk tambahan modal. Pernyataan ke 2 sebesar 85 17 responden memberikan jawaban “ya”. Persentase ini memiliki arti bahwa sebagian besar responden telah melakukan CSR pada item pernyataan memperbolehkan karyawan untuk berhenti kerja sementara karena sedang hamil. Tetapi, terdapat 15 3 responden yang menjawab “tidak” pada pernyataan ini. Artinya, responden tidak melakukan pernyataan nomor 2 tersebut. Hal ini dikarenakan tenaga kerja yang bekerja pada 3 UMKM batik yang menjawab “tidak” adalah tenaga kerja laki-laki. Untuk pernyataan 7 dan pernyataan 10 sebanyak 14 responden 70 memberikan jawaban “ya” dan sebanyak 6 responden 30 menjawab “tidak”. Pernyataan 7 adalah memberikan jaminan kesehatan kepada karyawan dan pernyataan 10 yaitu menerima pengaduan karyawan mengenai masalah ketenagakerjaan. Hasil persentase mengandung makna bahwa sebagian besar responden telah memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja dan dan secara terbuka telah menerima pengaduan karyawan mengenai masalah ketenagakerjaan. Wawancara yang dilakukan penulis kepada responden menunjukkan bahwa pemilik UMKM memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja. Responden yang menjawab pernyataan ini dengan jawaban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 “ya”, juga memberikan alasan bahwa tenaga kerja merupakan unsur penting dalam usaha batik. Selain itu, apabila tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan dan tidak masuk bekerja, maka usaha batik pun juga menjadi kesulitan dalam berproduksi. Item pernyataan CSR ini secara rutin dilakukan oleh pemilik UMKM. Responden secara terbuka menerima pengaduan dari tenaga kerja mengenai masalah ketenagakerjaan. Hal ini dibuktikan oleh hasil wawancara bahwa biasanya tenaga kerja memberikan pengaduan kepada pemilik UMKM dalam hal sarana produksi dan besarnya upah yang tenaga kerja dapatkan. Meskipun demikian, implementasi pada item pernyataan ini jarang dilakukan atau bersifat insidental karena hanya jika terjadi permasalahan saja, pemilik UMKM batik menerima pengaduan dari tenaga kerja. Untuk responden yang memberikan jawaban “tidak” artinya responden tidak memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja dan tidak menerima pengaduan dari tenaga kerja mengenai masalah ketenagakerjaan. Dari hasil wawancara yang telah didapatkan, hal ini dikarenakan permasalahan pendanaan menjadi hal utama yang menghambat item pernyataan ini untuk dilakukan. Sementara, untuk pernyataan 10, responden tidak menerima pengaduan dari tenaga kerja karena selama ini tenaga kerja tidak pernah memberikan pengaduan kepada responden mengenai masalah ketenagakerjaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Berikutnya, untuk pernyataan 9 sebanyak 8 responden 40 memberikan jawaban “ya”. Pernyataan 9 adanya pelatihan bagi setiap karyawan. Untuk pernyataan 8 hanya sebanyak 6 responden 30 yang menjawab pernyataan ini dengan jawaban “ya”. Pernyataan 8 yaitu memiliki jam pelatihan pekerja. Kedua persentase ini memiliki arti bahwa hanya sebagian kecil responden yang pernah mengadakan pelatihan bagi setiap tenaga kerja dan memiliki jam pelatihan untuk tenaga kerja. Sementara, sebanyak 12 responden 60 menjawab “tidak” untuk pernyataan 9 dan 14 responden 70 memberikan jawaban “tidak” untuk pernyataan 8. Banyaknya responden atau pemilik UMKM yang memberikan jawaban “tidak” pada kedua item pernyataan ini dibuktikan dengan hasil wawancara bahwa banyak responden merasa bahwa kedua hal ini tidak perlu untuk dilakukan. Hanya dalam bentuk arahan secara langsung saja apabila tenaga kerja akan membatik dengan motif baru atau kombinasi warna yang baru. Tidak ada pelatihan secara khusus untuk tenaga kerja pada UMKM batik. Pada tabel 5.9 dapat dilihat bahwa sebanyak 77,5 total pernyataan CSR pada kategori ini dijawab dengan jawaban “ya”. Ini berarti bahwa sebagian besar responden sudah melakukan CSR terkait kategori sosial, dimensi praktek ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Artinya, sebagian besar responden memiliki kepedulian dan perhatian terhadap tenaga kerjanya. 69 2. Implementasi CSR dalam Menunjang Kinerja UMKM a. Kinerja Keuangan UMKM Batik dengan Profit Margin Setelah melakukan analisis CSRi setiap UMKM batik dan setiap kategori pada CSR, selanjutnya penulis akan melakukan perhitungan profit margin dari setiap UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini. Profit margin digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan dari UMKM batik. Berikut profit margin dari setiap UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo: Tabel 5.10. Profit Margin Tahunan dari Setiap UMKM Batik yang Menjadi Responden No Nama Usaha Penjualan Rupiah Laba Rupiah Profit Margin Ratio 1 Batik Oguud 1.680.000.000 840.000.000 0,5 2 Batik Setya 150.000.000 75.000.000 0,5 3 Batik Uni 300.000.000 144.000.000 0,48 4 Batik Jova 126.000.000 50.400.000 0,4 5 Batik Loring Pasar 513.000.000 153.900.000 0,3 6 Batik Tritunggal 96.000.000 24.000.000 0,25 7 Batik Widya Kencana 600.000.000 120.000.000 0,2 8 Batik Nurma 450.000.000 90.000.000 0,2 9 Batik Mahkota 800.000.000 160.000.000 0,2 10 Batik Sherlyta Ayu 1.800.000.000 360.000.000 0,2 11 Batik Hayuningrum 100.000.000 20.000.000 0,2 12 Batik Pandono 240.000.000 48.000.000 0,2 13 Batik Truntum 35.000.000 7.000.000 0,2 14 Batik Estu Mulya 200.000.000 40.000.000 0,2 15 Batik Puspa Kencana 400.000.000 80.000.000 0,2 16 Batik Fantri 60.000.000 6.000.000 0,1 17 Batik Purworaharjo 1.440.000.000 144.000.000 0,1 18 Batik Puspita Mekar 10.000.000.000 700.000.000 0,08 19 Batik Ratnasari 216.000.000 10.800.000 0,05 20 Batik Herdea 10.000.000.000 500.000.000 0,05 Jumlah 29.206.000.000 3.573.100.000 4,61 Rata-rata 1.460.300.000 178.655.000 0,23 Sumber: Data Primer PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Tabel 5.10 menunjukkan besarnya profit margin dari setiap UMKM batik. Dalam penelitian ini, profit margin digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan dari setiap UMKM. Pada tabel 5.11 diketahui bahwa rata-rata dari profit margin UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo sebesar 0,23 atau 23. Ini berarti apabila profit margin dari satu UMKM di atas nilai rata-rata lebih dari 0,23 atau 23, maka profit margin yang dimiliki UMKM tersebut tinggi. Sebaliknya, apabila profit margin yang dimiliki UMKM di bawah rata-rata kurang dari 0,23 atau 23, maka profit margin UMKM tersebut rendah. Pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa sebanyak 6 responden 30 dari total 20 responden memiliki nilai profit margin tinggi. Sementara, sebanyak 14 responden 70 memiliki nilai profit margin rendah. b. Kinerja Non Keuangan UMKM Batik dengan Perluasan Pemasaran dan Pemesanan Kembali dari Pelanggan Setelah mengetahui CSRi dari setiap UMKM, implementasi CSR berdasarkan kategori, dan profit margin dari setiap UMKM, maka selanjutnya penulis melakukan analisis CSR dalam menunjang kinerja non keuangan. Penelitian terhadap 20 responden menunjukkan bahwa semua responden telah melakukan CSR bagi tenaga kerjanya, diantaranya dengan memberikan bonus upah, cuti hamil, santunan bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan, sakit, maupun kematian, dan menerima saran dari pekerja mengenai keselamatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 kerja. Dari hasil wawancara dengan Bapak Oguud pemilik Batik Oguud, CSR yang dilakukan pemilik UMKM tersebut ternyata dapat meningkatkan loyalitas dan kinerja dari tenaga kerja. Beliau menyampaikan bahwa peningkatan loyalitas dan kinerja dari tenaga kerja berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan dan ketepatan waktu dalam penyelesaian pesanan. Hal tersebut memiliki pengaruh pada kepuasan pelanggan yang berdampak pada terjadinya perluasan pasar dan pemesanan kembali dari pelanggan. Batik Oguud yang sudah memperluas wilayah pemasarannya sampai Amerika, Malaysia, Singapura, dan Jepang. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Dewi selaku pemilik Batik Puspa Kencana yang awalnya hanya melayani pelanggan lokal, tetapi sekarang sudah memperluas pemasarannya sampai ke Malaysia. Perluasan pasar juga dipengaruhi oleh promosi dan rekomendasi yang dilakukan bukan hanya oleh UMKM tetapi juga oleh antar pelanggan dan masyarakat sekitar. Rekomendasi masyarakat sekitar kepada pelanggan merupakan salah satu wujud imbal balik dari CSR yang dilakukan UMKM sehingga terjalin hubungan yang baik antara pemilik UMKM dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Contoh CSR yang dilakukan untuk lingkungan dan masyarakat sekitar adalah adanya pengolahan limbah yang tidak mencemari lingkungan, turut membantu dalam membangun sarana dan prasarana lokasi sekitar, membantu memberikan dana jika ada kerusakan lingkungan akibat 72 proses produksi, dan ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan yang rusak. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Feri selaku pemilik Batik Puspita Mekar yaitu melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah dan memiliki disposal atau sarana untuk menjernihkan kembali air yang sudah digunakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksinya. Proses tersebut selain menghemat biaya produksi, juga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Lokasi UMKM yang berada di tengah pemukiman warga, tidak mengganggu dan mencemari lingkungan sehingga masyarakat sekitar ikut merekomendasikan produk batik dari UMKM ini kepada pelanggan. CSR juga dilakukan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan oleh Ibu Tika selaku pemilik Batik Uni. Beliau merekrut tenaga kerja dari lingkungan sekitar lokasi produksi. Usaha ini selain dapat mengurangi pengangguran di sekitar lokasi produksi, ternyata juga mendorong masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam merekomendasikan produk dari usaha batik ini. Dari analisis hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa implementasi CSR yang tinggi dapat menarik perhatian pelanggan sehingga terjadi perluasan pasar dan pelanggan menjadi setia untuk membeli produk dari suatu UMKM batik. Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan responden menunjukkan bahwa sebanyak 95 19 responden menyatakan bahwa implementasi CSR pada tenaga kerja dan masyarakat 73 merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam menjaga keberlangsungan hidup suatu usaha. Sementara, sebanyak 5 1 responden yaitu Batik Tritunggal tidak setuju dengan adanya implementasi CSR. Menurut Bapak Siswanto selaku pemilik dari Batik Tritunggal, CSR tidak penting untuk dilakukan karena tidak memberikan manfaat bagi usaha ini. Bentuk perhatian dan kepedulian yang dilakukan oleh Bapak Siswanto tidak membuat tenaga kerja menjadi loyal atau setia untuk bekerja pada usaha batik ini. Dari hasil wawancara implementasi CSR dalam menunjang kinerja non keuangan UMKM, menunjukkan bahwa semua responden menyatakan CSR menunjang kinerja non keuangan yang ditunjukkan dengan perluasan pasar dan pemesanan kembali dari pelanggan. c. Hasil Crosstabulation CSRi dengan Profit Margin Implementasi CSR terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa hanya 9 responden yang implementasi CSR-nya menunjang kinerja. Sebanyak 9 responden UMKM terdiri dari 3 UMKM yang memiliki implementasi CSR dan profit margin tinggi dan 6 UMKM yang memiliki implementasi CSR dan profit margin rendah. Sementara itu, sebanyak 11 responden implementasi CSR-nya tidak menunjang kinerja UMKM. Hal ini dibuktikan dengan analisis crosstabulation dengan program statistika SPSS 16 yang menunjukkan hasil sebagai berikut: 74 Tabel 5.11. Analisis Crosstabulation CSR dengan Profit Margin Profit Margin Total Rendah Tinggi CSRi Rendah 6 3 9 Tinggi 8 3 11 Total 14 6 20 Sumber: Data olahan SPSS Tabel 5.11 menampilkan hasil crosstabulation tingkat CSRi dengan profit margin sebagai kinerja keuangan UMKM. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan CSRi tidak menunjang kinerja keuangan dari UMKM. Berikut hasil analisis crosstabulation pada tabel 5.11: 1 CSRi Tidak Menunjang Profit Margin CSRi Tinggi- Profit Margin Rendah, CSRi Rendah- Profit Margin Tinggi Tabel 5.11 menunjukkan banyaknya UMKM yang memiliki CSRi tinggi tetapi profit margin -nya rendah, yaitu sebanyak 8 UMKM. Ke-8 UMKM tersebut adalah Batik Puspa Kencana, Batik Purworaharjo, Batik Puspita Mekar, Batik Sherlyta Ayu, Batik Mahkota, Batik Herdea, Batik Widya Kencana, dan Batik Fantri. Ini berarti meskipun UMKM batik melakukan CSR dengan baik tetapi tidak menunjang profit margin yang dihasilkan oleh UMKM batik tersebut. Wawancara yang dilakukan dengan Bapak Feri Pemilik Batik Puspita Mekar menunjukkan bahwa meskipun CSR yang dilakukan banyak dan sering tetapi tidak meningkatkan penjualan dari usaha ini secara drastis. Menurut beliau, CSR merupakan kewajiban dari seorang pemilik usaha yang harus 75 dipenuhi sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan usaha. Beliau juga mengatakan bahwa implementasi CSR yang tinggi tidak membuat kinerja keuangannya menjadi meningkat juga. Bapak Feri menyampaikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti fluktuasi harga bahan baku dan permintaan pasar akan batik. Selain itu, dengan adanya CSR beliau harus menyisihkan keuntungannya untuk pendanaan program CSR seperti ikut serta dalam membangun sarana dan prasarana lokasi sekitar. Hal serupa juga disampaikan oleh pemilik Batik Puspa Kencana, Batik Purworaharjo, Batik Sherlyta Ayu, Batik Mahkota, Batik Herdea, Batik Widya Kencana, dan Batik Fantri. Terdapat pula 3 UMKM yang memiliki CSRi rendah tetapi profit margin -nya tinggi yaitu Batik Jova, Batik Setya, dan Batik Tritunggal. Ini berarti walaupun CSR yang dilakukan oleh UMKM rendah atau kurang optimal tetapi tidak berdampak pada profit margin yang dihasilkan oleh UMKM. Hasil wawancara dengan Bapak Slamet selaku pemilik Batik Setya menyatakan bahwa keunikan, inovasi, dan kualitas dari produk batik merupakan salah satu faktor meningkatnya penjualan dari usaha batik. Produk yang dihasilkan oleh usaha ini adalah batik lukis yang sudah jarang diproduksi oleh pengrajin batik. Menurut beliau, keunikan dari produknya yang membuat penjualan usaha ini meningkat. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 membuktikan bahwa implementasi CSR bukan satu-satunya faktor yang dapat mendukung kinerja keuangan dari suatu usaha. Hasil ini berarti terdapat 11 dari 20 UMKM yang menjadi responden menunjukkan bahwa implementasi CSR tidak menunjang kinerja keuangan. 2 CSRi Menunjang Profit Margin CSRi- Profit Margin Rendah, CSRi- Profit Margin Tinggi Sementara, pada tabel 5.12 tampak terdapat 6 UMKM yang memiliki tingkat CSRi dan profit margin yang rendah, yaitu Batik Estu Mulya, Batik Truntum, Batik Pandono, Batik Hayuningrum, Batik Ratnasari, dan Batik Nurma. Hal ini berarti tingkat CSRi dan profit margin ke-6 UMKM tersebut searah. Apabila UMKM rendah dalam melakukan CSR, maka profit margin -nya pun juga rendah. Dalam wawancara dengan Bapak Supiarso pemilik Batik Hayuningrum menunjukkan bahwa implementasi CSR yang rendah tentunya akan membuat hubungan antara pemilik dengan tenaga kerja menjadi kurang baik. Beliau mengatakan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada Batik Hayuningrum kurang loyal karena beberapa tenaga kerja memilih untuk pindah ke tempat kerja lain. Tetapi beliau mengatakan bahwa CSR tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan kinerja keuangan dari usahanya. Menurut Bapak Supiarso, baik CSR tinggi atau rendah, kinerja keuangan yang dihasilkan akan tetap sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Selanjutnya, sebanyak 3 UMKM memiliki tingkat CSRi dan profit margin yang tinggi, yaitu Batik Oguud, Batik Loring Pasar, dan Batik Uni. Hal ini memiliki arti bahwa CSR yang tinggi akan diikuti dengan profit margin yang tinggi. Hasil wawancara dengan Bapak Oguud selaku pemilik Batik Oguud menunjukkan bahwa implementasi CSR yang tinggi dapat menunjang kinerja keuangannya. Hal ini karena pemilik Batik Oguud dapat menjalin hubungan yang baik dengan tenaga kerja dan masyarakat sekitar. Menurut Bapak Oguud, tenaga kerja yang bekerja dengannya sangat setia dan selalu menghasilkan produk berkualitas serta tepat waktu dalam penyelesaiannya. Selain itu, masyarakat sekitar juga ikut merekomendasikan produk Batik Oguud apabila ada orang yang akan mencari kain batik. Hal inilah yang membuat Batik Oguud mampu menghasilkan profit margin yang tinggi. Dari analisis tersebut ini berarti terdapat 9 dari 20 UMKM yang menunjukkan bahwa implementasi CSR menunjang kinerja keuangan. 78

C. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Padaperusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010)

1 67 129

Pengaruh Sikap Konsumen dalam Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Air Mineral Merek Aqua (Studi Kasus Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

2 47 121

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace dan profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variable Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 121

Persepsi pelaku UMKM dalam penerapan konsep Akuntansi akrual berdasarkan SAK ETAP (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo).

0 2 112

Analisis penerapan corporate social responsibility dan hambatan penerapan corporate social responsibility pada UMKM Batik (studi kasus pada UMKM Batik di Kampung Batik Giriloyo Imogiri Bantul).

1 5 164

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam menunjang kinerja UMKM (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo).

3 28 120

Persepsi pelaku UMKM dalam penerapan konsep Akuntansi akrual berdasarkan SAK ETAP (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

3 9 110