19 1.
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00
lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah.
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 lima
ratus juta
rupiah sampai
dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2.
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.
E. Kinerja
Keberhasilan suatu industri dalam menjalankan bisnisnya dapat dilihat dari kinerja industri tersebut. Kinerja merupakan suatu hal yang
penting dalam suatu industri. Hal ini karena dengan kinerja yang baik maka dapat diketahui apakah industri menggunakan dan mengelola
sumber dayanya dengan baik dan optimal. Menurut Ivancevich 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 dalam Noor 2013, kinerja didefinisikan sebagai kontribusi individu baik
positif maupun negatif yang diberikan individu pada organisasinya. Sementara, Sucipto 2003 mendefinisikan kinerja sebagai
penentuan ukuran –ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam pengelolaan kinerja sebaiknya dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif antara pegawai,
pemimpin, dan organisasi melalui pemahaman dan penjelasan kinerja dalam suatu kerangka kerja atas tujuan
–tujuan terencana, standar, dan kompetensi yang disetujui bersama Noor, 2013:270. Azizah 2011
menyatakan bahwa kinerja merupakan pencapaian hasil dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan baik oleh individu maupun suatu
organisasi. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan ukuran untuk mengetahui keberhasilan dari suatu industri yang dapat diukur melalui tingkat penjualan dan laba. Kinerja terdiri dari
2 jenis yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. 1.
Kinerja Keuangan Menurut IAI 2009 definisi kinerja keuangan berdasarkan SAK
ETAP adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Sementara, kinerja
keuangan menurut Fahmi 2011 dalam Kaunang 2013, kinerja keuangan adalah analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan
berfokus pada aspek –aspek keuangan suatu industri. Kinerja keuangan
yang baik dapat dilihat dari tingkat penjualan dan tingkat laba yang dihasilkan oleh industri. Informasi mengenai kinerja keuangan
tersedia dalam format laporan keuangan, tetapi tidak mudah untuk mengetahui kinerja keuangan secara langsung. Kinerja keuangan
dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukuran keuangan yaitu rasio. Rasio yang digunakan seperti
current ratio, return on investment, residual income, profit margin,
dan
return on assets
.
Profit margin
merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Gaspersz 2003 menyatakan bahwa
rasio laba bersih terhadap penjualan adalah hal yang paling penting karena mampu menggambarkan kesuksesan dari suatu operasi
perusahaan. Sementara, Krismiaji dan Aryani 2011 mendefinisikan
profit margin
sebagai ukuran persentase dari tiap rupiah penjualan yang dihasilkan dalam laba bersih.
2.
Kinerja Non Keuangan
Selain melihat kinerja dari sisi keuangan, dapat juga dilihat kinerja dari sisi non keuangan. Kinerja non keuangan muncul karena terdapat
kelemahan –kelemahan dalam kinerja keuangan seperti mengutamakan
efisiensi tenaga kerja langsung dan terlalu mementingkan hasil –hasil
keuangan jangka pendek. Adanya kelemahan kinerja keuangan tersebut mendorong adanya pengembangan konsep baru yang lebih
22 fleksibel dan dinamis. Menurut Ittner dan Larcker dalam Krismiaji
dan Aryani 2011, kinerja non keuangan memberikan beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:
a. Para manajer dapat memperoleh informasi yang cepat mengenai
perkembangan bisnis
mereka sebelum
laporan keuangan
diterbitkan b.
Karyawan dapat memperoleh informasi yang lebih terpercaya mengenai tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
strategis perusahaan c.
Investor menerima informasi yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan secara keseluruhan karena ukuran
–ukuran kinerja non keuangan biasanya tergambarkan dalam nilai aset tidak berwujud
seperti produktivitas riset dan pengembangan. Krismiaji dan Aryani 2011 mengidentifikasikan ukuran
–ukuran kinerja non keuangan sebagai berikut:
a. Ukuran efisiensi
Ukuran ini digunakan untuk melacak indikator intra organisasi. Efisiensi digunakan untuk menentukan apakah suatu unit bisnis
telah menggunakan sumber daya dan proses internal dengan efisien.
b. Ukuran inovasi
Ukuran ini digunakan untuk menilai kapasitas inovasi organisasi dan mengukur hal
–hal seperti jumlah hak paten baru, jumlah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 produk baru, waktu proses yang diperlukan untuk mengirim produk
baru ke pasar, dan waktu yang diperlukan untuk membangun suatu produk generasi yang akan datang.
c. Ukuran pembelajaran dan pertumbuhan
Ukuran ini digunakan untuk menilai kapasitas pembelajaran suatu organisasi guna meningkatkan pertumbuhan organisasi jangka
panjang dan mengukur hal –hal seperti kapasitas intelektual
karyawan, pengembangan dan pelatihan karyawan, sistem intensif karyawan, dan perputaran karyawan.
d. Ukuran pelanggan
Ukuran ini digunakan untuk menilai kinerja yang mengarah ke hubungan dengan pelanggan dan menggunakan ukuran tersebut
untuk mengukur pangsa pasar, waktu pelayanan pelanggan, kinerja tepat waktu, dan keterpercayaan produk.
Penelitian yang dilakukan oleh Arimbawa dan Putri 2014 menunjukkan bahwa kinerja keuangan dan non keuangan sehat dilihat
dari perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal dan pembelajaran pertumbuhan. Hasil dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
yang diukur dengan produktivitas karyawan menunjukkan bahwa produktivitas karyawan secara keseluruhan mengalami peningkatan
walaupun sempat mengalami penurunan dalam menghasilkan pendapatan pada tahun 2009. Hal ini karena lembaga mampu
24 mempertahankan dan menjaga loyalitas karyawan. Karyawan
merupakan potensi yang besar bagi keberlangsungan lembaga.
F.
Corporate Social Responsibility
CSR pada UMKM
UMKM sebagai unit bisnis perlu untuk memberikan perhatian terhadap keadaan lingkungan dan sosial disekitarnya. Bentuk perhatian ini
dapat diwujudkan dengan adanya pemberian program CSR untuk lingkungan dan untuk keadaan sosial khususnya tenaga kerja. Penggunaan
sumber daya
secara terus-menerus
dan berlebih
mendorong pemilikpengelola untuk berusaha menghemat sumber daya yang
digunakan. Selain itu, dengan adanya UMKM dapat menyerap tenaga kerja sekitar lokasi UMKM dan dapat mengurangi jumlah pengangguran.
Saat ini, sudah banyak UMKM yang mulai memberikan program-program CSR tetapi belum menyadari manfaat CSR yang dilakukan. Hal ini karena
kurangnya pemahaman dari pemilikpengelola UMKM mengenai manfaat dari implementasi CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Azizah 2011 menunjukkan bahwa UMKM batik di Pekalongan yang melakukan program CSR dalam
kategori lingkungan secara aktif masih sangat minim. Hal ini karena hanya sebagian kecil dari pemilik UMKM yang menganggarkan labanya untuk
menjaga lingkungan. Selain program CSR untuk lingkungan, penelitian ini juga menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil UMKM yang
menganggarkan labanya untuk perhatian kepada tenaga kerja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25 Sementara penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2013
menunjukkan bahwa UMKM batik di Kota Pati sudah sering melakukan program CSR. Selain itu, terdapat upaya dari UMKM batik di Kota Pati
dalam meningkatkan nilai perusahaan lewat penerapan program CSR.
G.
Corporate Social Responsibility
CSR dalam Menunjang Kinerja
Perusahaan perlu memberikan perhatian dan kepedulian khusus bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Perhatian dan kepedulian yang
dilakukan oleh perusahaan diwujudkan lewat program-program CSR. Program CSR dapat diwujudkan melalui program untuk ekonomi,
lingkungan, dan program untuk sosial. Dalam kategori ekonomi, CSR dapat dilakukan dengan mendistribusikan pendapatan UMKM ke tenaga
kerja dan masyarakat sekitar, mempekerjakan masyarakat sekitar UMKM, dan memberikan upah berdasarkan standar upah kepada tenaga
kerja. Program lingkungan dapat dilakukan dengan adanya pengolahan limbah yang baik sebelum dibuang ke lingkungan dan dapat berupa
penggunaan sumber daya yang efisien. Sementara program sosial terkait dengan ketenagakerjaan dapat berupa pemberian pelatihan dan sosialisasi
mengenai pengolahan limbah dan inovasi dalam menghasilkan produk baru.
Menurut Azizah 2011 biaya untuk program CSR yang dikeluarkan oleh UMKM akan memberikan dampak berupa citra positif
perusahaan. Peningkatan citra positif ini diharapkan dapat meningkatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 nilai perusahaan yang berwujud peningkatan kinerja UMKM itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Ekadjaja dan Bunadi 2012 menunjukkan bahwa CSR memiliki pengaruh terhadap
Return On Assets
ROA karena perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih banyak, kinerja keuangan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
mengungkapkan CSR. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2013
menyatakan bahwa terdapat pengaruh implementasi
Corporate Social Responsibility
terhadap laba pada UMKM batik bakaran di Kota Pati, yaitu UMKM mendapatkan
feedback
seperti peningkatan laba, pertumbuhan penjualan, dan mendapatkan pelanggan baru. Hal ini karena
program CSR untuk karyawan yang dilakukan oleh pemilik UMKM membuat karyawan menjadi loyal dan CSR untuk lingkungan membuat
masyarakat sekitar senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan UMKM batik bakaran di Kota Pekalongan. Oleh sebab itu, karyawan dan
masyarakat sekitar akan ikut merekomendasikan produk UMKM tersebut yang diharapkan dapat menarik pelanggan baru dan dapat meningkatkan
penjualan yang berdampak pada peningkatan pendapatan UMKM tersebut.
H. Kerangka Konseptual Penelitian