Diagnosis Klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik 1. Definisi

Fenomena lain yang mengawali inflamasi saluran napas yang persisten adalah peningkatan stres oksidatif dan ketidakseimbangan protease-antiprotease. Obstruksi saluran napas pada PPOK adalah karena adanya perubahan pada saluran napas kecil dan parenkim paru.

2.1.4. Diagnosis

24 Tabel 1. Indikator kunci untuk mendiagnosis PPOK Gejala 23 Keterangan Sesak Progresif sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu Bertambah berat dengan aktivitas Persisten menetap sepanjang hari Pasien mengeluh berupa, “Perlu usaha untuk bernapas” Berat, suka bernapas, terengah-engah Batuk kronik Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak Batuk kronik berdahak Setiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan PPOK Riwayat terpajan faktor resiko Asap rokok Debu Bahan kimia di tempat kerja dan asap dapur Spirometri dibutuhkan untuk menentukan diagnosis, nilai VEP 1 KVP 0,70 post bronkodilator mengkonfirmasi adanya hambatan aliran udara persisten. 3

2.1.5. Klasifikasi

Tabel 2. Klasifikasi keparahan keterbatasan aliran udara pada PPOK berdasarkan VEP 1 post bronkodilator. Pada pasien dengan VEP 3 1 KVP0,70: GOLD 1 Ringan VEP 1 GOLD 2 ≥80 prediksi Sedang 50 ≤VEP 1 GOLD 3 80 prediksi Berat 30 ≤VEP 1 GOLD 4 50 prediksi Sangat berat VEP 1 30 prediksi Universita Sumatera Utara

2.2. Maximal Voluntary Ventilation

2.2.1. Otot pernapasan

Dasar mekanika pernapasan dari rongga dada adalah inspirasi dan ekspirasi yang digerakkan oleh otot-otot pernapasan. Ketika dada membesar karena aksi otot-otot inspirasi, maka kedua paru mengembang mengikuti gerakan dinding dada. Dengan mengembangnya dada, udara masuk melalui Ada empat set otot yang mengontrol sistem pernapasan. 26 saluran pernapasan ke alveoli. 25 a. Diafragma Diafragma adalah otot inspirasi yang penting. Diafragma terbagi atas dua otot kosta dan krural yang terpisah yang disatukan oleh tendon sentral. Diafragma krural menaik dari vertebra lumbal ke-tiga pertama. Diafragma kostal menaik dari permukaan yang lebih dalam dengan batas atas dari iga ke-enam dan sternum. Nervus frenikus mensarafi diafragma, dengan serabut kosta dipersarafi dari segmen spinal servikal ke-tiga dan ke-empat dan serabut krural dari iga ke-lima dan ke-enam. Pada orang normal, bagian bawah dari iga menutupi bagian atas abdomen pada saat kapasitas fungsional respirasi FRC. Pada daerah ini, diafragma mendorong berlawanan dengan iga yang bawah zona aposisi. Kontraksi diafragma seperti piston bergerak ke atas dan ke bawah dari diafragma. Selanjutnya kontraksi diafragma mengakibatkan peningkatan tekanan abdominal, yang mana tekanan ini mendorong iga ke arah atas dan ke luar. 27 Pada pasien dengan hiperinflasi, posisi diafragma lebih ke bawah dan tidak memiliki zona aposisi. Ketika zona aposisi hilang, kontraksi diafragma menjadi berkurang dan dapat menyebabkan pergerakan paradoksal ke dalam iga bawah selama inhalasi Tanda Hoover dan pergerakan seperti piston berkurang pada kubah diafragma. Selain itu diafragma menjadi lebih memendek, dimana secara mekanik hal ini tidak menguntungkan karena kemampuan otot untuk menghasilkan tenagakekuatan dilemahkan oleh pemendekan diafragma. 27 Universita Sumatera Utara