dalam lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” yang dipopulerkan oleh group band Pee Wee Gaskins.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah: bagaimana representasi nasionalisme kebangsaan
dalam lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” yang dibawakan oleh group band Pee Wee
Gaskins.
1.3 Tujuan penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi nasionalisme kebangsaan dalam
lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” yang dibawakan oleh group band Pee Wee Gaskins.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Praktis
Diharapkan dapat membantu pembaca dalam memaknai tanda yang menggambarkan nasionalisme yang ada dalam lirik lagu tersebut. Dan
diharapkan akan dapat menyamakan persepsi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pencipta lagu, penyanyi dan khalayak luas pendengar
lirik lagu tersebut.
2. Kegunaan teoritis
Bermanfaat untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis berupa lirik lagu dengan
menggunakan metode semiotik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Musik
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarnya, penggubah musik dalam mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain
musik dalam bentuk sistem tanda perantara tertulis. Bagi semiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkestra. Hal ini sangat
memudahkan dalam menganalisis karya musik sebagai teks. Itukah sebabnya
mengapa penelitian musik terarah pada sintaksis.
Meski demikian, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotik musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan harus
senantiasa membuktikan hak kehadirannya Van Zoest, 1993: 120-121.
2.1.2. Lirik Lagu
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam
masyarakat. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu di aransir dan
diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai , bahkan prasangka tertentu
Setianingsih, 2003: 7-8. Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan nasionalisme,
sebagai wujud rasa cinta tanah air terhadap bangsa dan negara.
Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam Rachmawati 2000: 1 yang mengatakan :
”Musik berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasulkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam
interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi
suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik
sebagai penunjangnya”. Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula dengan
situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Di dalam lirik lagu terdiri dari beberapa elemen, diantaranya judul lagu, song,
reff, dan bridge. Judul lagu merupkan representasi dari keseluruhan isi lagu yang terdapat dalam lirik lagu atau tema dari lagu. Song adalah isi cerita dalam lirik lagu.
Reff yang merupakan inti cerita dalam lirik lagu atau dengan kata lain inti dari lagu. Bridge merupakan jembatan antara reff yang kemudian menaikkan emosi dan lagi
untuk dikembalikan lagi dalam reff lagu. Salah satu lirik lagu yang populer adalah lagu ”Dari Mata Sang Garuda” yang
diciptakan oleh Dochi, yaitu salah satu personel band Pee Wee Gaskins yang kemudian dipopulerkan oleh Pee Wee Gaskins sendiri dalam album The Sophomore.
Dalam lirik lagu tersebut Pee Wee Gaskins seolah ingin mengigatkan generasi Indonesia saat ini yang semakin terlelap oleh arus globalisasi untuk terus
bersemangat, bangkit dan bersatu, meraih mimpi, membela bangsa dan negara tanpa melupakan perjuangan pemuda pemudi terdahulu.
2.2. Representasi
Representasi adalah praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut
pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-
kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ”bahasa” yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.
Representasi menunjuk pada proses maupun produksi dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang
abstrak dalam bentuk-bentuk yng kongkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia :
dialog, tulisan, video, film, lirik lagu, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah
produksi makna
melalui bahasa.
http:kunci.or.idesainws04representasi.htm Menurut Stuart Hall 1997, representasi adalah salah satu praktek penting
yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ”pengalaman berbagi”. Seorang dikatakan berasal dari
kebudayaan yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ”bahasa”
yang sama
dan saling
berbagi konsep
yang sama.http:kunci.or.idesainws04representasi.htm.
Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memahami sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia
beroperasi sebagai sistem representasi lewat bahasa simbol-simbol dalam tanda tertulis, lisan atau gambar, kita mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide tentang
sesuatu, makna sesuatu hal yang tergantung dari cara kita mempresentasikannya.
Dengan mengamati kata-kata dan image yang kita gunakan dalam mempresentasikan sesuatu atau bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu.
Ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang ”sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing peta konseptual.
Representasi mental ini masih berbentuk suatu yang abstrak. Kedua ”bahasa”, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam
kepala kita harus diterjemahkan dalam ”bahasa” yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol
tertentu. http:www.or.idesainws04representasi.htm Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan
mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem ”peta konseptual” kita . Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai
korespondensi antara ”peta konseptual” dengan bahasa atau simbol yang berfungsi mempresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ”sesuatu” , ”peta
konseptual”, dan bahasasimbol adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-bersama itulah yang
kita namakan representasi.
Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Intinya adalah
makna tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi melalui proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan. Praktek yang
membuat sesuatu
hal bermakna
sesuatu
http:kunci.or.idesainws04representasi.htm.
Dalam penelitian ini representasi menunjuk pada pemaknaan tanda-tanda yang terdapat pada lirik lagu ”Dari Mata Sang Garuda” yang mengacu pada permasalahan
nasionalisme kenegaraan kebangsaan. Nasionalisme kenegaraan merupakan bentuk kesetiaan masyarakat atau penduduk terhadap suatu wilayah. Nasionalisme inilah
yang mendorong seseorang atau sekelompok orang memiliki perasaan rela berkorban
demi bangsa dan negara sebagai wujud rasa cinta terhadap tanah airnya.
2.3. Semiotika dan Semiologi Komunikasi