Sifat arbitter antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasan . Maksudnya, bagaimana kekuasaan dapat
menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signified tertentu hanya bisa
diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatif atau ”tandingan” tidak diberi tempat.
Ketika bahasa berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung
terhadap yang ditandakan signified. Suatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal sebagai definisi belaka. Akibatnya, bahasa menjadi ”kosong”, sebab bahasa
atau memori saja. Hubungan antara signifier dan signified ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandai,
misalnya foto atau peta 2.
Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api.
3. Simbol adalah tanda dimana hubungan antara signifier dan signified semata-
mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan Van Zoest, 1996 dalam Sobur, 2001: 126.
2.3.3. Langue dan Parole
Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Perancis: langange, langue sistem bahasa dan parole kegiatan juaran. Langange adalah suatu kemampuan
berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dengan stimulus yang
menunjang. Singkatnya, langange adalah bahasa pada umumnya. Orang bisupun sama memiliki langange ini, namun disebabkan, umpamanya gangguan fisiologis pada
bagian tertentu maka dia tidak bisa bicara secara normal. Dalam pengertian umum, langue
adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole
merupakan bahasa pada tingkat individu. Dalam konsep Saussure, langue dimaksudkan bahasa sejauh merupakan milik bersama dari suatu golongan bahasa
tertentu. Apa yang dinamakan langue itu menurut Saussure, harus dianggap sebagai
sistem. Jika langue mempnyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole a
dalah ”living speech” yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimanaa terlihat dalam penggunaannya. Kalau langue bersifat kolektif dan pemakaiannya ”tidak
disadari” oleh pengguna bahasa yang bersangkutan, maka parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kalau unit dasar langue adalah kata,
maka unit dasar parole adalah kalimat Sobur, 2003: 50-51 Pada saat yang sama, Saussure menyatakan bahwa tinjauan terhadap langue
bahasa sebagai sistem harus didahulukan daripada parole bahasa sebagai tanda penuturan ujaran. Artinya, posisi sistem bahasa secara umum mendahului dan lebih
penting daripada seluruh ujaran nyata yang pernah benar-benar dituturkan. Ini merupakan argumen paling mengejutkan yang lahir dari sudut pandang ilmu-ilmu
alam, ilmu diman bukti fisik positif menjadi satu-satunya bukti yang dapat diterima. Namun demikian, menurut Saussure, bukti fiksi positif tidaklah cukup untuk
menjelaskan bahasa yang menandakan sebagai bahasa yang menandakan sekaligus memuat informasi.
2.3.4. Associative dan Syntagmatic