2.5.4 Prevalensi cacing tambang Ancylostoma Duodenale dan Necator
Americanus
2.6 Faktor Perilaku
Penelitian yang dilakukan Fitri 2012, perilaku memiliki hubungan terhadap kejadian STH pada anak SD. Perilaku yang berhubuangan denag
kejadian STH adalah diantaranya kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, dan kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Selain dari penelitian yang dilakuan oleh
Rusmanto dan J. Mukono 2012, juga mengatakan bahwa hubungan yang signifikan antara prilaku personal hygiene siswa SD dengan prevalensi STH.
Penelitian lain yang dilakukan Faridan K, dkk 2013 menujukkan kejadian STH dipengaruhi oleh kebersihan kuku dan mencuci tangan sebelum makan, sesudah
bermain ditanah, dan setelah buang air besar. Namun hasil ini bertolak belakang dengan hasil yang dikemukakan oleh Chadijah, dkk 2014, dimana perilaku tidak
ada hubungan dengan kejadian STH pada anak sekolah dasar. Pada dasarnya perilaku merupakan suatu tindakan dari individu untuk
melakukan sesuatu berdasarkan stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku akan dipengaruhi berbagai faktor baik dari segi sosial maupun budaya yang tumbuh
menjadi kebiasaan baik maupun buruk Notoatmodjo, 2010. Perilaku yang berhubungan dengan kejadian STH diantaranya adalah :
a Kebiasaan cuci tangan pakai sabun
Cuci tangan merupakan salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadianya penularan berbagai macam penyakit. Cuci
tangan yang baik dan benar dengan menggunakan sabun dapat membunuh Jumlah specimen positif telur cacing tambang x 100
Jumlah specimen yang diperiksa
bateri, kuman dan menghanyutkan kototan yang terdapat di tangan. Tangan merupakan sarana yang baik untuk penularan penyakit, karena sebagian besar
aktivitas dilakukan dengan menggunakan tangan, sehingga menjaga kebersihan tangan sangat perlu dilakukan. Penelitian yang dilakukan Jejaw et
al. 2015 bahwa mencuci tangan sebelum makan memiliki hubungan yang erat dengan kejadian STH di Ethiopia. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Sofiana 2010, menunjukan hal yang berbeda dimana perilaku mencuci tangan pakai sabun tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan
infeksi STH yang ditularkan melalui tanah. b
Kebersihan kuku Kuku yang panjang dapat memerangkap kotoran di dalamnya, kotoran
yang berupa tanah dapat mengandung larva cacing yang infektif dan dapat menginfeksi. Perilaku yang tidak bersih yaitu tidak mencuci tangan sebelum
makan dan setelah beraktifitas dapat menyebabkan infesius tersebut masuk ke dalam mulut sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi cacing pada
individu tersebut. Namun pendapat berbeda dalam penelitian yang dilakukan Sofiana 2010, memotong kuku seminggu sekali tidak memiliki hubungan
yang bermakna denagan kejadian STH. c
Kebiasaan bermain di tanah Tanah merupakan sarana bermain yang paling disenangi anak-anak.
Anak-anak mampu berkreasi menggunakan tanah saat mereka bermain. Namun dibalik kesenanggan mereka dalam bermain, tanah juga mengandung
banyak unsur yang berbahaya termasuk salah satunya larva cacing. Larva cacing dapat menginfeksi anak-anak melalui kulit dan terselip pada kuku
yang tdak dipotong. Pada saat makan secara tidak sengaja kuku yang kotor
juga ikut masuk ke dalam mulut, sehingga larva cacing ikut masuk ke dalam mulut dan menginfeksi di dalam usus anak. Usia anak-anak merupakan usia
untuk bermain dan mengembangkan kreatifitas dengan memafaatkan lingkungan salah asatunya tanah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Xiao et al. 2015 di bagian barat daya Cina mengatakan bahwa lingkungan tempat beraktivitas memiliki hubungan yang baik terhadap penularan cacing,
seperti bekerja pada peternakan. Lingkungan bermain anak mirip dengan kondisi tersebut dimana lingkungan tempat bermain seperti bermain di tanah
memiliki peluang untuk terkena infeksi cacing.
2.7 Faktor Lingkungan