Tabel 2.1 Jenis Telur Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah Spesies
Ukuran Bentuk
Warna Keterangan
Ascaris lumbricoides
tidak dibuahi
60 – 90 x
40 – 60
micron Memanjang
ellipsoidal Coklat sampai
coklat tua Lebih
ramping daripada
telur dibuahi,
bagian luar
mempunyai tonjolan kasar dan
lapisan albuminoid,
bagian
dalam penuh
berisi granul.
Ascaris lumbricoides
dibuahi, tanpa lapisan
albumin 45
– 70 x 35
– 50 micron
Oval Jernih
Bentuk hampir
menyerupai telur cacing
tambang, tapi
dindingnya tebal.
Ascaris lumbricoides
dibuahi, dengan
lapisan albumin
50 – 70 x
40 – 50
micron Lonjong atau
bulat Kuning
kecoklatan sampai coklat
tua Dinding tebal dan
berlapis, bagian
luar dilapisi
lapisan yang
berbenjol-benjol dan bergelombang.
Ascaris lumbricoides
infektif siap menginfeksi
manusia 50
– 70 x 40
– 50 micron
Lonjong atau bulat
Kuning kecoklatan
sampai coklat tua
Dinding tebal
berlapis 3 fertile atau
2 decorticated
berisi larva Tricuri
Trichiura 50
– 54 x 22
– 23 micron
Seperti tempayan
gentong Coklat sampai
coklat tua Kedua
katub mempunyai
sumbat, stadium
infektif berisi larva Cacing
Tambang 55
– 75 x 35
– 46 micron
Oval atau ellipsoidal
Jernih Dinding telur satu
lapis, bila baru dikeluarkan
melalui
tinja intinya terdiri dari
4-8 sel. Dikjen PPPL, 2012
2.3.1 Cacing gelang Ascaris lumbricoides
Cacing gelang Ascaris lumbricoides merupakan infeksi cacing yang bayak diderita masyarakat di Indonesia baik anak-anak, dewasa dan
lanjut usia pernah atau sedang mengidapnya. Dalam berbagai kasus STH,
cacing gelang Ascaris lumbricoides merupakan penyakit STH yang paling besar prevalensinya, yang diperkirakan menginfeksi lebih dari 1 miliar
orang. Banyaknya telur disertai dengan daya tahan telur yang mengandung lrva yang kondusif pada keadaan tanah menjadi penyebab utama
Widoyono,2005. Hospes satu-satunya dari cacing gelang Ascaris lumbricoides adalah manusia sehingga manusia menjadi sumber utama dari
penularan cacing ini Sutanto. dkk, 2008. Infeksi yang terjadi pada manusia terjadi akibat dari telur cacing
yang mengandung larva yang masuk kedalam tubuh melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar. Penyakit ini terutama menyerang
pada anak-anak usia pra-sekolah usia 3 – 8 tahun Widoyono, 2006. Di
Indonesia frekuensi cacing gelang Ascaris lumbricoides mencapai 60 –
90. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemakaian jamban yang menyebabkan banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan yang
mengakibatkan pencemaran tanah, juga ada yang memakai kotoran sebagai pupuk dan diolah tanpa menggunakan pelindung. Tanah liat dengan suhu
25
o
-30
o
C merupakan kondisi yang sangat baik untuk telur cacing gelang Ascaris lumbricoides menjadi infektif Susanto. dkk, 2008.
Parasit ini bersifat kosmopolitan yang terdapat di seluruh dunia, dimana penyebaran parasit ini terutama berada di daerah tropis dengan
tingkat kelembaban yang cukup tinggi Onggowaluyo, 2002. Penyebaranya terutama pada daerah lokal pasifik bagian barat daya Brooks. dkk, 2008.
Di Indonesia parasit ini sangat komplosit dengan ditemukanya prevalensi antara 60
– 90 dari berbagi survey yang telah dilakukan Susanto. dkk, 2008.
Cacing gelang Ascaris lumbricoides memiliki bentuk silindrik dengan ujung anterior lancip. Cacing jantan berukuran 10-31 cm, ekor
melingkar, dan memiliki 2 kepala spikula. Sedangkan cacing betina berukuran 22-35 cm, ekor lurus, pada sepertiga bagian anterior memiliki
cincin kopulasi. Mulut terdiri atas tiga bagian bibir. Telur yang dibuahi, memiliki ukuran kurang lebih, 60 x 45 mikron, memiliki bentuk oval dan
berdinding tebal dengan tiga lapisan yang berisi embrio. Telur yang tidak dibuahi berukuran lebih besar dan bentuk tidak teratur Prianto, 2002.
Proses penularan cacing gelang Ascaris lumbricoides pada manusia yaitu sebagai berikut, telur cacing yang dikeluarna manusia melalui
feses dalam lingkungan yang sesuai akan berkembang menjadi embrio dan larva yang infektif dalam telur. Telur yang infektif akan mengontaminasi
makanan atau minuman sehingga tertelan oleh manusia saat dikinsumsi. Di dalam usus larva akan menetas dan menembus dinding usus halus dan
menuju pada sistem peredaran darah dan menimbulkan penyakit. Siklus ini berlangsung selama 65
– 70 hari Widoyono 2005. Terdapat dua gejala yang dapat ditimbulkan jika terifeksi cacing
gelang Ascaris lumbricoides, diantaranya gejala infeksi ringan dan gejala infeksi berat. Gejala infeksi ringan berupa, ditemukanya cacing dalam tinja,
batuk mengluarkan cacing, kurang nafsu makan, demam, dan bunyi mengi saat bernafas. Untuk gejala berat diantaranya, muntah, nafas pendek, perut
buncit, nyeri perut, usus tersumbat, dan saluran empedu tersumbat Zulkoni, 2010.
Pengobatan dapat dilakukan secara individual maupun secara masal dengan memberikan berbagai macam obat diantaranya, piperasin, pirantel
pamoat 10 mgkg berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg. secara masal dapat dilakukan oleh pemerintah dengan
memberikan obat cacing albendazol 400 mg pada anak SD 2 kali setahun Susanto. dkk, 2008. Penanggulangan yang dilakukan terkait cacing gelang
adalah perbaikan perilaku yang berhubaungan dengan kebersihan seperti, mencuci tangan, menjaga kebersihan pribadi, menggunakan alas kaki, tidak
menggunakan tinja sebagai pupuk tanam terutama sayur, dann perbaikan sanitasi lingkungan berupa kepemilikan jamban sesuai kriteria kesehatan
Widoyono, 2006.
2.3.2 Cacing cambuk Trichuris Trichiura