kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat – alat berat dan alat – alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor,
dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
Menurut Kurniawan 2004, dijelaskan bahwa tunggakan pajak atau dikenal dengan pajak terutang adalah pajak yang harus
dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang
– undangan perpajakan daerah, sedangkan Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang harus dibayar oleh pemilik
kendaraan bermotor beroda dua atau lebih beserta gandengganya dalam tahun pajak, menurut peraturan perundang – undangan
perpajakan daerah.
2.2.7. Hubungan Antara Wajib Pajak Patuh dan Wajib Pajak Tidak
Patuh Dengan Pengetahuan Perpajakan
Pentingnya pengetahuan Perpajakan bagi seorang wajib pajak, didukung oleh teori rangsang balas stimulus-response theory yang
sering disebut juga teori penguat remforcement-theory
[Sarlito,2009] Teori ini menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengahadapi
rangsang tertentu. Jika pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak dianggap sebagai salah satu bentuk rangsangan atau
stimulus maka diharapkan mampu mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.2.8. Hubungan Antara Wajib Pajak Patuh dan Wajib Pajak Tidak
Patuh Dengan Persepsi Pelayanan Petugas Pajak
Teori rangsang balas stimulus-response theory yang sering disebut juga dengan teori penguat reinforcement-theory
[Sarlito,2009] juga menjadi salah satu teori yang mendukung adanya hubungan antara wajib pajak patuh dan wajib pajak tidak patuh
dengan pelayanan petugas wajib pajak. Pelayanan yang baik akan membuat wajib pajak bereaksi dengan baik pula sehingga mampu
menimbulkan suatu dorongan bagi wajib pajak untuk selalu menjalankan kewajiban Perpajakannya, begitu pula kebalikannya.
Teori lain yang mendukung adalah teori inferensi korespondensi yang dikembangkan oleh Jones Davis Dalam
Sarlito. Teori ini mencoba untuk menerangkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang pengamat dari pengamatannya atas perilaku
tertentu dari orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas maka bisa diambil kesimpulan bahwa hubungan antara wajib pajak patuh dan wajib
pajak tidak patuh dengan persepsi pelayanan petugas pajak sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas yaitu teori rangsang balas,
teori penguat dan teori inferensi korespondensi. Dari teori – teori tersebut menekankan bahwa pelayanan yang baik dari petugas pajak
akan membuat wajib pajak bereaksi baik pula, yaitu dalam hak pemenuhan kewajiban Perpajakannya begitu pula kebalikannya.
2.2.9. Kerangka Pikir