yang diperoleh secara alami dari pencatatan akuntansi dengan mengikuti satndar akuntansi yang diterima secara umum. Atas dasar pemikiran
bahwa komponen total accruals yang bebas dipermainkan dengan kebijakan manajerial adalah discretionary accruals, maka manajemen laba
diproksikan dengan discretionary accruals Sulistyanto, 2008 : 164. Menurut Sulistyanto 2008 manajemen laba dilakukan dengan 3
pola, yaitu income increasing, income decreasing, dan income smoothing. Penaikan laba income increasing merupakan upaya perusahaan mengatur
agar laba periode berjalan menjadi lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Income decreasing merupakan tindakan untuk menurunkan
laba periode berjalan. Income smoothing merupakan upaya untuk mengatur laba perusahaan agar relatif stabil selama beberapa periode.
Beberapa hal yang memotivasi seorang manajer untuk melakukan manajemen laba antara lain insentif perjanjian, dampak harga saham, dan
insentif lain Wild, et al, 2005 : 122 : 1.
Insentif Perjanjian Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi.
Misalnya, perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas
atas dan bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan bonus
tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti
manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah terkait dengan
batas atas dan bawah. Jika laba yang belum diubah berada di antara batas atas dan bawah, manajer memiliki insentif untuk
meningkatkan laba. Saat laba lebih tinggi dari batas atas atau lebih rendah dari batas bawah, manajer memiliki insentif untuk
menurunkan laba dan membuat cadangan untuk bonus masa depan. 2.
Dampak Harga Saham Manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga
saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadiaan tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga,
atau rencana untuk menjual saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi
pasar akan risiko dan menurunkan biaya modal. Salah satu insentif manajemen laba yang terkait lainnya adalah untuk melampaui
ekspektasi pasar. 3.
Insentif Lain Laba seringkali diturunkan untuk menghindari biaya politik
dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah misalnya untuk ketaatan undang-undang antimonopoli dan IRS. Selain itu
perusahaan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan
asing.
F. Nilai Perusahaan
Pengertian nilai perusahaan menurut Husnan dan Pudjiastuti 2007:7 menyatakan bahwa “Nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan
diterima oleh pemilik perusahaan”. Pengertian nilai perusahaan menurut
Sartono 2008:487 “Nilai perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan
sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi”. Memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham tidak identik dengan memaksimumkan laba
per lembar saham Earning per Share, EPS. Hal ini karena disebabkan oleh Indriani, et al, 2014:
a. Memaksimumkan EPS mungkin memusatkan pada EPS saat ini.
b. Memaksimumkan EPS mengabaikan nilai waktu uang.
c. Tidak memperhatikan faktor risiko.
Perusahaan mungkin memperoleh EPS yang tinggi pada saat ini, tetapi apabila pertumbuhannya diharapkan rendah, maka dapat saja harga
sahamnya lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan yang saat ini mempunyai mempunyai EPS yang lebih kecil. Dengan demikian
memasimumkan nilai
perusahaan juga
tidak identik
dengan memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akuntansi yang
dilihat dalam laporan rugi laba perusahaan. Sebaliknya memaksimumkan nilai perusahaan identik dengan memaksimumkan laba dalam pengertian
ekonomi economic profit. Hal ini disebabkan karena laba ekonomi
diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi lebih miskin Indriani, et al,
2014. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Menurut Fama 1978 dalam Wahyudi dan Pawestri 2006, nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi
harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan terhadap aset
perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat terjadi
transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.
Peningkatan nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong manajer agar
bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan yang baik dapat menggambarkan kinerja perusahaan yang meningkat. Nilai perusahaan dapat tercermin dari nilai
sahamnya. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham Brigham dan Gapenski, 1996. Tandelin 2001 mengatakan hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar saham bisa juga
dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham,
karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Suhardi 2006 mengatakan bahwa banyak metode dan teknik
yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan diantaranya adalah pendekatan laba, arus kas, dividen, aktiva, harga saham, dan Economic
Value Added EVA.
G. Penelitian Terdahulu
Sukartha 2007 meneliti tentang pengaruh manajemen laba dan kepemilikan manajerial pada kesejahteraan pemegang saham perusahaan
target akuisisi. Penelitian ini memberikan hasil bahwa perusahaan target akuisisi melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan jumlah akrual
diskresioner saat publikasi terakhir sebelum akuisisi, manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan target akuisisi saat publikasi terakhir sebelum
akuisisi periode x lebih besar dan signifikan secara statistis dibandingkan dengan periode sebelumnya periode x-1, manajemen laba berpengaruh
positif dan signifikan secara statistis pada kesejahteraan pemegang saham perusahaan target saat publikasi terakhir sebelum akuisisi, dan kepemilikan
manajerial terhadap saham perusahaan target akuisisi berpengaruh positif dan signifikan secara statistis pada kesejahteraan pemegang saham
perusahaan target saat publikasi terakhir sebelum akuisisi. Kusuma dan Sari 2003 meneliti tentang manajemen laba oleh
perusahaan pengakuisisi sebelum merger dan akuisisi di Indonesia. Penelitian ini memberikan hasil bahwa perusahaan pengakuisisi di
Indonesia tidak melakukan manajemen laba sebelum merger dan akuisisi.