1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih
mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu
didominasi oleh guru. Hal ini juga terlihat dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP Kanisius Pakem, di mana dalam penyampaian materi
guru menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru
dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar
anak didik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakan adalah masalah pendekatan pembelajaran. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu
pembelajaran di kelas, seorang guru tidak melakukan pendekatan pembelajaran tertentu terhadap semua anak didik. Karena guru menyadari
bahwa penggunaan dari suatu pendekatan pembelajaran dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar, maka guru tidak
sembarangan memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran
tertentu. Bahan pelajaran yang satu mungkin cocok untuk suatu pendekatan pembelajaran tertentu, tetapi untuk pelajaran yang lain lebih
pas digunakan pendekatan pembelajaran yang lain. Maka adalah penting mengenal suatu materi agar dapat menemukan pendekatan pembelajaran
yang cocok dan sesuai. Selain sistem pembelajaran yang monoton, berdasarkan observasi
awal yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa lokasi sekolah SMP Kanisius Pakem kurang strategis. Letaknya yang tidak persis di pinggir
jalan raya membuat sekolah ini agak kurang dikenal oleh masyarakat umum sehingga murid-murid yang masuk dan mendaftar di sekolah ini
adalah siswa-siswa tertentu saja. Di dekat SMP Kanisius Pakem pun terdapat sekolah negeri sederajat yang lokasi sekolahnya lebih strategis
dengan berada di pinggir jalan raya, hal ini sepertinya membuat siswa yang mempunyai kecerdasan lebih, lebih memilih sekolah negeri tersebut.
Tetapi tidak berarti di SMP Kanisius Pakem tidak ada siswa-siswi yang mempunyai kecerdasan lebih, hanya saja setelah melakukan wawancara
awal dengan guru matematika, peneliti mengetahui bahwa kemampuan siswa tidaklah merata. Ada yang benar-benar pintar, namun ada yang
benar-benar kurang. Selain itu, ditemukan juga bahwa masih banyak siswa SMP
Kanisius Pakem yang mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika yang diajarkan oleh guru. Nilai ketuntasan yang didapat siswa
untuk beberapa materi tidak terlalu memuaskan, seperti materi Persamaan
Linear Satu Variabel PLSV pada tahun-tahun sebelumnya, persentase nilai siswa yang melewati nilai kriteria ketuntasan minimal KKM untuk
materi ini hanya berkisar 60 hingga 70. Hal ini disebabkan pada saat siswa belajar di kelas kurang aktif dan enggan untuk bertanya walaupun
ada dari mereka yang belum mengerti. Adapun siswa yang aktif cuma siswa-siswa yang itu-itu saja, sehingga suasana pembelajaran di kelas akan
semakin monoton. Selain itu juga terlihat bahwa banyak siswa yang lebih senang untuk bertanya kepada temannya. Hal ini menyebabkan kegaduhan
di dalam kelas. Ada juga siswa yang lebih memilih bertanya pada teman daripada bertanya pada guru dikarenakan siswa tersebut merasa malu dan
minder karena merasa belum mengerti dengan materi yang diajarkan oleh guru.
Untuk menyelesaikan masalah di atas perlu dilihat dari penyebab utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu meminimalisasi
permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Strategi
yang juga mendorong siswa yang pandai untuk peduli kepada temannya, sehinga terjadi proses belajar yang bersifat kolaboratif.
Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan mengubah strategi pembelajaran saat
pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya perlu mengubah strategi yang awalnya ceramah menjadi strategi yang dapat menciptakan
pola interaksi edukasi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Salah satu
cara yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan strategi tutor sebaya atau mengajar teman sebaya.
Mengajar teman sebaya dapat dipahami sebagai berikut: siswa dari tingkatan kelas yang sama yang pandai dan sudah memahami suatu materi,
kemudian saling membantu siswa lain yang belum memahami suatu materi. Mengajar teman sebaya dapat juga dipahami sebagai suatu
program untuk membantu siswa yang membutuhkan bantuan akademik dalam materi pelajaran tertentu. Siswa yang belum memahami materi
tersebut diajar dan dibina oleh teman-teman lain yang sudah memahami materi tersebut.
Menurut Muhammad Yaumi 2012: 155, banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mengajar teman sebaya merupakan suatu
aktivitas pembelajaran yang sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Masih menurut Muhammad Yaumi 2012: 155,
suatu organisasi yang bernama Center for Effective Collaboration and Practice 2011 memperlihatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Debra Whorton dan Joseph Delquadri yang menemukan bahwa peserta didik yang hanya mampu membaca 24 kata dengan benar meningkatkan
menjadi 48 kata yang benar setelah guru melaksanakan aktivitas pembelajaran mengajar teman sebaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman mengapa peneliti menggunakan
penelitian tindakan kelas dikarenakan penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang
dihadapi di kelas, dengan tujuan untuk mengatasi masalah tersebut tanpa mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung serta peneliti ingin
agar kemampuan siswa-siswi di SMP Kanisius Pakem lebih merata. Sehingga judul yang sesuai untuk
penelitian ini adalah “meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode tutor
sebaya pada siswa kelas VII Honest SMP Kanisius Pakem ”
B. Identifikasi Masalah