Orientasi Kancah Persiapan a. Persiapan Administrasi
penelitian kurang puas dengan kondisi tubuhnya. Cash Pruzinsky, 2002 menyebutkan bahwa kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dari
penampilannya mempengaruhi body imagenya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut, tubuh bagian bawah pantat, paha, pinggul, kaki, tubuh
bagian tengah pinggang, perut, tampilan otot, berat, tinggi, dan penampilan secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan penilitian Thompsondalam Putri,
2010 yang menjelaskan hanya 28 remaha laki-laki dan 15 remaja perempuan merasa puas terhadap seluruh bagian tubuh. Perasaan tidak menarik dan adanya
ketidakpuasan dengan kondisi tubuh ini nantinya akan menyebabkan subjek merasa memiliki body image yang rendah. Di sini terlihat bahwa subjek dengan
body image yang rendah akan melihat tubuhnya kurang menarik bagi diri sendiri
maupun orang lain. Gencarnya media massa Cash Pruzinsky, 2002 memberikan gambaran tentang body image yang sempurna milik public figure
atau artis, akan mempengaruhi subjek dalam mengevaluasi penampilannya. Selain itu, faktor lainnya dikarenakan subjek mendapatkan umpan balik negatif
mengenai penampilannya dari orang tua dan teman-temannya. Sedangkan pada perbandingan skor pada variabel konformitas dalam
perilaku konsumtif didapatkan bahwa mean empiris 81,30 dan mean teoritis 70. Hal ini menunjukan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritis yang
berarti bahwa konformitas dalam perilaku konsumtif yang dimiliki rata-rata remaja di SMA Negri 1 Kalasan cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan subjek
yang diteliti adalah remaja. Pada fase remaja, seseorang akan berusaha diterima dikelompok teman sebaya. Menurut Baron dan Byrne 2003, konformitas adalah
penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja
berperilaku. Konformitas mampu membuat individu berperilaku sesuai dengan keinginan kelompok dan membuat individu melakukan sesuatu yang berada diluar
keinginan individu tersebut. Statrock 2003 menambahkan bahwa konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan suatu hal yang paling
banyak terjadi pada fase remaja. Banyak remaja bersedia melakukan berbagai perilaku demi pengakuan kelompok bahwa ia adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari kelompok tersebut. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial
melalui teman sebaya termasuk dalam cara remaja tersebut mengkonsumsi barang maupun jasa yang digunakan dalam kelompoknya.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam menghubungkan body image
dengan konformitas dalam perilaku konsumtif, menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kedua variabel. Nilai koefisien
korelasi r = -0,798 dengan p = 0,000 p 0,05 menunjukkan arah hubungan dari kedua variabel tersebut negatif, di mana semakin rendah body image maka
semakin tinggi konformitas dalam perilaku konsumtif remaja. Hal ini dikarenakan remaja SMA Negri 1 Kalasan memiliki body image yang rendah, sehingga mereka
ditolak oleh kelompoknya. Agar diterima di kelompok teman sebaya, akhirnya remaja SMA Negri 1 Kalasan melakukan konformitas dalam perilaku konsumtif.
Body image yang rendah pada siswa akan mendorong remaja untuk berperilaku
konsumtif sehingga mereka dapat konform dengan kelompoknya. Siswa SMA
Negari 1 Kalasan cenderung kurang dapat menerima kondisi tubuh sehingga mereka merasa khawatir bahwa kondisi ini tidak dapat diterima oleh temaan-
temannya, dan hal inipun akan mendorong mereka untuk berperilaku konsumtif yang tinggi.
Hasil penelitian ini berarti sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara konformitas dalam perilaku konsumtif dan
body image. Upaya meningkatkan citra atau image diri pada remaja ini
terakumulasi dalam suatu konsep yang berisikan gambaran tentang bagaimana setiap remaja mempersepsikan dirinya Zebua dan Nurdjayadi, 2001. Termasuk
di dalamnya bagaimana remaja mencoba menampilkan diri secara fisik. Remaja berusaha berpenampilan menarik dengan bersolek dan merawat tubuh yang sesuai
dengan nilai kelompoknya. Para remaja cenderung berpenampilan seperti yang dikehendaki kelompoknya Statrock 2003. Penampilan fisik berpengaruh besar
terhadap penerimaan diri remaja dalam kelompoknya. Statrock 2003 menamahkan bahwa konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan
remaja seperti pilihan aktivitas sekolah atau sosial yang diikuti, penampilan, bahasa yang digunakan, sikap serta nilai-nilai yang dianut. Konformitas pada
remaja menyebabkan mereka cenderung menghabiskan lebih banyak uangnya untuk menunjang penampilan dirinya salah satunya dengan melakukan perawatan
tubuh sedemikian rupa yang dilakukan juga oleh anggota kelompok lainnnya. Hal ini dilakukan agar selalu dapat diterima oleh kelompoknya serta mendapat
pengakuan akan dirinya sebagai anggota kelompok.