Profil Terapi Hipertensi Responden

Hasil Penelitian profil tekanan darah responden terhadap jenis kelamin dan umur tidak menunjukkan hasil yang berbeda bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansjoer dan Arif 2001 bahwa pria dan wanita menopause berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang relatif sama menderita hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia Nurkhalida,2003. Begitu pula dengan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak menunjukkan tekanan darah yang berbeda bermakna

1. Profil Terapi Hipertensi Responden

Dari 244 responden yang diambil data tersebut didapatkan hasil prevalensi hipertensi sebanyak 146 responden dan responden hipertensi yang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi sebanyak 88 responden. Tidak semua responden yang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi melakukan terapi hipertensi. Responden hipertensi yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 58 responden, yang terbagi menjadi 52 responden yang melakukan terapi farmakologi dan 6 responden yang melakukan terapi non farmakologi. Tabel IV. Terapi Farmakologi Responden Dukuh Jragung No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Responden orang Persen tase 1. ACE inhibitor Captopril 44 18,03 2. Calcium Channel Blocker CCB Farmabes Diltiazem 1 0,4 3. Calcium Channel Blocker CCB Amlodipin 6 2,46 4. Kombinasi Captopril dan Farmabes 1 0,4 Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan ACE inhibitor yaitu sebesar 18,03. ACE inhibitor jenis captopril merupakan golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden lebih memilih obat Captopril adalah karena harganya yang terjangkau. Responden yang menggunakan obat antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker CCB jenis amlodipin sebesar 2,46 dan diltiazem sebesar 0,4. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden menggunakan CCB adalah karena responden mengalami batuk berkepanjangan ketika mengonsumsi captopril, sehingga dokter mengganti obatnya dengan CCB. Responden yang menggunakan obat kombinasi captopril dan farmabes adalah sebesar 0,4. Kombinasi obat digunakan jika tekanan darah pasien telah melebihi 160100mmHg Dipiro, Wells, Schwinghammer, and Dipiro, 2008. Terdapat pula responden yang melakukan terapi hipertensi non farmakologi. Responden yang melakukan terapi non farmakologi sebanyak 6 orang. Tabel V. Terapi Non Farmakologi Responden Dukuh Jragung No. Terapi Jumlah Responden orang Persentase 1. Timun 3 1,23 2. Sirih Merah 1 0,4 3. Semangka 1 0,4 4. Jamu 1 0,4 Responden yang mengkonsumsi timun sebesar 1,23 , responden yang menkonsumsi sirih merah sebesar 0,4, responden yang mengkonsumsi semangka sebesar 0,4, dan responden yang mengkonsumsi jamu sebesar 0,4. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden lebih memilih terapi non farmakologi adalah karena biaya dan kurangnya kesadaran untuk melakukan terapi farmakologi. B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung Faktor sosio-ekonomi dapat mempengaruhi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden. Pendidikan memberi informasi dan penjelasan untuk kesadaran pencegahan dan pengendalian hipertensi, aksesibilitas yang lebih baik, dan kepatuhan terhadap pengobatan medis. Pekerjaan yang berat di dalam ruangan dapat menimbulkan stress yang cenderung akan menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat lebih mengatur tekanan darahnya. Dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui perbedaan faktor sosio-ekonomi, yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden. Data hasil uji ditampilkan dalam bentuk tabel yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi prevalensi hipertensi responden, tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi kesadaran hipertensi responden, dan tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi terapi hipertensi responden. Tabel VI. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Proporsi Prevalensi Hipertensi Responden Dukuh Jragung Variabel Hipertensi Tidak hipertensi CI 95 n N p value 0,05 OR Batas Bawah Batas Atas Pendidikan  ≤SMP  SMP 105 41 71,9 28,1 66 32 67,3 32,7 0,445 1,242 0,712 2,164 Pekerjaan  Indoor  Outdoor 65 81 44,5 55,5 44 54 44,9 55,1 0,954 0,985 0,589 1,648 Penghasilan  ≤UMR  UMR 130 16 89 11 87 11 88,8 11,2 0,948 1,027 0,455 2,319 Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai OR=1,242 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP memiliki risiko hipertensi 1,2 kali lebih besar besar dibandingkan responden dengan pendidikan SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=0,985 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor memiliki risiko hipertensi 0,9 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=1,027 yang artinya responden dengan penghasilan ≤UMR memiliki risiko hipertensi 1,02 kali lebih besar dibandingkan responden dengan penghasilan UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1. Hal ini dikarenakan responden Dukuh Jragung kurang memberikan informasi yang jelas mengenai pekerjaan dan penghasilan yang mereka miliki. Kebanyakan responden tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Tabel VII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Kesadaran Hipertensi Responden Dukuh Jragung Variabel Sadar Tidak sadar CI 95 n n p value 0,05 OR Batas Bawah Batas Atas Pendidikan  ≤SMP  SMP 60 28 68,2 31,8 45 13 77,6 22,4 0,216 0,619 0,289 1,328 Pekerjaan  Indoor  Outdoor 43 45 48,9 62,1 22 36 37,9 62,1 0,193 1,564 0,796 3,072 Penghasilan  ≤UMR  UMR 76 12 86,4 93,1 54 4 93,1 6,9 0,202 0,469 0,144 1,533 Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi kesadaran hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai OR=0,619 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP memiliki kesadaran hipertensi 0,6 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan pendidikan SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=1,564 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor memiliki kesadaran hipertensi 1,5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=0,469 yang artinya responden dengan penghasilan ≤UMR memiliki kesadaran hipertensi 0,4 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan penghasilan UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1. Hal ini dikarenakan tidak semua responden yang memiliki pendidikan atau penghasilan tinggi juga memiliki kesadaran hipertensi. Responden Dukuh Jragung cenderung tidak mempedulikan kesehatan dan tidak pernah mengukur tekanan darahnya. Tabel VIII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung Variabel Terapi Tidak terapi CI 95 n n p value 0,05 OR Batas Bawah Batas Atas Pendidikan  ≤SMP  SMP 38 20 65,5 34,5 22 8 73,3 26,7 0,456 0,691 0,261 1,829 Pekerjaan  Indoor  Outdoor 32 26 74,4 57,8 11 19 25,6 42,2 0,1 2,126 0,860 5,256 Penghasilan  ≤UMR  UMR 50 8 86,2 13,8 26 4 86,7 13,3 0,952 0,962 0,265 3,494 Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi kesadaran hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai OR=0,691 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP melakukan terapi hipertensi 0,6 kali lebih sedikit dibandingkan responden dengan pendidikan SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=2,126 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor melakukan terapi hipertensi 2,1 kali lebih banyak dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=0,962 yang artinya responden dengan penghasilan ≤UMR melakukan terapi hipertensi 0,4 kali lebih sedikit dibandingkan responden dengan penghasilan UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1. Hal ini dikarenakan tidak semua responden yang memiliki pendidikan atau penghasilan tinggi juga melakukan terapi hipertensi. Responden Dukuh Jragung cenderung tidak mempedulikan kesehatan dan tidak pernah mengukur tekanan darahnya. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82