Terapi Farmakologi Terapi Non Farmakologi

sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Pekerjaan yang berat dan terus menerus akan membuat seseorang cenderung tidak mempedulikan kesehatannya dan tidak melakukan terapi hipertensi, sehingga tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol Muhammadun, 2010. 3 Penghasilan Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat menekan risiko terjadinya hipertensi. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan lebih mudah melakukan terapi hipertensi secara rutin khususnya terapi farmakologi. Sehingga seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan cenderung memiliki tekanan darah yang rendah atau terkontrol Grotto, et al. 2008. Pendapatan yang tinggi akan menurunkan prevalensi hipertensi, karena terapi terkontrol yang dilakukan dapat mengontrol tekanan darah Bell, Adair, and Popkin, 2004.

5. Terapi Hipertensi

Tujuan penanganan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas dan kematian. Terapi yang diberikan dapat mengontrol tekanan darah agar tetap dalam rentang normal. Target nilai tekanan darah adalah kurang dari 14090mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan kurang dari 13080mmHg untuk penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik Dipiro, et al, 2008.

a. Terapi Farmakologi

Pada penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik 140- 159mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99mmHg, disarankan menerima terapi obat tunggal seperti diuretik tiazid, ACE inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker ARB , Calcium Channel Blocker CCB, atau kombinasi bila diperlukan. Pada pasien dengan tekanan darah sisitolik di atas 160mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 100mmHg, disarankan menerima terapi obat kombinasi yaitu diuretik tiazid dengan ACE inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker ARB atau Beta Blocker Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008. Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi secara Farmakologi Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008. .

b. Terapi Non Farmakologi

1 Olahraga Olahraga dapat memperlancar peredaran darah dan dapat pula membakar lemak sehingga tidak menimbulkan obesitas. Olahraga yang dianjurkan bagi orang yang berisiko tinggi terkena hipertensi adalah aerobik, jalan santai, jogging, bersepeda, renang teratur, yoga, dan meditasi Muhammadun, 2010. 2 Istirahat yang Cukup Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot terutama setelah bekerja, sehingga dapat mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak sehingga dapat mengurangi stress atau tekanan Muhammadun, 2010. 3 Mengatur Pola Makan Mengatur pola makan seperti diet rendah garam, mengurangi konsumsi makanan dengan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi, mengkonsumsi cukup buah-buahan dan sayur, mengurangi asupan garam ke dalam tubuh, tidak mengkonsumsi alkohol, dan perbanyak minum air putih Muhammadun, 2010.

B. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit “the silent disease” karena merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi tekanan yang abnormal tinggi di dalam ateri. Penderita hipertensi tidak dapat mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi merupakan risiko penyakit kardiovaskuler dengan komplikasi penyakit jantung, penyakit ginjal, pengerasan arteri, kerusakan mata, dan stroke kerusakan otak. Adanya pengontrolan yang dilakukan penderita hipertensi dapat mengurangi angka kejadian penderita hipertensi. Teori The Rule of halves pada dasarnya dapat digunakan dalam penelitian bidang hipertensi. Teori ini menyatakan bahwa setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui atau belum terdiagnosis oleh pelayanan kesehatan, dan

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82