4
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Halusinasi
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan
ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi.
Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien Purba dkk,2011.
Menurut Maramis 2005, halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu pengahayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal: persepsi
palsu. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya
rangsangan apapun. Berdasakan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan Dalami dkk, 2009.
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi meliputi :
Universitas Sumatera Utara
5
1. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan Fitria, 2010. 2.
Faktor komunikasi dalam keluarga Beberapa komunikasi yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi
diantaranya adalah komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, komunikasi dengan emosi berlebihan,
komunikasi tertutup dan orang tua yang membandingkan anak- anaknya, orang tua yang otoritas dan konflik orang tua Fitria, 2010.
3. Faktor sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya peperangan atau
kerusuhan dan kehidupan yang terisolasi disertai stress Purba dkk, 2011.
4. Faktor psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien Purba dkk, 2011.
5. Faktor biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri Purba dkk, 2011.
6. Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter keturunan berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot Purba
dkk, 2011. b.
Faktor Presipitasi Faktor prepitasi yaitu stimulus yang dipresepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
Universitas Sumatera Utara
6
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek
yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi terjadinya pencetus halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik Fitria, 2010.
3. Tanda dan Gejala