30
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi;
9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
10. Pendapatan dari pengembalian;
11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;
12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
13. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan.
2.1.7 Pajak Hiburan
2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak tentang hiburan. Setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran akan dikenakan pajak dengan nama pajak
hiburan. Hiburan yang dimaksud adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan danatau keramaian. 2.1.7.2
Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Subjek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 43
ayat 1 adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan
Universitas Sumatera Utara
31
daerah. Wajib pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 43 ayat 2 adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
2.1.7.3 Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Yang termasuk objek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah pasal 42 ayat 2 meliputi: a.
Tontonan film; b.
Pagelaran kesenian, musik, tari danatau busana; c.
Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; d.
Pameran; e.
Diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya; f.
Sirkus, akrobat, dan sulap; g.
Permainan bilyar, golf, bowling; h.
Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan; i.
Panti pijat, refleksi, mandi uapspa, dan pusat kebugaran fitness center;
j. Pertandingan olah raga.
Namun, ada yang tidak termasuk dalam hal objek pajak hiburan yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang
diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan dan sejenisnya.
Universitas Sumatera Utara
32
2.1.7.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 44 ayat 1 dan 2 adalah jumlah uang yang diterima atau yang
seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan. Yang termasuk jumlah uang yang seharusnya diterima adalah potongan harga dan tiket cuma-cuma yang
diberikan kepada penerima jasa hiburan.
2.1.7.5 Tarif Pajak Hiburan