Tarif maksimal 10 sepuluh persen khusus untuk hiburan

32

2.1.7.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar pengenaan pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 44 ayat 1 dan 2 adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan. Yang termasuk jumlah uang yang seharusnya diterima adalah potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

2.1.7.5 Tarif Pajak Hiburan

Perubahan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 selain menambah jenis pajak daerah, juga dikembangkan dalam perluasan basis pajak. Perubahan tersebut salah satunya mengakibatkan perubahan tarif Pajak Hiburan. Tiga kelompok tarif pajak hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupatenkota sebagai berikut: a. Tarif maksimal 35 tiga puluh lima persen, antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film;

b. Tarif maksimal 10 sepuluh persen khusus untuk hiburan

kesenian rakyat dan tradisional; c. Tarif maksimal 75 tujuh puluh lima persen, yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klab malam, karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Maka, besarnya tarif pajak hiburan berbeda-beda pada masing-masing KabupatenKota. Sebagai contoh Universitas Sumatera Utara 33 adalah kota Medan yang ditetapkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah sebagai berikut: a. Tontonan film dikenakan pajak 10 sepuluh persen; b. Pagelaran kesenian, musik, tari danatau busana dikenakan pajak 10 sepuluh persen dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dikenakan pajak 5 lima persen; c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya dikenakan pajak 30 tiga puluh persen; d. Pameran dikenakan pajak 10 sepuluh persen; e. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35 tiga puluh lima persen; f. Karaoke dikenakan pajak 30 tiga puluh persen; g. Sirkus, akrobat, dan sulap dikenakan pajak 10 sepuluh persen; h. Permainan bilyar yang menggunakan AC air conditioner dikenakan pajak 20 dua puluh persen dan permainan bilyar yang tidak menggunakan AC dikenakan pajak 15 lima belas persen; i. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan dikenakan pajak 20 dua puluh persen; j. Panti pijat, refleksi, mandi uapspa, dan pusat kebugaran fitness center dikenakan pajak 35 tiga puluh lima persen; k. Pertandingan olah raga dikenakan pajak 10 sepuluh persen. Universitas Sumatera Utara 34 Contoh yang lain pada kota Sibolga yang ditetapkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah sebagai berikut: a. Tontonan film dan pameran dikenakan pajak 10 sepuluh persen; b. Pagelaran kesenian, musik, tari danatau busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, yang bersifat lokal daerah, dikenakan pajak 5 lima persen; c. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35 tiga puluh lima persen; d. Karaoke dikenakan pajak 30 tiga puluh persen; e. Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 7 tujuh persen; f. Permainan ketangkasan, bilyar, video game, permainan game melalui internet dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; g. Panti pijat, refleksi, mandi uapspa, dan sejenisnya dikenakan pajak 25 dua puluh lima persen; h. Pertandingan olah raga, pusat kebugaranfitness, dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; i. Balapan kendaraan bermotor dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; j. Pagelaran musik yang menghadirkan pemusik danatau artis dari luar daerah dikenakan pajak 20 dua puluh persen. Universitas Sumatera Utara 35 Contoh yang lain pada Kabupaten Toba Samosir yang ditetapkan melalui Perda Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan. Perda tersebut menetapkan tarif pajak hiburan sebagai berikut: a. Pertunjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana film bioskop dikenakan pajak 15 lima belas persen; b. Pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, prtunjukan sirkus, pameran seni, pameran busana, kontes kecantikan dikenakan pajak 10 sepuluh persen; c. Pertunjukanpagelaran musik dan tari dikenakan pajak 10 sepuluh persen; d. Diskotik dikenakan pajak 10 sepuluh persen; e. Karaoke dikenakan pajak 10 sepuluh persen; f. Klab malam dikenakan pajak 10 sepuluh persen; g. Permainan bilyar dikenakan pajak 10 sepuluh persen; h. Permainan ketangkasan dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; i. Panti pijat dikenakan pajak 10 sepuluh persen; j. Mandi uap dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; k. Pertandingan olah raga dikenakan pajak 10 sepuluh persen. Besarnya pajak hiburan terutang dapat dihitung dengan rumus: Besar Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak Dimana: Universitas Sumatera Utara 36 Dasar pengenaan pajak = Jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan Tarif pajak = Tarif yang telah ditetapkan oleh kabupatenkota Sebagai contoh kasus untuk menghitung pajak hiburan adalah sebagai berikut: Event Organizer ABC mengadakan hiburan berupa pagelaran musik di kota Medan. Dalam acara itu, setiap penonton yang ingin menonton diwajibkan membayar tiket sebesar Rp50.000,-. Maka, perhitungan pajak hiburan: Dasar pengenaan pajak = Rp50.000 Tarif pajak = 10 Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan pajak X Tarif pajak = Rp50.000 X 10 = Rp5.000 Karena pajak hiburan dibebankan kepada pihak yang menonton atau yang menikmati hiburan, maka beban yang harus dibayar penonton sebagai berikut: = Dasar pengenaan pajak + pajak hiburan = Rp50.000 + Rp5.000 = Rp 55.000 Universitas Sumatera Utara 37

2.1.7.6 Masa Pajak Hiburan

Masa pajak hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1 satu bulan kalender. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran danatau yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

26 160 66

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

10 69 114

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Peningkatan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 54 73

Analisis Pengaruh PMDN dan PMA terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi Sumatera Utara

0 23 84

Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Penerimaan Daerah Pada Era Otonomi di Sumatera Utara

0 43 89

Analisis Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2013

2 47 77

Flaypaper Effect pada Dana Alokasu umum (DAU),dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 42 76

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 2 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak - Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 24