Yang Tidak Patut Menjadi Ahli Waris

Disamping ahli waris ab-intestato yang berdasarkan keluarga sedarah, masih ada keluarga semenda, adalah mereka yang karena pertaliannya didasarkan pada hubungan melalui jalur perkawinan. Keluarga semenda tidak termasuk golongan waris berdasarkan undang-undang, akan tetapi mereka berhak menerima warisan jika pewaris menunjuk, mereka sebagai pewaris berdasarkan wasiat. Yang menjadi ahli waris dalam ahli waris berdasarkan surat wasiat testament, adalah orang yang ditunjuk oleh si pewaris. 87

D. Yang Tidak Patut Menjadi Ahli Waris

Orang-orang yang tidak dibolehkan mewarisi warisan karena tidak patut, tetapi sebagai ahli waris pura-pura telah berkesempatan untuk menguasai semua harta peninggalan itu atau sebagian dari padanya serta telah menikmati hasil dan pendapatannya, berkewajiban untuk mengembalikan hasil dan pendapatannya tersebut. Pada dasarnya semua orang dapat menjadi ahli waris menurut undang- undang baik melalui ab-intestato maupun secara testamenter, tetapi ada sebagian ahli waris yang tidak berhak menerima warisan.Mereka ini adalah orang-orang yang mempunyai pertalian darah dengan pewaris, tetapi karena perbuatannya dianggap tidak patut waris. 88 Adapun perbedaan antara cakap dan patut adalah sebagai berikut:“cakap” termasuk dalam bidang hukum waris testamentair; “patut” masuk hukum waris menurut undang-undang tanpa testament, kecuali pasal 912 yang masuk hukum waris testamentair kalau tidak cakap, maka pembatalan harus dituntut. Apabila 87 J. Satrio, Hukum Waris,Bandung: Alumni, 1992, hal 97. 88 Ibid, hal 101. tidak patut, maka hal tersebut dengan sendirinya menjadi batal. Siapa-siapa orang yang punya pertalian darah dengan pewaris dianggap tidak patut menjadi waris, dimuat dalam pasal 838 KUHPerdata : Yang dianggap tak patut menjadi waris dan karenanyapun dikecualikan dari pewarisan ialah: 1 Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh, atau mencoba membunuh si yang meninggal; 2 Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan karena secara fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap pada si yang meninggal, ialah suatu pengaduan telah melakukan sesuatu kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih berat; 3 Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si yang meninggal untuk mencabut surat wasiatnya. 4 Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau melakukan surat wasiat si yang meninggal. Pasal 912 KUHPerdata : Mereka yang telah dihukum karena membunuh si yang mewariskan, lagipun mereka yang menggelapkan, membinasakan dan memalsukan surat wasiatnya, dan akhirnyapun mereka yang dengan paksaan atau kekerasan telah mencegah si yang mewariskan tadi, akan mencabut atau mengubah surat wasiatnya, tiap-tiap mereka itu, sepertipun tiap-tiap istri atau suami dan anak-anak mereka, tak diperbolehkan menarik sesuatu keuntungan dari surat wasiat yang mewariskan. Setelah memperhatikan pasal-pasal maupun uraian-uraian tersebut di atas, sekarang timbul pertanyaan, dapatkah keturunan anak orang yang tidak patut menjadi ahli waris itu mengajukan dirinya sebagai waris? Menurut undang-undang ada dua hal jenis pewarisan karena kematian, yaitu: untuk penggantian. Yang mewarisi untuk diri sendiri adalah orang yang mempunyai kedudukan sebagai ahli waris dalam harta peninggalan sedangkan orang yang mewarisi karena penggantian, adalah orang yang muncul dalam harta peninggalan untuk orang lain. Orang lain itu, haruslah terlebih dahulu meninggal sebelum peninggal warisan pewaris meninggal dunia. 89 Sebagai contoh : Apabila A mempunyai dua orang anak yaitu B dan C. B dan A ini masing-masing mempunyai anak. B dan C telah membunuh ayahnya, dan karena itu telah dihukum, maka cucu dari A mewarisi harta peninggalan dari A untuk diri sendiri. Bahwa ayah mereka adalah orang yang tidak patut menjadi ahli waris untuk menerima warisan dan tidak menghalangi hal ini. Pembuat undang-undang telah menjaga juga sehingga ayah yang tidak patut menjadi ahli waris itupun tidak dapat menerima nikmat dengan jalan tidak langsung dari harta peninggalan itu, dan karena itu kepada mereka tidak diberikan hak orang tua untuk menikmati hasil dari barang-barang yang diwarisi oleh anak mereka dari ayahnya. Disini Mengenai hal penggantian ini, terdapat dalam pasal 841 KUHPerdata : “Pergantian adalah suatu hak yang diberikan kepada seseorang, untuk menggantikan seorang lain, untuk bertindak sebagai penggantiannya di dalam derajat dan dalam hak orang yang digantikannya.” 89 Ibid, hal 103. dapat ditambahkan bahwa pengganti itu tidaklah bertindak sebagai wakil orang tua yang digantikannya. Bahwa orang yang digantikan itu tidak dapat bertindak sebagai ahli waris, tidaklah mengandung arti bahwa keturunannya tidak dapat bertindak dengan penggantian. 90 Untuk selanjutnya undang-udang tidak membicarakan pengaruh dari hal tidak patut seseorang atau beberapa orang ahli waris menerima warisan karena kematian. Oleh karena peristiwa ini serupa dengan penolakan oleh seorang atau beberapa orang ahli waris sehingga banyak alasan untuk memakaikan akibat penolakan secara analogis pada akibat dari masalah tidak patut. Penolakan adalah lain sama sekali daripada alasan tidak patut. Penolakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sukarela oleh para ahli waris misalnya: tetapi tidak patut, adalah dipaksakan oleh undang-undang kepada seseorang. Dengan demikian memang ada kemungkinan, bahwa dalam keadaan tertentu, pelaksanaan atas hal tidak patut dari suatu aturan penolakan tertentu, akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diterima. Undang-Undang tidak dapat menghalangi dan juga tidak mencoba melakukannya, bahwa seorang yang tidak patut dengan jalan berputar-putar dapat memperoleh kedudukan berkuasa bezit atas harta peninggalan itu. Apabila B tidak patut menjadi ahli waris dalam harta peninggalan dari A, dan C menerima harta peninggalan si A itu. 90 Ibid, hal 104. 60 BAB IV ASPEK HUKUM DALAM PAILIT TERHADAP HARTA WARISAN

A. Akibat Hukum Pernyataan Pailit Terhadap Ahli Waris Debitor Pailit

Dokumen yang terkait

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Dalam Melaksanakan Tugas Mengamankan Harta Pailit Dalam Praktik Berdasarkan Kajian Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

1 3 18

Dampak Pemberi Waralaba (Franchisor) Asing yang Dipailitkan Terhadap Penerima Waralaba (Franchisee) Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

0 0 2

31 UU NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 62

BAB II AKIBAT PUTUSAN PAILIT MENURUT UNDANG-UNDANG NO.37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Penyebab Terjadinya Kepailitan - Kewenangan Debitur Pailit Untuk Mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Kreditu

0 0 28

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut Undang-Undang Kepailitan - Ubharajaya Repository

0 0 17

JURNAL ILMIAH RENVOI DALAM KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 16