C. Prosedur Permohonan Pailit
Kalau diperhatikan prosedur untuk memohon pernyataan pailit bagi sidebitor ada disebutkan dalam Pasal 4 Undang-undang No. 4 Tahun 1998
berbunyi sebagai berikut: 1.
Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada pengadilan niaga melalui panitera.
2. Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal
permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera dengan
tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran. 3.
Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan Niaga dengan jangka waktu paling lambat 1x 24 jam
terhitung sejak tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari
4. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit
diselenggarakan dalam waktu paling lambat 20 dua puluh hari sejak tanggal pemohonan didaftarkan.
5. Atas permohonan debitor dan berdasarkan alasan yang cukup,
pengadilan dapat menunda permohonan dan menetapkan hari sidang. 6.
Penyelenggaraan paling lama 25 dua puluh lima hari terhitung sejak tanggal permohonan didaftarkan.
7. Permohonan pernyataan pailit terhadap suatu firma.
29
29
Ibid, hal 80.
Sedangkan demi melindungi kepentingan kreditor tersebut pasal 7 ayat 1 sub a Undang-undang No. 4 Tahun 1998, menegaskan bahwa kreditor dapat
mengajukan permohonan pailit terhadap debitor yang ditetapkan oleh pengadilan niaga.
Hal ini dilakukan kreditor untuk menjaga itikad tidak baik debitor dalam berhubungandengan pemberesan dan pengurusan hartanya.Selanjutnya juga dalam
putusan pernyataan pailit ataupun setiap saat setelah putusan dijatuhkan, atas usul hakim pengawasan atau permintaan kurator atau salah seorang debitor atau lebih
maka pengadilan boleh memerintahkan agar debitor pailit dimasukkan dalam tahanan baik dalam penjara maupun dalam rumah debitor sendiri dibawah
pengawasan seorang pejabat dari kekuasaan umum dan pemerintah untuk melakukan penahanan dijalankan oleh kejaksaan. Hal ini dilakukan oleh
pengadilan atas dasar debitor pailit dengan sengaja tanpa dasar yang sah, hal ini sesuai dengan Pasal 88, 101 dan 122 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998.
30
Jaksa atau penuntut umum dapat memohon kepailitan seorang debitor bilamana dipenuhi syarat-syarat adanya keadaan berhenti membayar utang dari
yang bersangkutan dengan alasan kepentingan umum. Jadi bila tidak ada lagi kepentingan perseorangan maka jaksa dapat berperan untuk mengajukan
Jika kreditor yang memohonkan pernyataan pailit maka kreditor tersebut harus dapat membuktikan bahwa tuntutannya terhadap pembayaran piutangnya
kepada debitor dilengkapi dengan bukti-bukti tagihan yang cukup, kalau tidak kreditor tersebut tidak akan mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap
diri si debitor.
30
Munir Fuady, op. cit, hal 32.
permohonan pernyataan pailit atas si debitor, tetapi bila bukan demi kepentingan umum jaksa tidak berhak mengajukan permohonan pailit.
31
D. Akibat Hukum Kepailitan