60
BAB IV ASPEK HUKUM DALAM PAILIT TERHADAP HARTA WARISAN
A. Akibat Hukum Pernyataan Pailit Terhadap Ahli Waris Debitor Pailit
1. Pengertian Debitor dan Kreditor Menurut UU NO 37 TAHUN 2004
Sebagaimana ditentukan oleh pasal 2 ayat 1 UUK-PKPU, debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Berkenaan dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 UUK-PKPU di atas,
perlu diketahui siapa saja yang disebut kreditor, dan siapa saja yang disebut debitor. Bab ini membicarakan mengenai pengertian-pengertian kedua istilah
tersebut. Menurut ketentuan pasal 1 angka 1 UUK-PKPU yang dimaksud dengan
debitor adalah sebagai berikut: Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-
undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
101
Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.
Sementara itu, yang dimaksud dengan kreditor diberikan pengertiannya di dalam pasal 1 angka 1 sebagai berikut:
102
Dalam KUH Perdata tidak dapat dipakai isitilah “debitor” dan “Kreditor”, tetapi dipakai istilah si berutang schuldenaar dan si berpiutang schuldeischer.
Menurut Pasal 1235 KUH Perdata dihubungkan dengan Pasal 1234 KUH Perdata,
101
Victor. M. Situmorang, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia,Jakarta: Rineka Cipta, 1994,hal 83.
102
Ibid, hal 85.
dan Pasal 1239 KUH Perdata, si berutang adalah pihak yang wajib memberikan, berbuat atau tidak berbuat sesuatu berkenaan dengan perikatannya, baik perikatan
itu timbul karena perjanjian maupun karena undang-undang. Dalam pustaka- pustaka hukum dan kehidupan masyarakat sehari-hari, schuldenaar disebut
debitor, sedangkan schuldeiser disebut kreditor. 2.
Kepailitan Orang Mati
Apakah seorang yang telah meninggalkan dunia dan sewaktu hidupnya yang bersangkutan memiliki utang-utang dapat diajukan terhadapnya
permohononan pernyataan pailit. UUK-PKPU menentukan bahwa hal yang demikian dapat dilakukan oleh para kreditor dari almarhum. Dalam bab ini
dibicarakan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap seseorang yang telah meninggal dunia dan mengenai
status hukum dari harta warisan dalam hal pewaris tersebut dinyatakan sebagai debitor pailit berkenaan dengan pengajuan permohonan pernyatan pailit yang
diajukan setelah yang bersangkutan meninggal dunia.
103
• Utang orang yang meninggal, semasa hidupnya tidak dibayar lunas; atau
Sesuai dengan ketentuan Pasal 207 UUK-PKPU, harta kekayaan orang yang meninggal harus dinyatakan dalam keadaan pailit, apabila dua atau beberapa
kreditor mengajukan permohonan untuk itu dan secara singkat dapat membuktikan bahwa :
• Pada saat meninggalnya orang tersebut, harta peninggalannya tidak cukup
untuk membayar utangnya.
103
Sutan Remi Sjademi, Hukum Kepailitan ,jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002,hal 118.
Menurut ketentuanpasal 208 ayat 1 UUK-PKPU, permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 harus diajukan kepada pengadilan yang
daerah hukumnya meliputtempat tinggal terakhir debitor yang meninggal. Ahli waris harus dipanggil untuk didengar mengenai permohonan tersebut
dengan juru sita.Hal itu sesuai dengan Pasal 208 ayat 2 UUK-PKPU. Menurut Pasal 208 ayat 3, surat panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, harus
disampaikan di tempat tinggal terakhir debitor yang meninggal, tanpakeharusan menyebutkan nama masing-masing ahli waris, kecuali nama mereka itu dikenal.
Berdasarkan ketentuan Pasal 209 UUK-PKPU, pernyataan pailit mengakibatkan harta kekayaan orang yang meninggal dunia demi hukum
dipisahkan dari harta kekayaan pribadi para ahli warisnya.Berkaitan dengan meninggalnya seorang debitor, perlu dicermati ketentuan Pasal 1107
KUHPerdata.Menurut Pasal 1107 KUHPerdata, setiap kreditor dari orang yang meninggal dan setiap penerima hibah wasiat dapat menuntut para kreditor ahli
warisnya agar harta peninggalan orang yang meninggal itu dipisahkan dari harta kekayaan ahli waris yang bersangkutan.
104
Permohonan pernyataan pailit terhadap harta pailit debitor yang meninggal, menurut Pasal 210 UUK-PKPU, harus diajukan kepada pengadilan
paling lambat 90 hari setelah meninggal. Menurut Pasal 211 UKK-PKPU, ketentuan mengenai perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 sampai
dengan Pasal 177, tidak berlaku terhadap kepailitan harta peninggalan, kecuali apabila warisannya telah diterima oleh ahli waris secara murni zuivere
aanvaarding.
105
104
Ibid, hal 121.
105
Wahyono Darmabrata, op.cit, hal 51.
B. Kedudukan Ahli Waris Debitor Terhadap Putusan Pailit