Dominansi Jenis Tegakan. BAHAN DAN METODE

Pada lokasi penelitian didapat faktor fisik yang berpengaruh terhadap jenis- jenis vegetasi tersebut sehingga mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan tersebut dan dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, didapat suhu rata-rata 24 C, kelembaban udara rata-rata 91,4 dan Intensitas rata- rata 944,33 Lux meter. Demikian juga dengan keadaan tanah, dimana pada lokasi penelitian pH tanah berkisar 6,42, suhu tanah 24,57 C. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data faktor fisik rata-rata pada Lokasi Penelitian Stasiun Rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang TNGL. Ketinggian Suhu Udara C Suhu Tanah C Intensitas Cahaya Lux pH Tanah Kelembaban Udara m dpl Total 720 737 28330 192.52 2742 9822 Rerata 24 24.57 944.33 6.42 91.4 327.4 Daniel, et al, 1992, menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban dan sinar matahari.

4.2. Dominansi Jenis Tegakan.

Dominansi spesies menunjukkan tingkat kehadiran dan penguasaan suatu jenis dalam ekosistem. Jenis dominansi disuatu tempat adalah jenis yang dapat memanfatkan lingkungan secara lebih efisien dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya Smith 1977. Dominansi jenis tegakan diperoleh dari hasil perhitungan Indeks Nilai Penting INP. Jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki INP tinggi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa jenis ini memiliki diameter yang besar Universitas Sumatera Utara dan produktifitas yang besar pula. Menurut Odum 1971 jenis yang dominan memiliki produktifitas yang besar. Menurut Hortshon 1976 dalam Yefri 1987 bahwa yang paling berpengaruh dalam menentukan besarnya diameter batang adalah jenis dan umur pohon. Famili Dipterocarpaceae dan Anacardiaceae merupakan famili yang jenis-jenisnya pada umumnya memiliki diameter batang yang besar. Indeks Nilai Penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, Indeks Nilai Penting tersebut pada tingkatan pohon didapat dari hasil penjumlahan kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR dan dominansi relatif DR. Dari analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting dari tegakan pohon berkisar antara 1,28 - 28,38 , sedang pada tingkat tiang berkisar antara 3,11 - 39,21 . Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis Castanapsis tungurut dengan nilai sebesar 28.38 . Indeks Nilai Penting tertinggi kedua setelah Castanapsis tungurut, terdapat pada jenis Shorea platyclados dengan nilai sebesar 23,07 . Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Indeks Nilai penting 10 Tingkat pohon dan Tingkat Tiang di kawasan hutan Stasiun Rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang TNGL. Tingkat pertumbuhan No Nama Latin Family INP Pohon 1 Castanapsis tungurut Fagaceae 28.38 2 Shorea platyclados Dipterocarpaceae 23.07 3 Shorea sp. Dipterocarpaceae 19.86 4 Alseodaphne sp. Lauraceae 16.62 5 Shorea lepidota Dipterocarpaceae 11.95 6 Shorea multiflora Dipterocarpaceae 11.56 7 Scaphium sp. Sterculeaceae 9.98 8 Diospyros malam Ebenaceae 9.43 9 Santiria rubiginosa Burseraceae 9.34 10 Shorea leprosula Dipterocarpaceae 9.21 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 3…….. Tingkat pertumbuhan No Nama Latin Family INP Tiang 1 Shorea sp. Dipterocarpaceae 39.21 2 Shorea platyclados Dipterocarpaceae 32.70 3 Euricoma longifolia Symarobaceae 23.76 4 Alseodaphne sp. Lauraceae 18.33 5 Anisoptera magistocarpa Dipterocarpaceae 13.37 6 Scaphium sp. Sterculeaceae 15.42 7 Persea sp Lauraceae 10.53 8 Mangifera grasialis hook. Anacardiaceae 9.85 9 Eugenia grandis Myrtaceae 8.29 10 Diospyros malam Ebenaceae 6.28 Indeks Nilai Penting terendah pada jenis Altingia excelsa yang mempunyai nilai sebesar 1.28 Lampiran 7, sedangkan pada tingkat tiang Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis Shorea sp. dengan nilai sebesar 39.27 . Disusul Shorea platyclados dengan nilai sebesar 32,7 . sedang yang mempunyai Indeks Nilai Penting terendah pada jenis Dipterocarpus grandiflorus 3.19 . Eurya nitida, Knema sp, Memecylon laevigatum, Pterospermum diversifolium, yang masing-masing 1 yaitu, 3.19 Lampiran 8. Tingginya individu dari jenis Dipterocarpaceae, Fagaceae, Myrtaceae, Lauraceae, dan Burseraceae, menunjukkan bahwa hutan Kawasan Stasiun Rehabilitasi Orangutan, Resort Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, merupakan hutan hujan tropis dataran rendah dengan kondisi yang baik. Menurut Soerianegara 1998, hutan alam di Indonesia sebagian besar merupakan hutan hujan tropis basah, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada di wilayah khatulistiwa, yang merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman tinggi. Di Universitas Sumatera Utara hutan bawah banyak terdapat spesies pohon anggota famili ; Dipterocarpaceae, terutama anggota Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalonops, dan Cotelobium. Selain Dipterocarpaceae juga terdapat Famili ; Fagaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Miristicaceae, dan Ebenaceae serta pohon-pohon anggota Agathis, Kompassia, Altingia, Duabangga, Gossaneinus, Oktameles, dan Dyera. Jenis Castanopsis tungurut merupakan jenis dari famili Fagaceae. Jenis famili Fagaceae dikenal memiliki kemampuan beradaptasi di berbagai tipe hutan tropik Whitmore 1984. Lebih lanjut Riswa 1987 menyatakan famili Fagaceae memiliki kemampuan relatif tinggi beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan. Jenis ini cukup toleran terhadap kebutuhan cahaya matahari. Buah dari jenis ini memiliki biji yang sangat banyak. Jenis Castanapsis tungurut merupakan jenis yang mendominasi pada tingkat pohon tetapi tidak terdapat pada tingkat tiang. Hal ini mungkin terjadi karena adanya faktor lingkungan. Menurut Utomo 2006, bahwa ketidak konsistenan jenis dominan pada tingkat pohon dengan pada tingkat tiang dapat disebabkan beberapa hal, yaitu : 1. Tidak diketahuinya awal mulai pertumbuhan pohon. 2. Biji pohon hutan secara umum bersifat rekalsitran sehingga saat biji jatuh kelantai hutan, bila tidak segera berkecambah akan membusukmati oleh tingginya kandungan air. 3. Kondisi lingkungan yang kompleks, seperti kemiringan tanah yang berbeda dan kandungan batuan yang tinggi menyebabkan biji yang jatuh di tempat yang berbatu tidak dapat tumbuh, dan karena kemiringan biji dapat Universitas Sumatera Utara 4. Beberapa jenis pohon klimaks yang ada sangat jarang berbuah sehingga produksi biji yang dihasilkan untuk membentuk semai lebih terbatas. 5. Beberapa jenis pohon hutan tertentu disukai satwa dan nilai ekonomis sehingga sulit ditemukan di bawah pohon induk.

4.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan.