Polunin 1997 mengatakan bahwa hutan hujan tropis mempunyai biomasa lazimnya 450 dengan kisaran 60-800 Ton per hektar, tergantung pada tipe vegetasi
dan tipe tanah. Dan kebanyaan biomas ini terdapat dalam batang – batang pohon. Palm, at al. menyatakan bahwa pohon hutan menyimpan 50-80 karbon namun
akumulasinya dipengaruhi oleh, jenis, iklim, tanah dan managemen. Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh
jenis tegakannya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi
bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Biomasa pohon dalam berat kering dihitung menggunakan allometric
equation berdasarkan pada diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanah Rahayu, et al., 2007.
2.5 Vegetasi
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan- hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi
tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut
sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan Soerianegara dan Indrawan,1978.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Analisis Komunitas Tumbuhan
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur tegakan. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh
karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang
dipelajari Indriyanto, 2006. Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai
komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme Soegianto, 1994. Lebih lanjut Soegianto, 1994 menjelaskan, bahwa hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat
mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antarspesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan
akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komunitas. Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan
demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter
kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies
tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja
Universitas Sumatera Utara
yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh
Gopal dan Bhardwaj, 1979.
2.6.1 Parameter Kuantitatif Dalam Analisis Komunitas Tumbuhan
Menurut Gopal dan Bhardwaj 1979, untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga macam parameter kuantitatif antara
lain: densitaskerapatan, frekuensi, dan dominansi. Kusmana 1997 mengemukakan bahwa untuk keperluan deskripsi vegetasi tersebut ada tiga macam parameter
kuantitatif yang penting, antara lain densitas, frekuensi, dan kelindungan. Kelindungan yang sebenarnya sebagai bagian dari parameter dominansi.
Kelindungan adalah daerah yang ditempati oleh tetumbuhan dan dapat dinyatakan dengan salah satu atau kedua-duanya dari penutupan dasar basal cover
dan penutupan tajuk canopy cover. Adapun parameter umum dari dominansi yang dikemukakan oleh Gopal dan Bhardwaj 1979, meliputi kelindungan, biomassa, dan
produktivitas. Kusmana 1997 mengemukakan bahwa dalam penelitian ekologi hutan pada umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies tetumbuhan yang
dominan yang memberi ciri utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan. Spesies tumbuhan yang dominan dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur
dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting, dan
perbandingan nilai penting summed dominance ratio.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, masih banyak parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan komunitas tumbuhan, baik dari segi struktur
komunitas maupun tingkat kesamaannya dengan komunitas lainnya. Parameter yang dimaksud untuk kepentingan tersebut adalah indeks keanekaragaman spesies dan
indeks kesamaan komunitas Soegianto, 1994.
2.7 Kondisi Komunitas Tumbuhan Hutan
Komunitas tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik yang disebabkan oleh adanya aktifitas alam maupun manusia. Aktifitas manusia yang
berkaitan dengan upaya memanfaatkan hutan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan kondisi komunitas tumbuhan yang ada di dalamnya. Aktifitas
manusia di dalam hutan dapat bersifat merusak, juga bersifat memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan, yang bersifat merusak komunitas tumbuhan misalnya
penebangan pohon, pencurian hasil hutan, peladangan liar, pengembalaan liar, pembakaran hutan, dan perambahan dalam kawasan hutan. Adapun aktifitas manusia
yang bersifat memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan adalah kegiatan reboisasi dalam rangka merehabilitasi areal kosong bekas penebangan, areal kosong
bekas kebakaran, maupun reboisasi dalam rangka pembangunan hutan tanaman industri Indriyanto, 2006.
Untuk mengetahui kondisi komunitas hutan harus dilakukan survey vegetasi dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode pengambilan contoh
untuk analisis komunitas tumbuhan. Kemudian, kondisi komunitas tumbuhan hutan
Universitas Sumatera Utara
dapat dideskripsikan berdasarkan parameter yang diperlukan dan dianalisis untuk menginterpretasi perubahan yang terjadi. Dengan demikian, kajian kondisi komunitas
hutan akan sangat berguna dalam menerapkan sistem pengelolaan hutan Indriyanto, 2006.
Potensi dan keadaan hutan yang selalu berubah karena pertumbuhan dan kematian yang terjadi maupun karena penebangan yang dilakukan manusia,
menyebabkan perlu adanya informasi hutan setiap jangka waktu tertentu. Informasi ini tidak hanya dilakukan terhadap tegakan baru atau tegakan yang mengalami
perubahan besar saja, tetapi terhadap seluruh tegakan yang ada Simon, 2007.
2.8 Analisis Tegakan