Di Asia Tenggara umumnya ditemukan lebih dari seratus jenis spesies pohon yang berbeda tiap hektarnya, tidak termasuk tingkat seedling semai walaupun
beberapa dugaan terdahulu menyatakan bahwa kadang-kadang jumlah keseluruhan spesies pohon mungkin hampir 400 spesies per-hektar. Daerah hutan tropis yang
relatif paling sedikit adalah Afrika, dimana lebih sedikit dari 100 spesies pohon perhektarnya merupakan endemik Longman dan Jenik, 1974.
Untuk keperluan inventarisasi, Kusmana 1997 membedakan vegetasi hutan sebagai berikut:
a. Seedling semai yaitu permudaan mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m
b. Sapling pancang, sapihan yaitu permudaan yang tingginya 1,5 m dan lebih
sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm c.
Tiang yaitu pohon-pohon muda yang berdiameter 10 - 20 cm d.
Pohon dewasa yaitu pohon yang berdiameter lebih dari 20 cm yang diukur 1,3 meter dari permukaan tanah.
2.4 Karbon tersimpan.
Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena
terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas karbondioksida CO
2
, metana CH
4
dan nitrogen oksida N
2
O yang lebih dikenal dengan gas rumah kaca GRK Kenaikan konsentrasi CO
2
dan GRK lain di atmosfer dapat terjadi secara alamiah, misalnya dari erupsi gunung berapi yang melepaskan sekitar 130-200 juta ton CO
2
Universitas Sumatera Utara
per tahun. Namun pada kenyataannya, pasca revolusi industri emisi CO
2
yang dihasilkan manusia mencapai 27-30 milyar ton per tahun, lebih dari 130 kali lipat
dibandingkan emisi dari gunung berapi Hairiah dan Rahayu, 2007. Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas
sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gas-gas tersebut meningkat di
atmosfer Najiati, et al., 2005.
Menurut Hairiah dan Rahayu, 2007, konsentrasi GRK di atmosfer meningkat sebagai akibat adanya pengelolaan lahan yang kurang tepat, antara lain
adanya pembakaran vegetasi hutan dalam skala luas pada waktu yang bersamaan dan adanya pengeringan lahan gambut. Kegiatan-kegiatan tersebut umumnya dilakukan
pada awal alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian. Kebakaran hutan dan lahan serta gangguan lahan lainnya telah menempatkan Indonesia dalam urutan ketiga
negara penghasil emisi CO
2
terbesar di dunia. Indonesia berada di bawah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang dihasilkan mencapai dua miliar ton
CO
2
pertahunnya atau menyumbang 10 dari emisi CO
2
di dunia. Tumbuhan memerlukan sinar matahari, air H
2
O dan gas asam arang CO
2
, melalui proses fotosintasis, CO
2
di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun
dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi C
sequestration. Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
tanaman hidup biomasa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO
2
di atmosfir yang diserap oleh tanaman Hairiah dan Rahayu, 2007
Lebih lanjut Hairiah dan Rahayu, 2007, menyatakan tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran agroforestry
merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan C rosot C =C sink yang jauh lebih besar daripada tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan alami dengan
keragaman jenis pepohonan berumur panjang merupakan gudang penyimpanan C tertinggi. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan
atau ladang pengembalaan maka C tersimpan akan merosot. berkenaan dengan upaya pengembangan lingkungan bersih, maka jumlah CO
2
di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah serapan CO
2
oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan emisi CO
2
ke udara serendah mungkin. Jadi, minimal dengan mempertahankan keutuhan hutan alami, menanam pepohonan pada lahan-
lahan pertanian dan melindungi lahan gambut sangat penting untuk mengurangi jumlah CO
2
yang berlebihan di udara. Jumlah ”C tersimpan” dalam setiap penggunaan lahan tanaman, seresah dan tanah, biasanya disebut juga sebagai
gginya emisi CO
2
dari kendaraan bermotor dan aktivitas manusia lainnya Channel,1996 ”cadangan karbon C”.
Perbedaan penambahan carbon tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan kandungan CO
2
di udara. Peningkatan CO
2
di atmosfer akan meningkatkan karbon tersimpan sinker CO
2
. Kandungan karbon di jalur hijau jalan lebih tinggi dibandingkan dengan jalur hijau sungai dan pantai diduga karena tin
Universitas Sumatera Utara
Hutan berperan dalam upaya penyerapan CO
2
dimana dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklofil mampu menyerap CO
2
dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Hasil fotosisntasis ini antara lain disimpan
dalam bentuk biomasa yang menjadikan vegetasi tumbuhan menjadi besar dan tinggi Adinugroho, et al., 2009.
Dampak konversi hutan menjadi lahan pertanian baru terasa apabila diikuti dengan degradasi tanah dan hilangnya vegetasi, serta berkurangnya proses
fotosintesis akibat munculnya gedung-gedung bertingkat serta bangunan-bangunan dari aspal sebagai pengganti tanah atau rumput. Masalah utama yang terkait dengan
alih guna lahan adalah perubahan jumlah cadangan karbon. Pelepasan karbon ke atmosfir akibat konversi hutan berjumlah sekitar 250 Mg ha
-1
C Mg = mega gram = 10
6
g = ton yang terjadi selama penebangan dan pembakaran, sedangkan penyerapan
kembali karbon menjadi vegetasi pohon relatif lambat, hanya sekitar 5 Mg ha
-1
C. Penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan:
a mempertahankan cadangan karbon yang telah ada dengan cara mengelola hutan lindung, mengendalikan
deforestasi, menerapkan praktek silvikultur yang baik, mencegah degradasi lahan gambut dan memperbaiki pengelolaan cadangan bahan organik tanah,
bmeningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu dan cmengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbaharui secara
langsung maupun tidak langsung angin, biomasa, aliran air, radiasi matahari, atau aktivitas panas bumi Rahayu, et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
Polunin 1997 mengatakan bahwa hutan hujan tropis mempunyai biomasa lazimnya 450 dengan kisaran 60-800 Ton per hektar, tergantung pada tipe vegetasi
dan tipe tanah. Dan kebanyaan biomas ini terdapat dalam batang – batang pohon. Palm, at al. menyatakan bahwa pohon hutan menyimpan 50-80 karbon namun
akumulasinya dipengaruhi oleh, jenis, iklim, tanah dan managemen. Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh
jenis tegakannya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi
bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Biomasa pohon dalam berat kering dihitung menggunakan allometric
equation berdasarkan pada diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanah Rahayu, et al., 2007.
2.5 Vegetasi