4. Beberapa jenis pohon klimaks yang ada sangat jarang berbuah sehingga
produksi biji yang dihasilkan untuk membentuk semai lebih terbatas. 5.
Beberapa jenis pohon hutan tertentu disukai satwa dan nilai ekonomis sehingga sulit ditemukan di bawah pohon induk.
4.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan.
Untuk mengetahui keanekaragaman dan kemerataan pada lokasi penelitian
telah dilakukan analisa data dan didapat hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4 Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan tingkat pohon dan tingkat tiang di kawasan Stasiun Rehabilitasi Orangutan, Resort Bukit Lawang, TNGL.
Indeks Tiang Pohon
H 3,5 3,92
E 0,93 0,91
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada lokasi penelitian didapat indeks keanekaragaman tingkat pohon sebesar 3.92 dan nilai Keanekaragaman tingkat tiang
sebesar 3,5. Hal ini menunjukkan jumlah jenis diantara jumlah total individu seluruh jenis yang ada termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Mason 1980, jika nilai
Indeks Keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis rendah, jika
Universitas Sumatera Utara
diantara 1-3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi.
Nilai indeks kemerataan didapat dengan membandingkan nilai H’ dengan total jumlah jenis atau genus ln S yang terdapat pada suatu lokasi. Indeks Kemerataan
tingkat pohon sebesar 0,91, serta indeks Kemerataan tingkat tiang 0,93. Dari nilai-
nilai tersebut dapat dikategorikan bahwa nilai Kemerataan pada Stasiun Rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang, TNGL, Kecamatan Bohorok termasuk dalam
kategori tinggi. Menurut Sastrawidjaya 1991, ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi
yang berbeda menyebabkan nilai keanekaragaman dan nilai Indeks Kemerataan bervariasi. Lebih lanjut Krebs 1985, menyatakan bahwa Indeks Kemerataan rendah
0E0,5 dan keseragaman tinggi apabila 0,5E1.
4.4. Stratifikasi Vegetasi
Stratifikasi atau pelapisan tajuk merupakan susunan tumbuhan secara vertikal di dalam suatu komunitas tumbuhan atau ekosistem hutan. Menurut Soerianegara,
1998, didalam masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa dominan daripada yang lain. Pohon-pohon yang tinggi dari stratum
lapisan teratas mengalahkan atau menguasai pohon yang lebih rendah, merupakan jenis-jenis pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan. Pada
ekosistem hutan hujan tropis, stratifikasi itu terkenal dan lengkap Vickery,1984.
Universitas Sumatera Utara
Tiap lapisan dalam stratifikasi itu disebut dengan stratum. Di Stasiun rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang TNGL Kecamatan Bohorok.
Tabel 5 Stratifikasi tingkat pohon dan tingkat tiang di kawasan Stasiun Rehabilitasi
Orangutan, Resort Bukit Lawang, TNGL.
Stratum Pohon Tiang
A 113 3
B 42 13
C 37 65
Dari Tabel 5 tersebut dapat dilihat bahwa di Stasiun Rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang, TNGL, Kecamatan Bohorok, stratifikasi tegakannya tersusun
atas stratum A, B dan C. Hal ini menjelaskan bahwa di hutan ini masih banyak dijumpai pohon-pohon besar dan tinggi. Pada tingkat Pohon terdapat Stratum A
disusun oleh 113 Individu, stratum B tersusun atas 42 individu dan stratum C tersusun atas 37 individu, dan pada tingkat Tiang terdapat Stratum A disusun oleh 3
individu, stratum B tersusun oleh 13 individu, serta stratum C disusun atas 65 individu dalam 1 ha areal. Dari data yang diperoleh hanya terdapat stratum A,B dan C
saja, sedang pada stratum D dan E tidak ada, karena penelitian ini hanya sampai tingkat Pohon dan Tiang saja, sedang pada tingkat Sapihan dan tingkat Semai tidak
diteliti. Seperti yang umum dijumpai, pada tegakan hutan alam di hutan hujan tropik
bahwa stratifikasi pelapisan tajuk hutan berkembang dengan baik sehingga hutan hujan tropik yang sempurna akan memiliki lima strata atau lapisan tajuk hutan, yaitu
strata A, B, C, D dan E. Kondisi seperti ini mencerminkan tegakan hutan tidak
Universitas Sumatera Utara
seumur. Adanya stratum ini dikarenakan persaingan antar tumbuhan serta sifat toleransi spesies pohon terhadap radiasi matahari Indriyanto, 2006.
Selain itu stratum juga menunjukkan kelas umur dari masing-masing vegetasi penyusun hutan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tidak seragamnya tajuk-tajuk
pohon stratum di Stasiun rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang TNGL, Kecamatan Bohorok, atau dengan kata lain di hutan ini terdapat perbedaan kelas
umur dari setiap vegetasi. Hal ini disebabkan karena pada hutan hujan tropik, faktor lingkungan berfluktuasi.
4.5. Karbon Tersimpan