dapat dideskripsikan berdasarkan parameter yang diperlukan dan dianalisis untuk menginterpretasi perubahan yang terjadi. Dengan demikian, kajian kondisi komunitas
hutan akan sangat berguna dalam menerapkan sistem pengelolaan hutan Indriyanto, 2006.
Potensi dan keadaan hutan yang selalu berubah karena pertumbuhan dan kematian yang terjadi maupun karena penebangan yang dilakukan manusia,
menyebabkan perlu adanya informasi hutan setiap jangka waktu tertentu. Informasi ini tidak hanya dilakukan terhadap tegakan baru atau tegakan yang mengalami
perubahan besar saja, tetapi terhadap seluruh tegakan yang ada Simon, 2007.
2.8 Analisis Tegakan
Menurut Soerianegara dan Indrawan 1978 yang dimaksud analisis vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan komposisi jenis dan
bentuk struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Cain dan Castro 1959 dalam Soerianegara 1978, menyatakan bahwa
penelitian yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak pada komposisi jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari dengan mengetahui
sejumlah karakteristik tertentu di antaranya, kepadatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Komposisi Tegakan
Salah satu ciri hutan hujan tropik yang juga dapat disaksikan di hutan pegunungan Rifai, 1993. Lapisan-lapisan ini dibedakan atas lapisan tajuk kanopi
A dan B dan lapisan bawah C dan D, kanopi merupakan atap hutan. Rata-rata ketinggiannya adalah 20 sampai 35 meter, tumbuh rapat, sehingga tajuknya saling
bertautan membentuk kesinambungan dan menjadi atap hutan. Lapisan B dihuni oleh pohon-pohon yang masih muda dan kecil. Ketinggian rata-rata 4 sampai 20 meter.
Lapisan C dan D adalah lapisan semak dan lapisan penutup tanah Hafild dan Aniger, 1984.
Komposisi hutan merupakan penyusun suatu tegakan atau hutan yang meliputi jumlah jenis ataupun banyaknya individu dari suatu jenis tumbuhan
Wirakusuma, 1990. Komposisi hutan sangat ditentukan oleh faktor-faktor kebetulan, terutama waktu-waktu pemencaran biji dan perkembangan bibit. Pada
daerah tertentu komposisi hutan berkaitan erat dengan ciri habitat dan topografi Anwar, et al., 1992.
Universitas Sumatera Utara
III. BAHAN DAN METODE
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan hutan Stasiun rehabilitasi Orangutan Resort Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bahorok, Kabupaten
Langkat. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan April hingga Juli 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1;
Sumber : Dirjen Perlindungan Pelestarian Alam TNGL Gambar 1.Peta lokasi penelitian di Kawasan Bukit Lawang, TNGL.
.
Universitas Sumatera Utara