juga dilakukan pemerintah melalui program KB Keluarga Berencana yang dimulai awal tahun 1970-an.
Dari aspek kependudukan, Indonesia sebenarnya merupakan potensi yang besar bagi pembangunan. Jumlah penduduk yang relatif besar merupakan sumber tenaga kerja
sekaligus pasar. Namun sayangnya, jumlah tenaga kerja yang banyak tersebut tidak diikuti dengan tingkat pendidikan yang memadai, dalam konteks pembangunan yang
rendah, membimbing masyarakat dari kemampuan berpikir. Keadaan ini berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat itu dalam bekerja atau berproduksi guna memenuhi
hidupnya dalam keluarganya. Bila sifat kegiatan produksinya subsistence, maka balas jasa yang diperoleh oleh sebagian besar tenaga kerja Indonesia tidak begitu besar,
sehingga kemampuannya dalam berkonsumsipun sangat terbatas.
4.2 Gambaran Perekonomian Indonesia
Sampai pada paruh pertama tahun 1997, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai dengan menguatnya beberapa indikator makro ekonomi.
Pada tahun 1996, tercatat bahwa tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia mencapai 7,8 per tahun dan inflasi pada lima bulan pertama mampu mencapai tingkat terendah
selama sepuluh tahun terakhir pada periode yang sama. Adapun investasi langsung luar negeri mencapai US 6,5 juta pada tahun fiskal 19961997, cadangan pemerintah
mencapai US 20 juta pada bulan Maret 1997 cukup untuk lima bulan impor, sementara tingkat depresiasi rupiah pada kisaran 3-5 Bank Indonesia, 1997.
Perekonomian Indonesia kemudian mengalami perubahan mendadak setelah pada pertengahan tahun 1997, muncul masalah yang menghantam perdagangan valuta asing di
Universitas Sumatera Utara
kawasan Asia, diawali dengan guncangnya pasar valuta asing di Thailand dan kemudian menjalar ke pasar valas negara-negara lain termasuk Indonesia. Pada akhir 1997,
depresiasi riil nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai angka 68,7. IDE, 1999 melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tersebut tentunya berdampak negatif
terhadap posisi neraca pembayaran, terutama karena jumlah utang luar negeri makin membengkak dimana pada tahun 1997 total stok utang luar negeri secara luar negeri
mencapai 64,2 PDB dan membengkak menjadi 95,3 World Bank, 1999 Pada saat keseimbangan eksternal tergangggu terjadi pula ketidakseimbangan
internal, kenaikan harga barang-barang, serta merta memperbesar angka inflasi. Pada akhir tahun 1997, angka inflasi mencapai 11,1 per tahun dan terus meningkat sampai
77,6 per tahun pada tahun berikuttnya. Dalam kasus Indonesia, krisis nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar terus menular ke sektor-sektor lainnya hingga menimbulkan
krisis ekonomi. Pada akhir tahun 1997, pertumbuhan ekonomi tahunan PDB riil tercatat sebesar 4,7 dan pada akhir tahun 1998 turun sebesar 3,2 BI, 1999
Untuk memperbaiki kondisi perekonomian secara eksternal dan internal, pemerintah juga sepakat meminta bantuan terhadap IMF dengan tujuan untuk mencapai
stabilisasi inflasi dan defisit anggaran. Krisis ekonomi bisa muncul sebagai dampak negatif dari kebijakan ekonomi yang kemudian diperburuk oleh kondisi perekonomian
dunia. Pengalaman-pengalaman negara berkembang yang mengalami krisis ekonomi pada dekade 1980-an membuktikan bahwa perubahan harga dunia sering kali
menyebabkan munculnya defisit dalam neraca pembayaran BOP suatu negara dan pengeluaran yang berlebihan akan mendorong inflasi, dalam kegiatan produksi juga
mengalami kemacetan, Krueger, 1999. Secara teoritis, kebijakan ekonomi di negara-
Universitas Sumatera Utara
negara sedang berkembang muncul karena adanya asumsi bahwa pasar gagal melaksanakan fungsinya market failure sehingga dibutuhkan intervensi pemerintah.
Namun, jika kebijakan pemerintah tersebut tidak diarahkan dengan baik maka justru akan mendorong munculnya kegagalan pemerintah government failure.
Hingga pertengahan tahun 1990-an, indonesia membangun ekonomi dengan pertumbuhan PDB sebesar 6-8 per tahun. Bagi beberapa pihak prestasi ini diartikan
sebagai keajaiban ekonomi Asia yang diimbangi dengan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada saat itu dan diimbangi juga dengan PDB perkapita meningkat
dari US 700 pada tahun 1990 menjadi hampir US 1200 pada tahun 1996.
4.3 Perkembangan Impor Barang Konsumsi di Indonesia.