disuntik hormon pertumbuhan Ikan salmon
Impor Australia
- Produk pertanian
Impor Jepang
- Kayu
Impor UE
Indonesia Kayu lapis
Impor Jepang
Indonesia Sumber: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
Walupun belum ada suatu studi yang komprehensif hingga saat ini mengenai ekstra biaya yang muncul dari penerapan NTBs seperti di atas bagi eksportir, namun dapat
diduga sebagai suatu hipotesis bahwa biaya ekonomi tersebut sangat besar, bahkan pada tingkat makro bisa melebihi kerugian akibat pengenaan tarif impor. Alasannya dalam
sistem tarif ada kepastian sehingga si eksportir dari awal sudah bisa menyesuaikan dengan harga jualnya. Dalam kata lain, selama barabgnya tetap laku walaupun harga
jualnya di negara importir meningkat akibat dikenakan bea masuk, tidak ada masalah bagi eksportir, ekspornya jalan terus. Sedangkan dalam sistem NTBs yang sangat
bervariasi, bisa sangat menyulitkan si penjual, dan bahkan akibat terlalu ketatnya peraturan di negara pembeli bisa membuat ekspornya terhenti atau ditolak sama sekali.
2.2.4 Tren Perkembangan Tarif dan NTBs Belakangan Ini.
Dengan berakhirnya peraturan Uruguay PU yang ditandai dengan berdirinya WTO pada tahun 1994, maka dapat dikatakan bahwa secara resmi dunia memulai proses
menuju era perdagangan bebas, yang akan diberlakukan di seluruh dunia paling lambat tahun 2020. sebenarnya, jauh sebelum tercapainya kesepakatan WTO tersebut, sudah
banyak negara yang mulai melakukan reformasi tarif. Hal ini dapat dilihat dari penurunan
Universitas Sumatera Utara
tarif impor di dunia sebagai suatu pangsa dari nilai impor di semua wilayah dalam 25 tahun terakhir, tetapi lebih nyata di negara-negara dari kelompok OECD. Di wilayah-
wilayah lainnya tidak ada perubahan yang nyata hingga akhir tahun 1980-an, dan setelah itu semua wilayah menunjukkan suatu penurunan.
Tabel 2.2: Pemasukan Tarif Impor Secara Kolektif Sebagai Persentase dari Impor
Wilayah Periode
1975 1980 1985 1990 1995 Tahun
Terakhir
Semua Negara 22.4 22.5 22.0 21.0 18.9
16.2 Uni Eropa
3.2 1.8
1.2 0.5
0.1 Jepang
2.6 2.4
1.7 1.3
1.3 13
AS 1.5
1.4 1.6
1.6 1.4
1.0 Negara maju lain
9.2 6.9
5.8 4.0
1.6 1.3
Cina tad
tad tad
13.8 8.8
9.5 India
16.4 22.0 26.7 28.8 24.4 18.5
Indonesia 10.3
7.2 3.2
6.4 4.0
3.1 NSB lain yang sudah maju
24.4 23.5 21.0 20.4 17.9 14.2
NSB yang masih terbelakangmiskin
35.9 36.2 37.4 35.0 33.8 32.0
Keterangan: NSB yang sudah maju seperti India, Cina, Indonesia, Malaysia, Thailand. Sedangkan NSB yang masih terbelakang seperti di Afrika dan Asia Selatan selain India.
Sumber: World Development Indicators CD Rom 2003, dikutip dari de Cordoba dkk 2004.
Universitas Sumatera Utara
Dua hal penting yang disepakati bersama di dalam PU adalah pemotongan tarif impor terhadap produk-produk pertanian dan menhilangkan rintangan-rintangan terhadap
perdagangan internasional untuk tekstil dan produk-produk lainnya, khususnya pakaian jadi di dalam Multi-Fibre Agreement MFA paling lambat pada akhir tahun 2004.
Kesepakatan tersebut mengharuskan negara-negara maju memotong bea masuk impor sebesar 13 dan NSB yang sudah maju sebesar 14, dan ini dicapai dengan negoisasi garis
per garis dari tarif. Pada akhirnya, negara maju dan NSB yang sudah maju memotong sekitar 30 dari garis-garis tarif mereka Tulus Tambunan, 2004
Akan tetapi, dalam kenyataan, hasil yang muncul dari kesepakatan di dalam PU adalah kelangsungan bias yang tidak proporsional dalam proteksi terhadap ekspor dari
NSB yang sudah maju maupun belum lewat batas-batas tertinggi dan ekskalasi dari tariff UNTACD, 2003c . Pentingnya batas-batas maksimum dari tarif atas produk-
produk yang penting bagi ekspor dari NSB tetap menjadi suatu prioritas di dalam agenda perdagangan multilateral. Hasil penelitian dari de Cordoba dkk 2004 menunjukkan
hampir 10 dari garis-garis tarif negara-negara maju tiga kali lebih besar dari rata-rata nasional.
Tabel 2.3: Batas-Batas Tertinggi dari Tarif Sebagai Persentase dari Garis-Garis dari Tarif
Skenario Batas Tertinggi
Yang Diterapkan Negara-negara maju
8.2 9.9
NSB yang sudah maju 0.4
3.5 NSB yang belum maju
0.4 0.7
Sumber: data dari UNTACD TRAINS data base, dikutip dari tabel 3 de Cordob dkk 2004
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari studi mereka juga menunjukkan bahwa ekskalasi tarif merupakan suatu fenomena yang umum dan signifikan pada ekspor dari NSB yang muncul dari PU. NSB
yang sangat tergantung pada ekspor dari komoditi-komoditi primer menghadapi mengahadapi suatu beban di dalam usaha mereka ke produk-produk dengan nilai tambah
yang lebih tinggi. Peningkatan dalam tarif-tarif sepanjang rantai produksi terutama sangat berpengaruh pada tahap tengah yang menghasilkan produk-produk setengah jadi.
Tabel 2.4: Ekskalasi Tarif: Rata-Rata Tarif yang Diterapkan Menurut Tahap dari Proses Produksi
Primer Tengah
Akhir
Negara-negara maju 0.6
3.0 3.4
NSB yang sudah maju 6.0
9.1 8.0
NSB yang belum maju 6.9
18.0 12.0
2.3 Pendapatan Domestik Bruto PDB 2.3.1. Pengertian.