Cara Perhitungan PDB. Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB.

2.3.2. Cara Perhitungan PDB.

Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: PDB = C + I + G + X – M Dimana, C konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, I investasi oleh sektor usaha, G government adalah pengeluaran oleh pemerintah dan X-M melibatkan luar negeri. Sementara rumus umum dengan pendekatan pendapatan dari faktor produksi: PDB = sewa + upah + bunga + laba Dimana, sewa adalah pendapatan pemilik modal dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan hasil yang angka sama. Namun, karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan maka yang sering digunakan adalah pendekatan pengeluaran.

2.3.3. Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB.

Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal dengan PDB perkapita. Biasanya makin tinggi angka PDB perkapita, kemakmuran rakyat dianggap makin tinggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB juga menggunakan PDB perkapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu negara. Berdasarkan standar tahun 1992, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB perkapitanya lebih kecil daripada US 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian negara-negara di dunia dapat dikatakan miskin. Suatu negara dapat dikatakan makmur kaya jika PDB Universitas Sumatera Utara perkapitanya lebih besar daripada US 8000,00. Jika menggunakan standar ini, hanya sebagian kecil negara-negara di dunia ini yang dianggap kaya. Perhitungan PDB ataupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan sosial masyarakat. Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara PDB perkapita dengan kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB perkapita maka kesejahteraan sosial makin membaik. Jika PDB perkapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik, sehingga gizi, kesehatan, pendidikan dan kebebasan memilih pekerjaan dan masa depan kondisinya akan semakin meningkat, apabila disertai dengan pemerataan distribusi pendapatan. Namun dalam perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga terdapat kelemahan yang tidak dapat menjamin seratus persen kebenarannya dalam realita. Kelemahan tersebut adalah: 1. PDB kurang memberikan gambaran yang lebih rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara dan tidak terlalu memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Misalnya, walaupun perekonomian Amerika Serikat salah satu negara termakmur di dunia dengan PDB tahun 1997 sebesar US 29.080,00 64 kali lebih tinggi dari batas ukuran miskin, namun negara tersebut masih bergelut dalam masalah kemiskinan dan pengangguran. Faktor utama yang memicu masalah tersebut adalah distribusi pendapatan. Pada tahun 1996 sekitar 46 aset finansial dikuasai oleh sekitar 1 penduduk. Karena untuk faktor produksi nontenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaanya relatif sangat buruk. Universitas Sumatera Utara 2. Masalah mendasar perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi non material. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisikmateri yang dapat diukur dengan uang. PDB tidak menghitung output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agamaspiritual. 3. PDB Indonesia, pada khususnya, yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik BPS hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh kegiatan perekonomian suatu negara. Misalnya sektor informal, seperti upah pembantu rumah tangga, kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.

2.3.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern oleh W.W Rostow