2.1.4 Sistem Bretton Woods
Satu pelajaran yang diperoleh dari tahun 1930 bahwa sistem nilai tukar yang berfluktuasi bebas ataupun system nilai tukar tetap akan dimungkinkan setiap Negara
dapat melakukan devaluasi untuk memulihkan keseimbangan neraca pembayarannya, walaupun tindakan devaluasi ini tidak pasti memulihkan keseimbangan neraca
pembayarannya. Untuk mencapai suatu sistem nilai tukar yang tertib agar memudahkan arus bebas perdagangan setelah Perang Dunia II, maka banyak wakil berbagai negara
mengadakan pertemuan di Bretton Woods tahun 1944 yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Inggris. Sistem Bretton Woods memiliki tiga sasaran pokok, yaitu:
a. Menciptakan seperangkat aturan yang akan memelihara nilai tukar tetap dalam
waktu jangka pendek. b.
Menjamin bahwa perubahan nilai tukar nilai tukar mata uang suatu negara akan dapat dilakukan bilaman terjadi defisit ataupun surplus yang mendasar
pada neraca pembayarannya. c.
Memastikan bilamana terjadi devaluasi pada suatu negara tidak akan diikuti oleh devaluasi pada negara lain, sehingga persaingan devaluasi antar negara
dapat dihindarkan. Sifat yang mendasari system ini adalah Dollar Amerika Serikat, dimana Dollar ini
akan disimpan oleh negara lain sebagai valuta asing yang dapat ditukar langsung dengan emas pada harga yang telah ditentukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Sedangkan
pemerintah negara lain menetapkan harga mata uang negaranya dan membandingkannya dengan US Dollar. Dasar inilah yang membuat sistem ini merupakan standar emas karena
mata uang asing US secara langsung atau tidak langsung dapat ditukarkan dengan
Universitas Sumatera Utara
emas. Bila mata uang suatu negara mengalami penawaran yang lebih besar, penguasa moneter akan menjual emas, Dollar dan Poundsterling. Sebaliknya, jika suatu negara
mengalami permintaan yang lebih besar, penguasa moneter akan membeli emas, Dollar dan Poundsterling.
Sistem Bretton Woods bekerja cukup baik selama hampir 20 tahun, kemudian sistem ini dikacaukan oleh serangkaian krisis yang mencerminkan kelemahan sistem ini.
Runtuhnya sistem ini disebabkan oleh: a.
Spekulasi Poundsterling Inggris. Pada tahun 1950-an dan 1960-an ekonomi Inggris lebih rawan mengalami
inflasi dibandingkan ekonomi Amerika dan neraca pembayaran Inggris mengalami defisit. Para pemegang Poundsterlingpun merasa kuatir, mereka
beranggapan bahwa pemerintah Inggris tidak mampu menjaga konvertibilitas pound terhadap Dollar dengan nilai tukar tertentu. Sehingga timbullah gerakan
spekulasi untuk menjual mata uamg ini sebelum mata uang ini didevaluasi. Tahun 1967, pounds didevaluasi di tengah krisis spekulasi. Banyak negara yang
mengalami defisit mengikuti jejak devaluasi ini. b.
Spekulasi Dollar Amerika Serikat. Dalam sistem Bretton woods, apabila Amerika melakukan devaluasi terhadap
mata uangnya maka akan mengakibatkan naiknya harga emas terhadap Dollar. Devaluasi ini didorong oleh defisitnya neraca pembayaran Amerika tahun 1967
sehingga menghasilkan spekulasi. Pada tahun 1968, negara pedagang utama terpaksa berhenti mematok harga emas di pasar bebas, akibat tekanan spekulasi
untuk membeli emas yang tidak dapat ditahan. Sehingga terjadi dua harga emas
Universitas Sumatera Utara
yaitu harga emas resmi dipergunakan penguasa monter untuk menyelesaikan utang dengan mentransfer emas dan harga emas pasar bebas yang ditentukan
oleh kuatnya permintaan dan penawaran swasta tanpa campur tangan bank sentral. Dengan adanya harga emas pasar bebas ini, maka para spekulan beralih
ke mata uangnya yang nilainya masih rendah terhadap US sehingga kemampuan bank sentral untuk mempertahankan nilai tukar yang telah dipatok
dalam mengahadapi arus dana yang cepat sangat diragukan.
2.2 Impor. 2.2.1 Pengertian