Perancangan Sistem Informasi Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

(1)

(2)

4

ABSTRAK

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan unit pelaksana teknis pengelola obat di Dinas Kesehatan Kota Medan yang sangat berperan dalam menjamin ketersediaan obat di Kota Medan. Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan mengacu kepada sistem yang sudah ada yaitu berdasarkan Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas kemudian diolah secara manual dan sebagian lagi dengan komputer. Karena masih menggunakan cara yang manual dalam mengelola sistem informasi ketersediaan obat, sehingga terkadang informasi yang dihasilkan kurang akurat, relevan dan tepat waktu. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap efisiensi dan efektifitas dari informasi ketersediaan obat tersebut.

Tujuan perancangan sistem ini adalah terbentuknya manajemen pengelolaan obat yang dapat mengolah data dan menghasilkan informasi ketersediaan obat yang berkualitas untuk mendukung manajemen program obat dan perbekalan kesehatan di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan. Perancangan sistem ini menggunakan metode daur hidup (System development Life Cycle).

Hasil dari perancangan sistem ini adalah laporan ketersediaan stok obat, laporan obat masuk per tanggal, laporan obat masuk per bulan, laporan obat masuk per tahun, laporan obat keluar per tanggal, laporan obat keluar per bulan, laporan obat keluar per tahun dan laporan obat masuk per donor.

Saran yang dari perancangan sistem ini adalah kepada pihak Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan agar menggunakan perancangan ini menjadi sistem informasi ketersediaan obat, diperlukan pelatihan-pelatihan untuk admin dan operator sistem yang baru serta diharapkan ketelitian dalam penginputan data.


(3)

ABSTRACT

Pharmacy store Pekan Labuhan of Medan Helth Service is a technical implementation unit manager of the medicine in Medan Health Service were instrumental in ensuring the avalailability of medicine in the region of Medan Health Service. Implementation of management information systems medicine of Pharmacy Store Pekan Labuhan of Medan Health Service refers to the existing systems that is based on the report of medicine use and demand then processed manually and partly by a computer. Due to still use the manual way to manage the availability of medicine information systems, so sometimes the information generated is less accurate, relevant and timely. This is certainly a very impact on the efficiency and effectiveness of the medicine availaibility information.

The goal of designing this system is to have drugs control management that can process the data and produce the information of the good drugs availability for supporting the drugs programme management and health supply in Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

The design of this system uses system development life cycle. This life cycle has several stages. They are planning stage, analysing stage, designing stage, testing stage and keeping stage.The result of designing this system is the report of the drugs availability, drugs entry and out as of the date, month, year and donors.

After doing this research, there isa suggestion that can be applied in Gudang Farmasi Pekan Labuhan. It is to develop the system to be drugs availability information. It is needed some trainings for administrators and operators of the new system to have the accuracy in inputting the data.

Keywodrs : system, information, availability medicine information, computer progam.


(4)

6

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Lestari Hariaty Simanjuntak Tempat/Tanggal Lahir : Balige, 06 November 1993

Alamat : Jl. Sei Mencirim Perumahan Boilevard no. 85M Kampung Lalang, medan Sunggal

Agama : Kristen Protestant

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 3 (tiga) Orang

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 174550 Balige Tahun 1999-2004 2. SMP Negeri 04 Balige Tahun 2004-2007 3. SMA Negeri 01 Balige Tahun 2007-2010

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2010-2014

Riwayat Organisasi :

1. Pengurus OSIS SMA Negeri 0 Balige Tahun 2006-2007

2. Biro Kerohanian GMKI Komisariat FKM USU Tahun 2011-2012

3. Sekretaris GMKI Komisariat FKM USU Tahun 2012-2013

4. Sekretaris HMP BINFOKES FKM USU Tahun 2012-2013

5. Wakil Sekretaris GMKI Cabang Medan Tahun 2013-2015

6. Anggota GMKI Cabang Medan Tahun 2010-sekarang

7. Anggota POMK FKM USU Tahun 2010-sekarang

Pelatihan yang Pernah Diikuti :

1. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) GMKI Komisariat FKM USU Tahun 2011

2. Training on Substance Abuse, Addiction,

Reproductive Health Hepatitis, TB, STI‟s, HIV and

AIDS by Caritas Germany Indonesia at April 201 3. Kursus Latihan Kepemimpinan (KLK) GMKI


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perancangan Sistem Informasi Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan

Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Kependudukan dan Biostatistika.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D selaku ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistika.

3. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. Abdul jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, MKM selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsil ini.


(6)

8

6. Ibu Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsil ini.

7. Ibu Umi Salmah, SKM., M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam proses akademik.

8. Para Dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terkhusus Departemen Kependudukan dan Biostatistika.

9. Ibu Drs. Hj. Usma Polita Nst, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan.

10.Bapak Rusmanto, S.Si, Apt selaku Kepala UPTD Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan dan seluruh staf Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah membantu dan membimbing penulis selama melakukan penelitian.

11.Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis Alm. Wesly Simanjuntak dan Linda br. Marpaung. Untuk Ibu dan Ayah yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

12.Abang dan Kakak saya Praka Agus Salim Purba, Katarina Simanjuntak, Am.Keb, Wesron Simanjuntak Amd.Kom, Chintami Qorazon Rumapea, S. Kom dan Kiki Novianti Situmorang, Amd.Kom serta Keponakan penulis Andina dan Andika, terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang, dan motivasi serta doanya. Terima kasih banyak telah menjadi bagian dari


(7)

motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

13.Terkhusus kepada seseorang yang spesial abang Niko Johannes Hutabarat yang telah memberikan segala perhatian, dukungan, kasih sayang, motivasi, serta doanya sehingga menjadi bagian dari motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

14.Buat Mopi dan Lepi (Motor Pribadi dan Laptop Pribadi) penulis, terima kasih telah menemani dan membantu penulis selama menyelesaikan proses belajar di FKM USU.

15.Keluarga besar GMKI Komisariat FKM USU (Kak Titin, Kak Marlina, Kak Devi, Kak Rini, Bang Gibeon, Kak Desima, Kak Sri, Bang Philip, Bang Lucky, Bang Hotman, Tommy, Freddy, Dedi, Jane, Janni, Lamtiur, Elisabeth, Riris, Sri Dewi, Medis, Rafika, Anjela, Aknesro, Marissa, Christina, Febrina, Iana, Herly, Hernawati, Maria, dll) dan Badan Pengurus Cabang GMKI Cabang Medan Masa Bakti 2013-2015 yang selalu memberikan senyuman dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Teman-teman di peminatan Biostatistika dan Informasi Kesehatan (Eko, Ziad, Kak Iska, Kak Dila, Bang Fredy, Kak Jehan, dll) yang telah memberikan dukungan, motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

17.Sahabat-sahabat yang tak terlupakan (Alvira Axza Fransiska br. Ginting, Gentina Pardede, Evi Sriwahyuni, Sikap Berliana Sitepu, Nancy Sihombing, Armanda Prima dan seluruh teman-teman stambuk 2010) yang selalu menjadi


(8)

10

teman berbagi dan sebagai motivator penulis selama menjalani proses belajar di FKM USU.

18.Teman-teman PBL (Mak Ai, Mak Ghea, Nek Siti, Angkang Iin, Angkang Uci, Mbakyu Men2, Babang Mia, Babang Ria dan Tisa Baby Huy2) yang telah memberikan kenangan yang tidak terlupakan dan pelajaran berharga selama masa PBL serta dukungan dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi. 19.Pihak lain yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan atas bantuan dan dukungannya selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Medan, Juli 2014

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Untuk Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 10

1.4.2 Untuk Peneliti ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi ... 11

2.1 Siklus Sistem Informasi ... 13

2.3 Perancangan Sistem Informasi ... 15

2.3.1 Defenisi Perancangan Sistem Informasi ... 15

2.3.2 Metode Perancangan Sistem Informasi ... 16

2.4Perancangan Sistem Informasi dengan Metode System Development Life Cycle (SDLC)... 20

2.4.1 Analsis Sistem ... 23

2.4.1.1 Studi Kelayakan ... 23

2.4.1.2 Analisis Kebutuhan ... 24

2.4.2 Desain Sistem ... 25

2.4.3 Implementasi Sistem ... 27

2.4.4 Operasi dan Pemeliharaan ... 27

2.5Gudang Farmasi ... 28

2.5.1 Definisi Gudang Farmasi ... 28

2.5.1.1 Kedudukan Gudang Farmasi ... 28


(10)

12

2.5.2.2Fungsi Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota ... 29

2.5.3 Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kabupaten atau Dati II ... 29

2.5.4 Dokumen-dokumen atau Formulir yang Harus Ada di Gudang Farmasi ... 30

2.5.5 Tata Cara Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi Kabupaten ... 32

2.5.6 Definisi Obat dan Penggolongannya ... 35

2.6Microsoft Visual Basic 6.0 ... 41

2.6.1 Bahasa Pemograman Microsoft Visual Basic 6.0 ... 41

2.6.2 Elemen Microsoft Visual Basic 6.0 ... 42

BAB III METODE PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tahap Perencanaan... 50

3.2 Tahap Analisis ... 51

3.2.1 Kelayakan Teknis ... 51

3.2.1.1Persiapan Perangkat Keras ... 51

3.2.1.2 Persiapan Perangkat Lunak ... 51

3.2.2 Kelayakan Legal ... 52

3.3 Tahap Perancangan ... 52

3.3.1 Desain Program ... 52

3.3.2 Perancangan Proses ... 53

3.4.3 Perancangan Database ... 54

3.4.4 Perancangan Output ... 58

3.4 Tahap Uji Coba ... 58

3.5 Pengumpulan Data dan Informasi ... 59

BAB IV HASIL PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Gudang FarmasiPekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 61

4.2 Lokasi Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 61

4.3 Uraian Tugas Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 61

4.4 Puskesmas di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Medan ... 63

4.5 Struktur Organisasi Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 64

4.6 Prosedur Tetap Pengamprahan Obat ... 68

4.7 Perancangan Sistem ... 69

4.7.1 Perancangan Input ... 69

4.7.1.1 Perancangan Input Data Obat ... 69

4.7.1.2 Perancangan Input Data Donor ... 71

4.7.1.3 Perancangan Input Data Puskesmas ... 72

4.7.1.4 Perancangan Input Data Obat Masuk ... 73

4.7.1.5 Perancangan Input Data Obat Keluar ... 74


(11)

4.7.2.1 Perancangan Output Obat Masuk per Tanggal ... 76

4.7.2.2 Perancangan Output Obat Masuk per Bulan ... 76

4.7.2.3 Perancangan Output Obat Masuk per Tahun ... 77

4.7.2.4 Perancangan Output Obat Keluar per Tanggal ... 78

4.7.2.5 Perancangan Output Obat Keluar per Bulan ... 78

4.7.2.6 Perancangan Output Obat Keluar per Tahun ... 79

4.7.2.7 Perancangan Output Ketersediaan Obat... 79

4.7.2.8 Perancangan Output Obat Masuk per Donor ... 80

4.7.3 Diagram Alir Data ... 80

4.7.3.1 Diagram Konteks ... 81

4.7.3.2 Data Flow Diagram Level 0 (Nol) ... 82

4.7.4 Relasi Database ... 83

4.7.5 Flowchart ... 84

4.7.5.1 Flowchart Menu Utama ... 84

4.7.5.2 Flowchart Menu File ... 85

4.7.5.3 Flowchart Form Obat ... 86

4.7.5.4 Flowchart Form Puskesmas ... 87

4.7.5.5 Flowchart Form Donor ... 88

4.7.5.6 Flowchart Form Obat Masuk ... 89

4.7.5.7 Flowchart Form Obat Keluar ... 90

4.7.5.8 Flowchart Form Laporan ... 91

BAB V HASIL DAN IMPLEMENTASI 5.1 Hasil ... 92

5.2 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software) ... 92

5.3 Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware) ... 92

5.4 Kebutuhan Perangkat Manusia (Brain ware) ... 93

5.5 Implementasi Sistem ... 93

5.6 Pembahasan Hasil ... 95

5.7 Pemeliharaan Sistem (Maintenance) ... 105

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 107

6.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Obat ... 55

Tabel 3.2 Data Donor ... 55

Tabel 3.3 Puskesmas ... 56

Tabel 3.4 Obat Masuk ... 56

Tabel 3.5 Obat Masuk Detail ... 57

Tabel 3.6 Obat Keluar ... 57

Tabel 3.7 Obat Keluar Detail ... 58

Tabel 4.1 Daftar Nama Puskesmas di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Medan .. 63


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi ... 13

Gambar 2.2 Siklus Sistem Informasi ... 14

Gambar 2.3 Siklus Tahapan SDLC ... 20

Gambar 2.4 Tahapan-tahapan dalam SDLC ... 22

Gambar 2.5 Desain sistem... 25

Gambar 2.6 Lambang jenis obat bebas ... 36

Gambar 2.7 Lambang jenis obat bebas terbatas ... 38

Gambar 2.8 Peringatan dalam obat bebas terbatas... 39

Gambar 2.9 Lambang Golongan Obat Keras ... 40

Gambar 2.10 Lambang Golongan Narkotika ... 41

Gambar 2.11 Lambang Golongan Psikotropika ... 41

Gambar 2.12 Tampilan Menu Bar Microsoft Visual Basic 6.0 ... 43

Gambar 2.13 Tampilan Context Menu Microsoft Visual Basic 6.0 ... 44

Gambar 2.14 Tampilan Toolbar Microsoft Visual Basic 6.0 ... 44

Gambar 2.15 Tampilan Toolbox Tipe Standard Microsoft Visual Basic 6.0 ... 45

Gambar 2.16 Tampilan Toolbox Tipe VB Enterprise Edition Controls ... 45

Gambar 2.17 Tampilan Window Project Explorer ... 46

Gambar 2.18 Tampilan Window Properties... 46

Gambar 2.19 Tampilan Object Browser ... 47

Gambar 2.20 Tampilan Form Designer ... 48

Gambar 2.21 Tampilan Window Code Editor ... 48

Gambar 2.22 Tampilan Window Form Layout ... 49

Gambar 2.23 Tampilan Window Immediate... 49

Gambar 2.24 Tampilan Window Locals ... 50

Gambar 2.25 Tampilan Window Watches ... 55

Gambar 3.1 Perancangan Sistem... 48

Gambar 3.2 Perancangan Input ... 49

Gambar 3.3 Perancangan Output ... 52

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan ... 66

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan ... 68

Gambar 4.3 Prosedur Tetap Pengamprahan Obat ... 69

Gambar 4.4 Perancangan Input Data Obat ... 72

Gambar 4.5 Perancangan Input Data Donor ... 73

Gambar 4.6 Perancangan Input Data Puskesmas ... 74

Gambar 4.7 Perancangan Input Data Obat Masuk ... 75

Gambar 4.8 Perancangan Input Data Obat Keluar ... 76

Gambar 4.9 Perancangan Output Daftar Obat Masuk per Tanggal ... 77

Gambar 4.10 Perancangan Output Daftar Obat Masuk per Bulan ... 78

Gambar 4.11 Perancangan Output Daftar Obat Masuk per Tahun ... 79


(14)

16

Gambar 4.14 Perancangan Output Daftar Obat Keluar per Tahun ... 80

Gambar 4.15 Perancangan Output Ketersediaan Obat Keseluruhan ... 80

Gambar 4.16 Perancangan Output Obat Masuk per Donor ... 81

Gambar 4.17 Data Flow Diagram ... 82

Gambar 4.18 Data Flow Diagram Level 0 (Nol) ... 83

Gambar 4.19 Relasi Antar Database ... 84

Gambar 4.20 Flowchart Menu Utama ... 85

Gambar 4.21 Flowchart Menu File ... 86

Gambar 4.22 Flowchart Form Data Obat ... 87

Gambar 4.23 Flowchart Form Puskesmas ... 88

Gambar 4.24 Flowchart Form Donor ... 89

Gambar 4.25 Flowchart Form Obat Masuk ... 90

Gambar 4.26 Flowchart Form Obat Keluar ... 91

Gambar 2.27 Flowchart Form Laporan ... 92

Gambar 5.1 Form Utama... 96

Gambar 5.2 Form Obat ... 97

Gambar 5.3 Form Donor ... 97

Gambar 5.4 Form Puskesmas ... 98

Gambar 5.5 Form Obat Masuk... 99

Gambar 5.6 Form Obat Keluar... 99

Gambar 5.7 Form laporan ... 100

Gambar 5.8 Hasil Program Laporan Ketersediaan Obat ... 101

Gambar 5.9 Hasil Program Laporan Obat Masuk per Tanggal ... 101

Gambar 5.10 Hasil Program Laporan Obat Masuk per Bulan ... 102

Gambar 5.11 Hasil Program Laporan Obat Masuk per Tahun ... 102

Gambar 5.12 Hasil Program Laporan Obat Keluar per Tanggal ... 103

Gambar 5.13 Hasil Program Laporan Obat Keluar per Bulan ... 103

Gambar 5.14 Hasil Program Laporan Obat Keluar per Tahun ... 104

Gambar 4.15 Hasil Program laporan Obat Keluar per Donor ... 104


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Gambar ... xvi

Lampiran 2 Lampiran Pemograman Microsoft Visual Basic 6.0 ... xx

Lampiran 3 Kartu Persediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan ... xxx


(16)

4

ABSTRAK

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan unit pelaksana teknis pengelola obat di Dinas Kesehatan Kota Medan yang sangat berperan dalam menjamin ketersediaan obat di Kota Medan. Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan mengacu kepada sistem yang sudah ada yaitu berdasarkan Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas kemudian diolah secara manual dan sebagian lagi dengan komputer. Karena masih menggunakan cara yang manual dalam mengelola sistem informasi ketersediaan obat, sehingga terkadang informasi yang dihasilkan kurang akurat, relevan dan tepat waktu. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap efisiensi dan efektifitas dari informasi ketersediaan obat tersebut.

Tujuan perancangan sistem ini adalah terbentuknya manajemen pengelolaan obat yang dapat mengolah data dan menghasilkan informasi ketersediaan obat yang berkualitas untuk mendukung manajemen program obat dan perbekalan kesehatan di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan. Perancangan sistem ini menggunakan metode daur hidup (System development Life Cycle).

Hasil dari perancangan sistem ini adalah laporan ketersediaan stok obat, laporan obat masuk per tanggal, laporan obat masuk per bulan, laporan obat masuk per tahun, laporan obat keluar per tanggal, laporan obat keluar per bulan, laporan obat keluar per tahun dan laporan obat masuk per donor.

Saran yang dari perancangan sistem ini adalah kepada pihak Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan agar menggunakan perancangan ini menjadi sistem informasi ketersediaan obat, diperlukan pelatihan-pelatihan untuk admin dan operator sistem yang baru serta diharapkan ketelitian dalam penginputan data.


(17)

ABSTRACT

Pharmacy store Pekan Labuhan of Medan Helth Service is a technical implementation unit manager of the medicine in Medan Health Service were instrumental in ensuring the avalailability of medicine in the region of Medan Health Service. Implementation of management information systems medicine of Pharmacy Store Pekan Labuhan of Medan Health Service refers to the existing systems that is based on the report of medicine use and demand then processed manually and partly by a computer. Due to still use the manual way to manage the availability of medicine information systems, so sometimes the information generated is less accurate, relevant and timely. This is certainly a very impact on the efficiency and effectiveness of the medicine availaibility information.

The goal of designing this system is to have drugs control management that can process the data and produce the information of the good drugs availability for supporting the drugs programme management and health supply in Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

The design of this system uses system development life cycle. This life cycle has several stages. They are planning stage, analysing stage, designing stage, testing stage and keeping stage.The result of designing this system is the report of the drugs availability, drugs entry and out as of the date, month, year and donors.

After doing this research, there isa suggestion that can be applied in Gudang Farmasi Pekan Labuhan. It is to develop the system to be drugs availability information. It is needed some trainings for administrators and operators of the new system to have the accuracy in inputting the data.

Keywodrs : system, information, availability medicine information, computer progam.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah menjadi salah satu kebutuhan dari setiap orang. Informasi merupakan hasil pemrosesan data menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan pemakainya guna mencapai suatu tujuan.

Melalui informasi seseorang dapat mengetahui bagaimana perkembangan zaman sekarang, apa yang akan terjadi dan bagaimana untuk menanggapi setiap hal yang akan terjadi ke depannya. Saat ini informasi semakin mudah diperoleh, sudah semakin banyak variasi bentuknya, serta semakin banyak kegunaannya (Wahyu, 2004).

Untuk menghasilkan informasi, maka dibutuhkan suatu sistem informasi (SI). Sebuah sistem informasi (SI) merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses, dan menyimpan serta mendistribusikan informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan. Selain menunjang proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan sistem informasi juga dapat membantu manusia dalam menganalisis permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit dan menciptakan produk baru (Kenneth, 2005).

Perkembangan dunia sistem informasi pada saat ini sudah sedemikian pesat dan merambah ke berbagai sisi kehidupan manusia. Perkembangan yang demikian tersebut didukung oleh tersedianya perangkat keras maupun perangkat lunak yang semakin hari semakin hebat kemampuannya (Sutedjo, 2002).


(19)

Kualitas informasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu keakuratan data, ketepatan waktu, ketepatan orang yang menerima, serta penyajiannya yang sempurna. Pada masa kini, untuk menghasilkan informasi yang berkualitas prima, maka dibutuhkan teknologi komputer yang kemudian dikenal dengan sebutan teknologi informasi atau Information Communication Technologi (ICT) yang telah terbukti memiliki kinerja yang sangat unggul. Teknologi informasi digunakan sebagai basis pembangunan sistem informasi yang akan memberikan jaminan kelancaran aliran data dan informasi serta keakuratan hasil pengolahan data.

Pembangunan di bidang kesehatan adalah mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Berbagai upaya dalam penyelenggaraan kesehatan telah dilaksanakan dan obat merupakan salah satu unsur terpenting.

Pembangunan di bidang obat antara lain bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan, dengan mutu terjamin dan tersebar secara merata serta teratur sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat, serta meningkatkan ketepatan, kerasionalan dan efisiensi penggunaan obat (Depkes, 2005).

Saat ini obat sudah menjadi kebutuhan pokok pelayanan kesehatan masyarakat. Persepsi masyarakat tentang hasil pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah mereka berkunjung ke sarana kesehatan, seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik maupun Praktek Dokter Swasta dan lain-lain (Depkes RI, 2005).


(20)

Mengingat bahwa obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan serta besarnya biaya yang diserap untuk pengadaan obat, maka pengelolaan obat harus terus menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan program pelayanan kesehatan dasar. Pengelolaan obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan obat menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang menumpuk akibat dari perencanaan obat yang tidak sesuai, biaya obat yang menjadi mahal disebabkan penggunaan obat yang tidak rasional serta banyaknya obat yang kadaluarsa yang disebabkan sistem distribusi yang kurang baik.

Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu dikelola dengan baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat untuk pelayanan kesehatan dasar.

Dengan diserahkannya Gudang Farmasi kepada pemerintah daerah, organisasi tersebut tidak selalu eksis di setiap Kabupaten/Kota. Untuk Kabupaten/Kota yang masih mempertahankan Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) dengan segala implikasinya, minimal pengelolaan obat berjalan sebagaimana semula. Dalam artian ada penanggung jawab, personal terlatih, sistem pengelolaan obat dan juga sarana dan prasarana. Berbeda dengan Kabupaten/Kota yang melikuidasi Gudang Farmasi,


(21)

kemungkinan pengelolaan obat tidak berjalan sebagaimana mestinya relatif besar, karena personal terlatih dipindah tugaskan atau sarana diubah peruntukannya.

Demikian pula halnya dengan mekanisme pengelolaan obat yang telah dibina bertahun-tahun dirubah tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Selain kemungkinan tersebut, ada alternatif lain yang bahkan menjadi lebih baik seperti : bila semula ada UPTD Farmasi dan Gudang Farmasi dijadikan satu wadah, sarana, personal dan mekanisme pengelolaan obat, ada pelatihan lanjutan bagi petugas terlatih dan sebagainya. Adanya Otonomi daerah membuka berbagai peluang terjadi perubahan yang sangat mendasar di masing- masing Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan obat.

Pada era sentralisasi, jaminan mutu dilakukan oleh Badan POM sedangkan pada era desentralisasi jaminan mutu menjadi tanggung jawab Balai POM. Penjaminan mutu oleh Balai POM ditingkat kabupaten/kota belum sepenuhnya dilakukan. Monitoring dan supervisi pengelolaan obat dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dinkes berperan ganda sebagai regulator dan operator pengelolaan obat sehingga monitoringnya belum sepenuhnya dilakukan.

Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan. Pengadaan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat. Tujuan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang diperlukan.


(22)

Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan yang merupakan salah satu fungsi dari pengelolaan obat harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga obat yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan, tepat sasaran dan tepat guna. Untuk mendukung hal ini, perencanaan obat secara terpadu antara obat untuk pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah yang harus dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan dan pengadaan obat di sektor publik.

Pengelolaan obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan obat menjadi kurang ataupun banyak obat tertentu yang menumpuk akibat perencanaan kebutuhan obat yang tidak sesuai, biaya obat menjadi mahal disebabkan tidak rasionalnya penggunaan obat, banyaknya obat yang kadaluarsa karena sistem distribusi yang kurang baik, sehingga akan berdampak kepada inefisiensi penggunaan anggaran/ biaya obat di tingkat kabupaten/kota.

Untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien pemerintah telah menetapkan berbagai kebijaksanaan bagi seluruh upaya dan kegiatan di bidang obat antara lain penyampaian konsep Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Obat Generik serta peningkatan pengelolaan obat mulai dari pusat sampai ke Kabupaten/Kota. Konsep DOEN dan Obat Generik bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dan ketepatan serta kerasionalan penggunaan obat, sedangkan peningkatan pelayanan obat dilakukan dengan membangun Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) di setiap Kabupaten/Kodya (KONAS, 2006). Peraturan dan pedoman tentang tata cara pengelolaan obat di Kabupaten/Kota tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1426/SK/XI/202 tanggal 21 Nopember 2002 (Depkes RI, 2006).


(23)

Pengadaan obat pada pelayanan kesehatan sektor pemerintah saat ini dibiayai melalui berbagai sumber anggaran, seperti APBD Tingkat I dan II, PT. ASKES, APBN dan sumber-sumber lainnya. Pelaksanaan pengelolaan biaya pengadaan obat tersebut dilaksanakan oleh instansi pelayanan kesehatan baik di tingkat Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Namun pada kenyataannya belum dapat memenuhi kebutuhan obat di unit-unit pelayanan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai masalah pada aspek ketersediaan obat. Untuk itu ketersediaan obat yang baik pada tingkat unit pelayanan kesehatan harus terus ditingkatkan agar dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan upaya-upaya pelayanan kesehatan.

Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan unit pelaksana teknis pengelola obat di Dinas Kesehatan Kota Medan yang sangat berperan dalam menjamin ketersediaan obat di Kota Medan. Kegiatan pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan meliputi perencanaan, penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan. Obat yang dikelola selama ini adalah obat yang berasal dari berbagai sumber anggaran, seperti BPJS, DAK, DAU, ASKES, Program Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan BDB. Saat ini dalam pembuatan laporannya masih menggunakan cara manual dengan melakukan pencatatan pada saat penerimaan dan pendistribusian obat, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan maupun keterlambatan dalam pembuatan laporan ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan karena membutuhkan waktu yang cukup lama dan pencatatan yang akurat terkait dengan penerimaan dan pendistribusian obat selama ini.


(24)

Sistem informasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengelolaan obat, karena keberadaan informasi tersebut dapat menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja dan dapat menjadi ukuran kinerja organisasi. Informasi yang dihasilkan oleh sistem akan bermanfaat bagi pengambilan keputusan jika informasi tersebut dihasilkan dari proses pengolahan data yang lengkap, tepat waktu dan akurat (Jogiyanto, 2005).

Sistem informasi ketersediaan obat merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang pengelolaan obat yang baik. Permasalahan dalam sistem informasi berpengaruh terhadap fungsi pengelolaan obat, terutama pada aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Sebagai suatu sistem, maka hasil kegiatan dari setiap unit yang terlibat dalam pengelolaan obat akan bermanfaat bagi unit itu sendiri maupun unit lain. Bila terjadi suatu keterlambatan pada satu unit akan berakibat dan berpengaruh langsung pada pengelolaan obat Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2005).

Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan mengacu kepada sistem yang sudah ada yaitu berdasarkan Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas kemudian diolah secara manual dan sebagian lagi dengan komputer. Sedangkan di tingkat Puskesmas pengolahan dan analisis data program pengelolaan obat dilakukan

secara manual. Menurut Isman (2007) “Keterlambatan dan ketidaklengkapan dalam

penyampaian LPLPO berakibat pada tidak tepatnya distribusi obat ke unit pelayanan


(25)

Berdasarkan fakta ada terdapat beberapa penyebab masalah pada sistem informasi program pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan diantaranya adalah proses pengolahan dan analisis data di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan belum optimal khususnya dalam pemanfaatan komputer pada saat pengelolaan data obat dan di tingkat Puskesmas masih dengan sistem manual.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan penelitian untuk merancang sistem informasi ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan, sesuai dengan ketersediaan data, kondisi dan kebutuhan informasi yang ada di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan. Sistem informasi ini diharapkan dapat dipakai untuk perbaikan kinerja, perbaikan manajemen, dan membantu mengoptimalkan fungsi ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat disimpulkan bahwa belum optimalnya pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan dikarenakan sebagai berikut:

1. Proses pengolahan dan analisis data di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan belum optimal khususnya dalam pemanfaatan komputer pada saat pengelolaan data obat.


(26)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Terbentuknya Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Obat yang dapat mengolah data dan menghasilkan informasi ketersediaan obat yang berkualitas untuk mendukung manajemen Program Obat dan Perbekalan Kesehatan di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuat form Utama. 2. Membuat form Obat. 3. Membuat form Donor. 4. Membuat form Puskesmas. 5. Membuat form Obat Masuk. 6. Membuat form Obat Keluar. 7. Membuat form Laporan.

8. Membuat form Laporan Ketersediaan Obat. 9. Membuat form Laporan Obat Masuk per Tanggal 10. Membuat form Laporan Obat Masuk per Bulan 11. Membuat form Laporan Obat Masuk per Tahun 12. Membuat form Laporan Obat Keluar per Tanggal 13. Membuat form Laporan Obat Keluar per Bulan 14. Membuat form Laporan Obat Keluar per Tahun 15. Membuat form Laporan Obat Keluar per Donor


(27)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan

a. Dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas petugas`dalam pengelolaan informasi ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

b. Sistem Informasi Ketersediaan Obat yang dirancang ini diharapkan diimplementasikan pada Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan dan dapat membantu pihak manejemen dalam melakukan perencanaan, evaluasi, serta menghasilkan informasi yang cepat, tepat dan lengkap terhadap ketersediaan obat di GFK.

1.4.2 Untuk Peneliti

Dapat menambah pemahaman dan pengalaman serta wawasan peneliti dalam merancang sistem informasi ketersediaan obat yang berguna untuk mendukung terwujudnya sistem informasi pelayanan kesehatan yang akurat, relevan dan tepat waktu.


(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi

Pada dasarnya, sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai gambaran, jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukanlah sebagai bagian dari sistem. Sistem terdiri dari unsur yang dapat dikenal, saling melengkapi karena satu maksud, tujuan, dan sasaran yang hendak dicapai. Suatu sistem terdiri dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja.

Menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah sebagai jaringan kerja dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan sasaran tertentu. Sedangkan menurut Sutedjo (2002), sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Jadi sistem dapat diartikan juga sebagai sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima

input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur untuk

mencapai suatu tujan yang diharapkan.

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi berbagai pihak dalam perusahaan atau pun organisasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang


(29)

dapat diperoleh melalui processing sistem atau information generating sistem.

Informasi dihasilkan oleh suatu sistem informasi perusahaan untuk dimanfaatkan oleh pengguna intern atau ekstern. Pengguna internal terdiri dari para manajer dan karyawan perusahaan. Pengguna ekstern terdiri dari pihak-pihak yang berkepentingan di luar perusahaan, seperti konsumen, badan-badan pemerintah dan serikat pekerja.

Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sementara menurut Sutedjo (2002), informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yag dibutuhkan oleh orang untuk menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada.

Jadi informasi dapat diartikan sebagai hasil pemrosesan data menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan pemakainya guna mencapai suatu tujuan.

Sistem informasi merupakan sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambilan keputusan untuk pengendalian organisasi. Sebuah sistem informasi (SI) merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses, dan menyimpan serta mendistribusikan informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan. Selain menunjang proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan sistem informasi juga dapat membantu manusia dalam menganalisis


(30)

permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit dan menciptakan produk baru (Kenneth, 2005).

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti Suleman yang dimuat dalam naskah publikasi STMIK Amikom Yogyakarta tahun 2011 yang berjudul “Analisis

Dan Perancangan Sistem Informasi Penjualan Pada Butik Rera Yogyakarta”

dijelaskan bahwa Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Yulianti, 2011). Sistem Informasi merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan dalam suatu organisasi.

2.2 Siklus Sistem Informasi

Siklus informasi adalah gambaran secara umum mengenai proses terhadap data sehingga menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna. Informasi yang menghasilkan informasi berikutnya. Demikian seterusnya proses pengolahan data menjadi informasi. Proses menghasilkan informasi harus melalui tahapan-tahapan yang dilakukan komputer sebagai teknologi informasi. Tahapan-tahapan tersebut terdiri atas Input - Proses - Output yang disebut sebagai siklus proses informasi. Artinya, bila tahap telah sampai pada output maka output tersebut dapat dijadikan input kembali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi yang dihasilkan dapat pula dijadikan data kembali sebagai input untuk diproses selanjutnya.


(31)

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi Informasi

Gambar 2.2 Siklus Sistem Informasi

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa data diolah melalui suatu model menjadi sebuah infomasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat seuatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan tindakan lain yang akan membuat sejumlah data kembali, data yang di tangkap dianggap sebagai input diproses kembali melalui model, dan begitu seterusnya membentuk sebuah siklus.


(32)

2.3 Perancangan Sistem Informasi 2.3.1 Defenisi Perancangan Sistem

Pembuatan sistem informasi ketersediaan obat dibutuhkan adanya perancangan tentang apa yang akan dibuat dan apa yang akan dihasilkan. Adanya suatu rancangan dalam sistem informasi, maka kita akan tahu kemana tujuan kita.

Menurut Susanto (2004) perancangan adalah spesifikasi umum dan terinci dari pemecahan masalah berbasis komputer yang telah dipilih selama tahap analisis. Berdasarkan dua definisi perancangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perancangan merupakan suatu alternatif untuk memecahkan masalah dan yang telah dipilih selama tahap analisis dalam pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan.

Perancangan Sistem dapat didefenisikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi (Jogiyanto, 2001). Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan. Tahap ini menyangkut mengkonfigurasikan dari komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem sehingga setelah instalasi dari sistem akan benar-benar memuaskan rancangan bangun yang telah ditetapkan pada akhir tahap analisa sistem.

Menurut Jogiyanto (2001) tujuan utama perancangan sistem adalah:


(33)

b) Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada programmer.

Kedua tujuan ini lebih berfokus pada perancangan atau desain siatem yang terinci yaitu pembuatan rancang bangun yang jelas dan lengkap yang nantinya digunakan untuk pembuatan program komputernya.

2.3.2 Metode Perancangan Sistem Informasi

Beberapa metode perancangan sistem informasi yang terdiri dari tahapan diantaranya:

A. Metode System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) menurut Susanto (2004) menyatakan

bahwa : “System Development Life Cycle (SDLC) adalah salah satu metode

pengembangan sistem informasi yang popular pada saat sistem informasi pertama

kali dikembangkan.” Metode SDLC adalah tahap-tahap pengembangan sistem

informasi yang pertama kali dikembangkan yang dilakukan oleh analisis sistem dan programmer untuk membangun sebuah sistem informasi.

Dalam perancangan sebuah sistem, kita mengenal konsep SDLC (system

development life cycle). Secara global definisi SDLC dapat dikatakan sebagai suatu

proses berkesinambungan untuk menciptakan atau merubah sebuah sistem, merupakan sebuah model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan perancangan sistem. Dapat dikatakan dalam SDLC merupakan usaha bagaimana sebuah sistem informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis, rancangan dan pembangunan sistem serta delivering-nya kepada pengguna.


(34)

Metode SDLC ini seringkali dinamakan sebagai proses pemecahan masalah, yang langkah-langkahnya adalah :

1. Analisis Tahap

Mempelajari sistem informasi yang sedang berjalan sangat berguna untuk mngetahui sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh masalah, sehingga akan menghasilkan pelaporan yang mengungkapkan adanya permasalahan.

2. Perancangan

Memahami bagaimana menterjemahkan keinginan pemakai sistem informasi tersebut kedalam bahasa komputer, untuk memulai merancang suatu sistem informasi baru yang meliputi : input, file-file database dan output, bahasa yang digunakan, metode dan prosedur serta pengendalian.

3. Penerapan

Hasil penyusunan sistem informasi adalah sebuah software komputer yang siap digunakan untuk kebutuhan user untuk dioperasikan.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan analis adalah dengan melakukan perbaikan dan pemeliharaan pada kesalahan atau kegagalan yang timbul dalam penggunaan sistem informasi.

B. Metode Prototyping

Adapun definisi Prototyping menurut Susanto (2004) menyatakan bahwa:


(35)

akuntansi, tidak hanya sekedar suatu evolusi dari metode pengembangan sistem informasi yang sudah ada tetapi sekaligus merupakan revolusi dalam pengembangan

sistem informasi akuntansi.”

Metode Prototyping merupakan model kerja dari sebuah sistem informasi yang belum lengkap. Teknik yang dilakukan dalam penerapan metode prototyping

adalah sebagai berikut :

1. Teknik perancangan model, merupakan bagian terpenting dalam metode

prototyping yang digunakan sebagai alat untuk menjadikan model menjadi

sistem informasi yang sebenarnya.

2. Teknik perancangan dialog, disusun agar keterlibatan user menjadi jelas dan fleksibel. Aspek perancangan dalam dialog mencakup keseluruhan unsur seperti perintah-perintah dalam sistem informasi.

3. Teknik simulasi, digunakan untuk menunjukkan bagaimana cara kerja sebuah sistem informasi yang akan diterapkan dengan baik untuk mengoperasikan sistem informasi yang akan digunakan.

Penggunaan metode prototyping dalam beberapa siklus sistem informasi ini dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Feasibility Prototyping

Digunakan untuk menguji kelayakan teknologi yang akan digunakan untuk sistem informasi yang akan disusun.

b. Requirement Prototyping


(36)

c. Desain Prototyping

Digunakan untuk mendorong perancangan sistem informasi yang akan digunakan.

d. Implementation Prototyping

Atau disebut juga production prototyping adalah kelanjutan dan rancangan

prototype yang langsung disusun sebagai sistem informasi manajemen yang akan

digunakan.

C. Metode Rapid Application Development (Rad)

Adapun definisi Rapid Application Development (RAD) menurut (Susanto, 2004) menyatakan bahwa : “Rapid Application Development (RAD) adalah pengembangan dari beberapa metode atau teknik terstruktur (khususnya dalam pengolahan data untuk menghasilkan informasi), misalnya dengan mengintegrasikan metode Prototyping, metode SDLC dan teknik Joint Apllication Development untuk

mempercepat pengembangan sistem informasi.”

Metode Rapid Application Development (RAD) memiliki tiga faktor utama

yaitu: kelompok pemakai sistem harus memiliki staf senior yang benar-benar berdedikasi terhadap pengembangan sistem informasi yang memudahkan mereka dalam berhubungan dengan pengembangan sistem, tim pengembang sistem harus stabil dan memiliki kemampuan yang memadai, dan lingkup aplikasi harus komersial dengan penentuan-penentuan permintaan yang jelas dari sekelompok pemakai sistem.


(37)

2.4 Perancangan Sistem Informasi dengan Metode System Development Life Cycle (SDLC)

Untuk mengembangkan suatu sistem informasi, kebanyakan organisasi menggunakan suatu metodologi yang disebut metodologi perancangan sistem. Yang dimaksud metodologi ini adalah suatu proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang, mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi (Hoffer, 1998).

Seperti yang berlaku pada kebanyakan proses, perancangan sistem informasi juga memiliki daur hidup. Daur hidupnya disebut daur perancangan sistem informasi (O‟Brien, 2001) atau secara umum dinamakan SLDC (System

Development Life Cycle) atau daur hidup perancangan sistem. SLDC merupakan

metodologi klasik yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara, dan menggunakan sistem informasi. Metodologi ini mencakup sejumlah fase dan tahapan.


(38)

Gambar 2.3 Siklus Tahapan SDLC

Beberapa pendapat para ahli terhadap fase maupun tahapan metode SDLC.

Sumber Tahapan-tahapan dalam SDLC

Fabbri dan Schwab (1992)

Studi kelayakan, rencana awal, analisis sistem, desain sistem, dan implementas sistem.

Hoffer, George, dan Valacich (1998)

Identifikasi dan seleksi proyek, inisiasi dan perencanaan proyek, analisis, perancangan logis, perancangan fisik, implementasi, dan pemeliharaan.

Turban, McLean, dan Wetherbe (1999)

Inisiasi proyek, analisis sistem dan studi kelayakan, analisis dan perencangan logis, akuisisi atau perancangan, implementasi, operasi, evaluasi pasca audit, dan pemeliharaan.

Zwass (1998) Studi kelayakan, analisis kebutuhan, perancagan logis, perancangan fisik, pengkodean dan pengujia, konversi, dan kajian pasca-implementasi.


(39)

Meskipun jumlah tahapan dalam SDLC dalam berbagai literature berbeda-beda, pada prinsipnya secara keseluruhan semua proses yang dilakukan sama saja. Model air terjun SDLC diperlihatkan pada gambar berikut.

Analisis Sistem

Studi kelayakan Analisis kebutuhan

Desain Sistem

Perancangan konseptual Perancangan fisik

Implementasi sistem

Pemograman dan pengujian konversi

Operasi dan pemeliharaan

Kebutuhan sistem Perubahan

lingkup/ kebutuhan

Desain sistem Kesalahan atau

masalah yang tak memungkinkan implementasi dilaksanakan

Sistem siap beroperasi mandiri Implementasi

kurang lengkap / ada

permintaan baru


(40)

2.4.1 Analisis Sistem

Analisis sistem bertujuan untuk menentukan hal-hal detail tentang yang akan dikerjakan oleh sistem yang diusulkan dan bukan bagaimana caranya. Analisis sistem berfungsi untuk memastikan bahwa rancangan sistem memenuhi persyaratan yang mencakup keakurasian, kontrol, keamanan, dan kemudahan diaudit.

Merupakan langkah pertama dalam SDLC keseluruhan informasi yang dibutuhkan oleh sistem: identifikasi, analisis, prioritas, dan susun ulang. Dalam tahapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya mengidentifikasi proyek-proyek yang potensial, melakukan klasifikasi dan merangking proyek, dan memilih proyek untuk dikembangkan. Aktivitas yang biasa dilakukan pada tahap ini meliputi mewawancarai manajemen pengguna, merangkum pengetahuan yang didapatkan, dan mengestimasi cakupan proyek dan mendokumentasikan hasilnya. Tahapan ini akan menghasilkan laporan kelayakan yang berisi definisi masalah dan rangkuman tujuan yang ingin dicapai dari proyek yang dipilih.

Analisis sistem mencakup studi kelayakan dan analisis kebutuhan.

2.4.1.1 Studi Kelayakan

Studi kelayakan digunakan untuk menentukan keberhasilan solusi yang diusulkan. Tahapan ini berguna untuk memastikan bahwa solusi yang diusulkan tersebut benar-benar dapat dicapai dengan sumber daya dan dengan memperhatikan kendala yang terdapat pada perusahaan serta dampak terhadap lingkungan sekeliling. Studi kelayakan meliputi:


(41)

b. Pembentukan sasaran sistem baru secara keseluruhan. c. Pengidentifikasian para pemakai sistem.

d. Pembentukan lingkup sistem.

e. Pengusulan perangkat lunak dan perangkat keras untuk sistem baru. f. Pembuatan analisis biaya/manfaat.

g. Pengkajian terhadap risiko proyek.

h. Pemberian rekomendasi untuk meneruskan atau menghentikan proyek.

2.4.1.2 Analisis Kebutuhan

Tahapan analisis adalah tahapan dimana sistem yang sedang berjalan dipelajari dan sistem pengganti diusulkan. Dalam tahapan ini dideskripsikan sistem yang sedang berjalan, masalah, kesempatan didefinisikan, dan rekomendasi umum untuk bagaimana memperbaiki, meningkatkan atau mengganti sistem yang sedang berjalan diusulkan. Tujuannya adalah untuk memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis dan persyaratan proses dari sistem baru.

Analisis kebutuhan dilakukan untuk menghasilkan spesifikasi kebutuhan atau disebut juga dengan spesifikasi fungsional. Spesifikasi kebutuhan adalah spesifikasi yang rinci tentang hal-hal yang akan dilakukan sistem ketika diimplementasikan. Spesifikasi ini sekaligus dipakai untuk membuat kesepakatan antara pengembang sistem, pemakai yang kelak menggunakan sistem, manajemen, dan mitra kerja yang lain.

Analisis kebutuhan ini diperlukan untuk menentukan keluaran yang akan dihasilkan sistem, masukan yang diperlukan sistem, lingkup proses yang digunakan


(42)

untuk mengolah masukan menjadi keluaran, volume data yang akan ditangani sistem, jumlah pemakai dan kategori pemakai, serta kontrol terhadap sistem.

2.4.2 Desain Sistem

Desain sistem dibagi menjadi dua sub tahapan, yakni perancangan konseptual dan perancangan fisik. Keduanya memiliki sejumlah aktivitas sebagaimana diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Analisis Sistem Desain Sistem Perancangan Konseptual Penyipan laporan rancangan sistem konseptual Penyiapan spesifikasi rancangan Evaluasi Alternatif Rancangan Perancangan Fisik Rancangan keluaran dan masukan Rancangan Platform Rancangan antarmuka pemakai dan sistem Rancangan basis data Rancangan Modul Rancangan kontrol

Dokumentasi Rencana Pengujian Rencana Konversi

Implementasi sistem


(43)

Gambar 2.5 Desain Sistem

Tujuan dari desain sistem secara umum adalah untuk memberikan gambaran secara umum kepada user tentang sistem yang baru. Desain sistem secara umum merupakan persiapan dari desain secara terinci. Desain secara umum mengidentifikasikan komponen-komponen sistem informasi yang akan didesain secara rinci. Desain terinci dimaksudkan untuk pemrogram komputer dan ahli teknik lainnya yang akan mengimplementasi sistem.

Tahap desain sistem secara umum dilakukan setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan dan hasil analisis disetujui oleh manajemen. Pada tahap desain secara umum, komponen-komponen sistem informasi dirancang dengan tujuan untuk dikomunikasi kepada user bukan untuk pemrogram. Komponen sistem informasi yang didesain adalah model, output, input, database, teknologi dan kontrol.

Pada tahapan ini ada beberapa aktivitas utama, yaitu merancang dan mengintegrasikan jaringan, arsitektur aplikasi, mendesain antar muka pengguna, mendesain sistem antar muka, mendesain dan mengintegrasikan data base, membuat prototipe untuk detail dari desain, dan mendesain serta mengintegrasikan kendali sistem Perancangan konseptual sering juga disebut dengan perancangan logis. Dalam perancangan konseptual ada tiga langkah penting yang dilakukan yaitu evaluasi alternatif rancangan, penyiapan spesifikasi rancangan, dan penyiapan laporan rancangan sistem secara konseptual. Pada perancangan fisik, rancagan yang bersifat


(44)

lengkap tentang modul-modul sistem dan antarmuka antamodul, serta rancangan basis data secara fisik.

2.4.3 Implementasi Sistem

Pada tahapan ini dilakukan testing dan instalasi. Testing adalah menguji hasil kode program yang telah dihasilkan dari tahapan desain. Sedangkan instalasi adalah tindak lanjut setelah diadakan testing yaitu menggabungkan dan menginstal perangkat lunak dan perangkat keras pada organisasi dan secara resmi mulai digunakan untuk menggatikan sistem lama.

Pada implementasi sistem ada berbagai kegiatan yang dilakukan yaitu: a. Pemograman dan pengujian

Pemograman adalah aktivitas pembuatan program atau sederetan instruksi yang digunakan untuk mengatur komputer agar bekerja sesuai dengan maksud masng-masing instruksi.

b. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak c. Pelatihan kepada pemakai

d. Pembuatan dokumentasi e. Konversi

Konversi merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama.


(45)

Setelah masa sistem berjalan sepenuhnya menggantikan sistem yang lama, sistem memasuki tahapan operasi dan pemeliharaan. Selama sistem beroperasi, pemeliharaan sistem tetap diperlukan karena beberapa alasan seperti sistem masih menyisakan masalah-masalah yang tidak terdeteksi selama masa pengujian sistem. Pemeliharaan diperlukan karena perubahan bisnis atau lingkungan atau adanya permintaan kebutuhan baru, serta pemeliharaan juga dapat dipicu karena kinerja sistem yang menjadi menurun sehingga barangkali perubahan-perubahan salam penulisan program.

Perbaikan yang dilakukan tingkatannya bisa sangat variatif, mulai dari memperbaiki program yang crash hingga berfungsi kembali sampai pada penambahan modul-modul program yang baru sebagai jawaban atas perubahan kebutuhan pengguna. Tahapan SDLC ini memiliki kelemahan antara lain biaya dan waktu yang tinggi, dan memiliki metode yang tidak fleksibel karena keseluruhan langkah harus diikuti.

2.5 Gudang Farmasi

2.5.1 Definisi Gudang Farmasi

Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya (seperti DDT, pompa pipa, perbekalan KB, sepeda motor/sepeda roda dua susu bubuk, dan sebagainya) yang tujuannya akan digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di kabupaten/kota yang bersangkutan.


(46)

Sebagai unit pelaksama teknis dalam lingkungan Depkes yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Depkes Kabupaten/Kota.

2.5.2 Tugas Pokok dan Fungsi

2.5.2.1 Tugas Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota

Yaitu melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kota sesuai dengan petunjuk Kepala Deinas Kabupaten/Kota.

2.5.2.2Fungsi Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota

a. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

b. Melakukan penyiapan, penyususnan rencana, pencatatan dan pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

c. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada dalam persediaan maupun yang didistribusikan.

d. Melakukan urusan tata usaha keuangan kepegawaian dan urusan dalam.

Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) merupakan titik sentral pengelolaan obat di Daerah tingkat II. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisien pengelolaan obat diperlukan adanya koordinasi dengan unit terkait langsung antara lain Pemda Dati II, Dinas Kesehatan dati II, Kandep Trans, PHB Cabang.


(47)

2.5.3 Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kabupaten atau Dati II

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek perencanaan pengadaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusiaan dan penggunaan obat.

Aspek pengelolaan obat meliputi:

a. Perencanaan Pengadaan: meliputi kegiatan penentuan jenis perhitungan dan penetapan jumlah untuk setiap jenis obat yang akan disediakan dengan metode perhitungan yang telah ditetapkan.

b. Pengadaan: meliputi perencanaan pengadaan, pelaksanaan pembelian, pemantauan status pesanan, pemeriksaan penerimaan dan pemeliharaan mutu obat.

c. Distribusi: meliputi kegiatan pengendalian persediaan, penyimpanan, pengeluaran dan pengiriman obat.

d. Penggunaan: meliputi peresapan, dispesing dan penerimaan pasien.

Proses perencanaan pengadaan obat di Kabupaten/Kota diawali di tingkat Puskesmas dengan menyiapkan dan menyediakan data yang diperlukan dan selanjutnya dikompilasi menjadi data Kab./Kota dengan teknik perhitungan yang telah ditentukan.

2.5.4 Dokumen-dokumen/Formulir yang harus ada di Gudang Farmasi

Dokumen-dokumen atau formulir yang harus ada di gudang farmasi saat terjadi pengadaan obat di Dati II sebagai berikut:


(48)

b. Formulir II : Data 10 penyakit terbesar.

c. Formulir III : Lembar kerja perencanaan pengadaan obat.

d. Formulir IV : Penyesuaian rencana pengadaan obat untuk semua sumber anggaran.

2. Dokumen pada saat pengadaan barang :

a. Formulir V : Berita acara pemeriksaan penerimaan obat.

b. Formulir Va : Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat. c. Formulir VI : Buku harian penerimaan obat.

d. Formulir VII : Formulir realisasi pengadaan obat. 3. Dokumen pada saat penyimpanan barang :

a. Formulir VIII : Kartu stok. b. Formulir IX : Kartu stok induk. 4. Dokumen pada saat distribusi obat :

a. Formulir X : Kartu rencana distribusi. b. Formulir XI : Buku harian pengeluaran obat.

c. Formulir XII : Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) d. Formulir XIII : Form surat kiriman obat.

5. Dokumen pada saat pencatatan dan pelaporan a. Formulir XIV : Laporan mutasi obat. b. Formulir XV : Laporan kegiatan distribusi.

c. Formulir XVI : Berita acara pencacahan akhir tahun anggaran. d. Formulir XVIa : Laporan pencacahan obat akhir tahun anggaran.


(49)

f. Formulir XVIIa : Lampiran laporan berita acara pemeriksaan/penelitian obat untuk dihapus.

2.5.5 Tata Cara Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi Kabupaten.

Tahapan kegiatan pengelolaan obat/perbekalan farmasi di Gudang Farmasi Kabupaten meliputi:

1) Perencanaan

Kegiatan perencanaan pengadaan obat bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan.

2) Pengadaan

Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin sertadapat diperoleh pada saat diperlukan. Langkah – langkah dalam pengadaan barang :

a) Pemilihan metode pengadaan. b) Pemilhan pemasok.

c) Pemantauan status pesanan.

d) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat. e) Penerimaan dan pemeriksaan obat.


(50)

a) Pelelangan umum. b) Pelelangan terbatas. c) Pemilihan langsung.

d) Pembelian/pengadaan langsung

3. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan yang meyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan baik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan obat :

a. Memelihara mutu obat.

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab. c. Menjaga kelangsungan persediaan.

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan. Kegiatan penyimpanan obat yaitu :

a) Pengaturan tata ruang. b) Penyusunan stock obat. c) Pencatatan stock obat. d) Pengamanan mutu obat

4. Distribusi

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan


(51)

unit-unit pelayanan kesehatan. Kegiatan Distribusi meliputi Kegiatan Distribusi Rutin dan Kegiatan Distribusi Khusus. Tujuan distribusi adalah :

a) Terlaksananya pengiriman obat secara teratur dan merata sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.

b) Terjamin kecukupan dan terpelihara efisiensi penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.

c) Terlaksana pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.

5. Pencatatan

Pencatatan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obat-obatan yang diterima, disimpan, dan di distribusikan maupun yang digunakan di unit-unit pelayanan, di Puskesmas dan Rumah Sakit. Tujuan Pencatatan adalah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.

6. Penggunaan

Meliputi peresepan, dispesing dan penerimaan pasien.

7. Penghapusan Obat

Pemusnahan akan dilakukan jika ada sediaan farmasi yang rusak atau sudah kadaluarsa. Dengan cara memisahkan sediaan yang rusak dengan sediaan yang masih baik, kemudian mengeluarkan obat / alkes dari kemasannya setelah itu obat dapat dihancurkan kemudian di timbun dalam tanah.


(52)

Pengelolaan obat di gudang farmasi di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan sebagai berikut:

a) Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

b) Melakukan penyimpanan, penyaluran, rencana pencatatan dan pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan persediaan farmasi.

c) Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum dan baik yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.

d) Melaksanakan uusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan urusan dalam.

2.5.6 Definisi Obat dan Penggolongannya

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Selain itu obat dalam pengertian umum adalah suatu substansi yang melaui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik.

Berdasarkan PERMENKES RI NO. 1010/ MENKES/ PER/ XI/ 2008 tentang Registrasi Obat, obat-obatan digolongkan menjadi 5 (lima) kategori, yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi masing-masing. Kelima kategori tersebut apabila diurutkan


(53)

dari yang paling longgar hingga yang paling ketat mengenai peraturan pengamanan, penggunaan, dan distribusinya adalah sebagai berikut:

1. Obat Bebas

Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau.

Gambar 2.6 Lambang Jenis Obat Bebas

Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas terbatas.

Obat bebas merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atau self medication

(penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan.


(54)

Obat bebas dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek,

counter obat di supermarket/toko swalayan, toko kelontong, bahkan di warung,

disebut juga obat OTC (Over the Counter). Penderita dapat membeli dalam jumlah yang sangat sedikit, seperlunya saja saat obat dibutuhkan. Jenis zat aktif pada obat bebas relatif aman sehingga penggunaanya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu sebaiknya obat bebas tetap dibeli bersama kemasannya.

Obat bebas digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan yang bersifat nonspesifik, misalnya: beberapa analgetik atau pain killer (obat penghilang rasa nyeri), obat gosok, obat luka luar, beberapa antipiretik (obat penurun panas), beberapa analgetik-antipiretik (obat pereda gejala flu), antasida, beberapa suplemen vitamin dan mineral.

Contoh Obat Bebas adalah Paracetamol, Aspirin, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate (CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat, Librozym (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam kombinasi).

2. Obat Bebas Terbatas

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam.


(55)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Sebagai obat keras, penggunaan obat ini diberi batas untuk setiap takarannya. Seharusnya obat ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin yang dipegang oleh seorang asisten apoteker, serta apotek yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker. Hal ini karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat yang termasuk golongan ini. Pada kemasan obat bebas terbatas harus tertera peringatan yang berupa kotak kecil berukuran 5×2 cm berdasar warna hitam atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut:

Gambar 2.8 Peringatan dalam Obat Bebas Terbatas

Contoh obat bebas terbatas adalah: pain relief (analgesik), obat batuk, obat pilek, obat influenza, obat penghilang rasa nyeri dan penurun panas pada saat demam


(56)

(analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, obat-obat antiseptik, dan obat tetes mata untuk iritasi ringan.

Pada saat keadaaan dan batas-batas tertentu, sakit yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri (self medication) menggunakan obat-obatan dari golongan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh masyarakat. Dianjurkan untuk tidak sekali pun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat yang seharusnya diperoleh dengan menggunakan resep dokter.

Setelah upaya self medication, apabila kondisi penyakit semakin serius, tidak kunjung sembuh setelah sekitar 3-5 hari, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Oleh karena itulah semua kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan “apabila sakit berlanjut segera hubungi

dokter”.

Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.

3. Obat keras

Obat Keras atau obat Daftar G menurut bahasa belanda “G” singkatan dari

“Gevaarlijk” artinya berbahaya. Semua obat injeksi, obat antibiotik (chloramphenicol, penicillin, tetracyclin, ampicillin), obat antibakteri (sulfadiazin, sulfasomidin), amphetaminum (O.K.T), hydantoinum = obat anti epilepsi, reserpinum = obat anti hipertensi, Vit. K = anti perdarahan, Yohimbin = aphrodisiaka,


(57)

Isoniazidum = anti TBC, nitroglycerinum = obat jantung. Penandaan obat khusus

Obat keras daftar G adalah „lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna

hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

Gambar 2.9 Lambang Golongan Obat Keras 4.Obat Golongan Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, dapat menimbulkan ketergantungan yang di bedakan ke dalam golongan I,II,dan,III. Penandaan obat narkotika berdasarkan peraturan dalam ordonansi obat

bius yaitu “Palang Medali Merah” :

Gambar 2.10 Lambang Golongan Narkotika

5. Obat psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syara pusat yang menyebabkan perubahan khas pada akthifitas mental dan prilaku. Penandaan


(58)

obat psikotropika adalah „lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

Gambar 2.11 Lambang Golongan Psikotropika 2.6 Microsoft Visual Basic 6.0

2.6.1 Bahasa Pemograman Microsoft Visual Basic 6.0

Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan salah satu aplikasi pemrograman visual

yang memiliki bahasa pemograman yang cukup popular dan mudah untuk dipelajari.

Microsoft Visual Basic 6.0 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1991 dengan nama

“Thunder” yang merupakan development pertama yang berbasis visual yang dibuat

oleh Microsoft untuk menandingi bahasa pemograman lainnya. Basis bahasa pemograman yang digunakan dalam Visual Basic adalah bahasa BASIC (Beginners

All-Purpose Symbolic Intruction Code) yang merupakan salah satu bahasa

pemograman tingkat tinggi yang sederhana dan mudah dipelajari. Dengan Visual

Basic kita dapat membuat program dengan aplikasi GUI (Graphical User Interface)

atau program yang memungkinka pengguna computer berkomunikasi dengan komputer tersebut menggunakan grafik atau gambar.

Aplikasi Visual Basic mulai diproduksi pertama kali pada tahun 1991. Pada tahun 1993 Microsoft mengeluarkan Visual Basic versi 2.0 yang memulai menarik perhatian pengembang dan ketika Visual Basic versi 3.0 dikeluarkan, versi ini


(59)

menjadi bahasa pemograman yang paling pesat berkembang dan banyak diminati oleh para programmer (Sutedjo, 2002).

Pada tahun 1997 Microsoft mengeluarkan Visual Basic versi 5.0 yang memiliki kemampuan untuk menciptakan Activex Control yang mampu ditempatkan di internet dan membuat bahasa HTML lebih dinamis. Pada tahun 1998 Microsoft

mengeluarkan Visual Basic versi 6.0 yag merupakan salah satu bahasa pemograman aplikasi yang sangat dikenal di dunia. Microsoft Visual Basic 6.0 menyediakan berbagai perangkat kontrol yang dapat digunakan untuk membuat program aplikasi dalam sebuah form baik aplikasi kecil, sederhana hingga ke aplikasi pengelolaan

database.

2.6.2 Elemen Visual Basic 6.0

Beberapa elemen yang terdapat di MicrosoftVisual Basic 6.0 sebagai berikut:

a. Menu Bar

Menu Bar akan menampilkan perintah-perintah yang dapat digunakan disaat

bekerja pada Visual Basic. Secara default, menu bar ini memiliki pilihan File, Edit, View, Window, Query, Diagram, Tools, Add-Ins, dan Help. Disamping itu, sehubungan dengan pemrograman, terdapat menu yang bisa diakses, misalnya

Project,Format, Debug, atau Run.

Gambar 2.11 Tampilan Menu Bar

Jika masing-masing menu bar tersebut diklik, Visual Basic akan menampilkan daftar pilihan dari menu bar tersebut.


(60)

b. Context Menu

Context Menu berisi shortcut yang suatu saat bisa anda gunakan untuk

membuka sebuah context menu suatu objek. Untuk membuka Context Menu ini, dapat dengan mengklik kanan objek yang akan buka Context Menu-nya. Berikut tampilan gambarnya.

Gambar 2.12 Tampilan Context Menu

Context Menu di atas, diperoleh dari Designer Form, yaitu dengan cara mengklik

kanan Form Designer.

c. Toolbar

Fasilitas ini dapat mempercepat pengaksesan perintah-perintah yang ada dalam pemrograman. Dapat dilakukan dengan mengklik tombol-tombol dalam toolbar ini untuk melakukan aksi tertentu. Secara standar, toolbar jenis Standard

yang akan ditampilkan saat memulai Visual Basic. Jika Anda ingin mengatur tampilan toolbar yang lain, dapat menggunakan pilihan Toolbar pada menu bar View.

Gambar 2.13 Tampilan Toolbar d. Toolbox


(61)

Sebuah window yang berisi tombol-tombol control yang akan digunakan

untuk mendesain atau “Membangun” sebuah form atau report. Selain tombol control

di bawah, dapat juga mendefinisikan atau menambah sendiri tombol control yang lain.

Gambar 2.14 Tampilan Toolbox Tipe Standard

Gambar 2.15 Tampilan Toolbox Tipe VB Enterprise Edition Controls e. Window Project Explorer


(62)

Window Project Explorer ini menampilkan daftar form, modul, serta objek lain yang ada dalam project yang aktif. Sebuah Project merupakan sekumpulan file

yang digunakan untuk membangun sebuah aplikasi. Berikut tampilan gambarnya.

Gambar 2.16 Tampilan Window Project Explorer f. Window Properties

Window Properties ini dapat digunakan untuk mengatur properti sebuah objek

atau kontrol yang dipilih. Sebuah properti merupakan karakteristik objek, seperti size,


(1)

End Sub

Private Sub mnobatmasuk_Click() On Error Resume Next

ObatMasuk.Show 1 End Sub

Private Sub mnpuskesmas_Click() On Error Resume Next

Puskesmas.Show 1 End Sub

Private Sub mnreport_Click() On Error Resume Next laporan.Show 1

End Sub

Private Sub mnyes_Click() Unload Me

End Sub

Private Sub Toolbar1_ButtonClick(ByVal Button As MSComctlLib.Button) Select Case Button.Key

Case Is = "a"

On Error Resume Next laporan.Show 1

Case Is = "b" Dim kel As String

kel = MsgBox("Anda mau keluar...?", vbYesNo + vbQuestion, "Quit System") If kel = vbYes Then

End End If End Select End Sub

5. FORM OBAT KELUAR

Private Sub mndonor_Click() On Error Resume Next Donor.Show 1


(2)

Private Sub mnobat_Click() On Error Resume Next Obat.Show 1

End Sub

Private Sub mnobatkeluar_Click() On Error Resume Next

ObatKeluar.Show 1 End Sub

Private Sub mnobatmasuk_Click() On Error Resume Next

ObatMasuk.Show 1 End Sub

Private Sub mnpuskesmas_Click() On Error Resume Next

Puskesmas.Show 1 End Sub

Private Sub mnreport_Click() On Error Resume Next laporan.Show 1

End Sub

Private Sub mnyes_Click() Unload Me

End Sub

Private Sub Toolbar1_ButtonClick(ByVal Button As MSComctlLib.Button) Select Case Button.Key

Case Is = "a"

On Error Resume Next laporan.Show 1

Case Is = "b" Dim kel As String

kel = MsgBox("Anda mau keluar...?", vbYesNo + vbQuestion, "Quit System") If kel = vbYes Then

End End If End Select


(3)

End Sub

6. LAPORAN

Private Sub mndonor_Click() On Error Resume Next Donor.Show 1

End Sub

Private Sub mnobat_Click() On Error Resume Next Obat.Show 1

End Sub

Private Sub mnobatkeluar_Click() On Error Resume Next

ObatKeluar.Show 1 End Sub

Private Sub mnobatmasuk_Click() On Error Resume Next

ObatMasuk.Show 1 End Sub

Private Sub mnpuskesmas_Click() On Error Resume Next

Puskesmas.Show 1 End Sub

Private Sub mnreport_Click() On Error Resume Next laporan.Show 1

End Sub

Private Sub mnyes_Click() Unload Me

End Sub

Private Sub Toolbar1_ButtonClick(ByVal Button As MSComctlLib.Button) Select Case Button.Key

Case Is = "a"


(4)

laporan.Show 1

Case Is = "b" Dim kel As String

kel = MsgBox("Anda mau keluar...?", vbYesNo + vbQuestion, "Quit System") If kel = vbYes Then

End End If End Select End Sub

7. KELUAR”YES”

Private Sub mndonor_Click() On Error Resume Next Donor.Show 1

End Sub

Private Sub mnobat_Click() On Error Resume Next Obat.Show 1

End Sub

Private Sub mnobatkeluar_Click() On Error Resume Next

ObatKeluar.Show 1 End Sub

Private Sub mnobatmasuk_Click() On Error Resume Next

ObatMasuk.Show 1 End Sub

Private Sub mnpuskesmas_Click() On Error Resume Next

Puskesmas.Show 1 End Sub

Private Sub mnreport_Click() On Error Resume Next laporan.Show 1


(5)

Private Sub mnyes_Click() Unload Me

End Sub

Private Sub Toolbar1_ButtonClick(ByVal Button As MSComctlLib.Button) Select Case Button.Key

Case Is = "a"

On Error Resume Next laporan.Show 1

Case Is = "b" Dim kel As String

kel = MsgBox("Anda mau keluar...?", vbYesNo + vbQuestion, "Quit System") If kel = vbYes Then

End End If End Select End Sub

8. KELUAR “NO”

Private Sub mndonor_Click() On Error Resume Next Donor.Show 1

End Sub

Private Sub mnno_Click() End Sub

Private Sub mnobat_Click() On Error Resume Next Obat.Show 1

End Sub

Private Sub mnobatkeluar_Click() On Error Resume Next

ObatKeluar.Show 1 End Sub

Private Sub mnobatmasuk_Click() On Error Resume Next


(6)

End Sub

Private Sub mnpuskesmas_Click() On Error Resume Next

Puskesmas.Show 1 End Sub

Private Sub mnreport_Click() On Error Resume Next laporan.Show 1

End Sub

Private Sub mnyes_Click() Unload Me

End Sub

Private Sub Toolbar1_ButtonClick(ByVal Button As MSComctlLib.Button) Select Case Button.Key

Case Is = "a"

On Error Resume Next laporan.Show 1

Case Is = "b" Dim kel As String

kel = MsgBox("Anda mau keluar...?", vbYesNo + vbQuestion, "Quit System") If kel = vbYes Then

End End If End Select End Sub