digunakan sebagai lahan pertanian, permukiman 35,96, sarana sosial ekonomi dan budaya 6,25 dan selebihnya dipergunakan untuk industri 0.59, semak belukar
3.53 dan lainnya 2.74.
Tabel 4.1. Luas wilayah, jumlah kelurahan dan persentase terhadap luas Kota Tebing Tinggi menurut kecamatan
No. Kecamatan
Luas wilayah Km
2
Jumlah Kelurahan
Persentase
1. Padang Hulu
8.511 7
22,14 2.
Tebing Tinggi Kota 3.473
7 9,04
3. Rambutan
5.935 7
15,44 4.
Bajenis 9.078
7 23,62
5. Padang Hilir
11.441 7
29,76
Total 38.438
35 100
Sumber : Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan topografi, Kota Tebing Tinggi terletak di dataran rendah Pulau Sumatera dengan ketinggian 26 - 34 m di atas permukaan laut dan beriklim tropis.
Kondisi ini menyebabkan Kota Tebing Tinggi cukup panas yaitu berkisar 25
– 27
4.1.1. Kondisi demografi
C. Sebagaimana Kota-kota lain di Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi mempunyai dua musim, penghujan dan kemarau.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi adalah 145.248 orang yang terdiri dari 71.892 laki-laki dan 73.356
perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 3,78 orangkm
2
. Dalam 10 sepuluh tahun terakhir, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi mengalami
peningkatan yang signifikan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,88 per tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Perkembangan jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2000 sd 2010
Tahun Jumlah
Penduduk Orang
Laju Pertumbuhan
Penduduk Luas
Wilayah Km
2
Kepadatan Penduduk
OrangKm
2
2000 125.081
5,62 38438
3,25 2001
126.415 1,06
38438 3,29
2002 126.570
0,12 38438
3,29 2003
133.673 5,61
38438 3,48
2004 134.976
0,97 38438
3,51 2005
135.671 0,51
38438 3,53
2006 137.959
1,68 38438
3,59 2007
139.409 1,05
38438 3,63
2008 141.059
1,18 38438
3,67 2009
142.717 1,17
38438 3,71
2010 145.248
1,77 38438
3,78
Sumber : Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2000 - 2010
Dari tabel dapat dilihat bahwa dalam 11 sebelas tahun terakhir, pertumbuhan penduduk paling tinggi di Kota Tebing Tinggi terjadi pada tahun 2000 dan 2003 yaitu
diatas 5. Akan tetapi, dalam tujuh tahun terakhir berkisar pada angka 1. Dalam aspek kebudayaan, struktur masyarakat yang tinggal di Kota Tebing
Tinggi merupakan masyarakat yang cukup heterogen yang terdiri dari masyarakat Jawa, Mandailing, Batak TobaTapanuli, Simalungun, Minangkabau, Melayu, Cina
dan suku-suku lainnya. Artinya keberagaman budaya di Kota Tebing Tinggi sangat tinggi. Akan tetapi masyarakat Kota Tebing Tinggi dapat menjaga perbedaan atau
keberagaman tersebut dan saling menghormati antara suku yang satu dengan yang lainnya sehingga tidak pernah terjadi persinggungan agama maupun kebudayaan di
Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Kondisi perekonomian Kota Tebing Tinggi
4.1.2.1 Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang
diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Dari angka-angka
PDRB tersebut dapat diketahui maju atau mundurnya perkembangan dari pembangunan pada suatu daerah baik atas harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. Perkembangan PDRB atas harga konstan bertujuan untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara riil yang mewakili peningkatan produksi
diberbagai sektor. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi.
Tabel berikut menunjukkan perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.
Tabel 4.3. PDRB Kota Tebing Tinggi atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000-2010 Juta Rp
Tahun PDRB Atas
Dasar Harga Konstan
Pertumbuhan PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku Juta Rp
Pertumbuhan Juta Rp
2000 699,618.31
3.15 729,677.78
8.39 2001
718,147.08 2.65
798,661.17 14.16
2002 760,465.96
5.89 892,577.65
11.76 2003
795,663.10 4.63
981,116.03 9.92
2004 839,641.43
5.53 1,091,217.33
11.22 2005
876,467.51 4.39
1,255,433.39 15.05
2006 923,204.30
5.33 1,416,384.25
12.82 2007
978,411.33 5.98
1,610,172.00 13.68
2008 1,037,465.11
6.04 1,823,672.20
13.26 2009
1,099,238.84 5.95
2,032,877.02 11.47
2010 1,165,932.84
6.07 2,294,967.45
12.89
Sumber : Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2000-2010
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa selama tahun 2000-2010, kinerja ekonomi Kota Tebing Tinggi yang digambarkan oleh angka PDRB Kota
Tebing Tinggi, secara rata-rata menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Atas dasar harga
berlaku rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi berada pada kisaran 12 persen per tahun. Sedangkan secara riil atau berdasarkan harga konstan, rata-rata
tumbuh 5 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi paling tinggi, atas dasar harga konstan terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 6,07 . Hal ini mengindikasikan
bahwa kinerja perekonomian Kota Tebing Tinggi dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai pulih dari krisis ekonomi yang dihadapi oleh banyak negara di dunia dan
diharapkan akan memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Tebing Tinggi pada tahun sekarang dan mendatang.
4.1.2.2. Perkembangan investasi pembentukan modal tetap bruto di Kota
Tebing Tinggi. Investasi dalam kegiatan ekonomi mempunyai arti yang luas. Investasi selalu
dikaitkan dengan kegiatan menanamkan uangmodal dengan harapan mendapatkan keuntungan atau peningkatan kapasitas produksi pada masa yang akan datang. Dalam
penelitian ini konsep definisi investasi yang digunakan adalah berupa pembentukan modal tetap bruto PMTB di Kota Tebing Tinggi yaitu pengadaan, pembuatan,
pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri, dikurangi penjualan netto barang modal bekas.
Diperhitungkannya barang modal bekas dari luar negeri sebagai barang modal baru di
Universitas Sumatera Utara
dalam negeri, karena nilainya secara ekonomi belum diperhitungkan. Barang modal juga dapat diartikan sebagai barang atau peralatan yang digunakan dalam proses
produksi secara berulang-ulang dan mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. Pengeluaran untuk perbaikan barang-barang modal yang mengakibatkan
bertambahnya umur pemakaian barang modal tersebut juga merupakan pengeluaran untuk PMTB.
Pembentukan modal tetap bruto PMTB yang terdiri dari berbagai jenis dan wujud barang modal ini dapat dibedakan menjadi tiga penggolongan atau klasifikasi
pokok yang menjelaskan tentang barang modal yang dimiliki atau dikuasai oleh pelaku-pelaku ekonomi untuk digunakan dalam proses produksinya baik secara
langsung maupun tidak langsung yang meliputi : 1
Pemerintah, mencakup pengeluaran untuk barang modal oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang berupa pembuatan gedung ataun bangunan
gedung kantor, perumahan dinas, bangunan sekolah, bangunan puskesmas, jalan dan jembatan dan infrastruktur lainnya.
2 BUMNBUMD, barang modalnya antara lain berupa lapangan terbang,
pelabuhan, telekomunikasi, kereta api, pesawat terbang dan sebagainya. 3
Swasta dan rumah tangga, barang modal yang dikuasai dapat berupa bangunan, mesin-mesin, kendaraan dan sebagainya.
Dari tabel berikut ini dapat dilihat perkembangan investasi pembentukan modal tetap bruto di Kota Tebing Tinggi, kurun waktu tahun 2000 sd tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Nilai investasi riil pembentukan modal tetap bruto dan koefisien ICOR di Kota Tebing Tinggi tahun 2000 – 2010
Tahun Jumlah Investasi PMTB
Rp Pertumbuhan
Koefisien ICOR
2000 136,567,697,197.34
- -
2001 141,798,240,000.00
3.83 -
2002 133,426,640,000.00
5.90 3,03
2003 151,562,830,000.00
13.59 4,12
2004 159,473,950,000.00
5.22 3,40
2005 151,222,430,000.00
5.17 4,11
2006 170,684,690,000.00
12.87 3,65
2007 170,283,310,000.00
0.24 3,08
2008 175,542,120,000.00
3.09 2,97
2009 180,800,930,000.00
3.00 2,93
2010 206,042,590,000.00
13.96 2,86
Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi
Dari tabel di atas, pertumbuhan investasi pembentukan modal tetap bruto di Kota Tebing Tinggi selama tahun 2000-2010 mengalami fluktuatif. Terlihat bahwa
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 13,96 dengan nilai investasi sebesar Rp. 206.042.590.000. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini didukung oleh
semakin membaiknya layanan investasi di Kota Tebing Tinggi, dimana pada tahun 2009 telah dibentuk Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu KP2T yang memiliki
tugas dan fungsi memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dalam berbagai pengurusan layanan perizinan dalam pendirian usaha berinvestasi. Demikian juga
dengan penyelenggaraan pemerintahah di Kota Tebing Tinggi yang terus berupaya menuju good governance and clear governance pemerintahan yang baik dan bersih.
Dari koefisien ICOR, juga terlihat bahwa tahun 2010 memiliki koefisien ICOR yang paling rendah dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, yang artinya iklim
Universitas Sumatera Utara
investasi di Kota Tebing Tinggi sudah semakin baik. Sedangkan pertumbuhan yang paling rendah, terjadi pada tahun 2002, 2005 dan 2007 yang memiliki pertumbuhan
negatif, yaitu masing-masing -5,90, -5,17 dan -0,24. Hal ini juga terlihat dari koefisien ICOR pada tahun tersebut juga cukup tinggi 3,03; 4,11; dan 3,08, yang
artinya iklim investasi pada tahun tersebut kurang baik. Selanjutnya, bila dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPJP Kota Tebing Tinggi 2006 – 2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Tebing Tinggi 2011-2016, investasi ditempatkan
pada isu strategis dan agenda prioritas misi keempat dari Visi-Misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih melalui penciptaan iklim investasi yang lebih baik dengan
agenda prioritas sebagai berikut : 1
Merencanakan dan melaksanakan kawasan pergudangan dan kawasan industri yang berada dekat dengan akses jalan tol;
2 Menata kembali Terminal-terminal pembantu dan pengumpan serta melakukan
penataan terhadap izin-izin trayek maupun kondisi sarana angkutan; 3
Merealisasikan pembangunan terminal peti kemas dalam mengantisipasi terwujudnya jalan Tol Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi;
4 Melakukan penataan terhadap pasar-pasar tradisional agar terciptanya
lingkungan pasar yang bersih, nyaman dan asri dengan mengakomodasi seluruh kepentingan Stakeholder, Masyarakat, Pedagang, Pedagang Kaki Lima dan
Pemerintah;
Universitas Sumatera Utara
5 Perlindungan Dan Pengamanan Perdagangan
6 Pengembangan Sentra Industri Potensial
7 Pembinaan Pedagang Kaki Lima Pk-5 dan asongan
8 Kebijakan peningkatan promosi sektor-sektor unggulan daerah;
9 Peningkatan investasi yang mengarah kepada terciptanya iklim investasi yang
kondusif dan dengan peraturan dan perundangan yang jelas, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing harus dilakukan dengan skala prioritas
berdasarkan tingkat preferensi yang mengarah kepada peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat;
10 Pengembangan dan fasilitasi kemitraan antar pelaku ekonomi rakyat dan antara
pelaku ekonomi rakyat dengan pengusaha besar dalam hal manajemen, penyediaan bahan baku dan sarana produksi, pemasaran, peningkatan
keterampilan dan pengembangan teknologi; 11
Peningkatan Daya Saing Dan Pelayanan Umum 12
Peningkatan Kualitas Pelayanan Perijinan
Universitas Sumatera Utara
13 Pengembangan Kebudayaan, Inovasi, Teknologi, Tepat Guna Informasi Dan
Komunikasi Serta Kerjasama Regional 14
Peningkatan Iklim Investasi Dan Realisasi Investasi 15
Peningkatan Promosi Dan Kerjasama Investasi 16
Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana Dan Prasarana Daerah 17
Peningkatan Promosi Dan Kerja Sama Investasi 4.1.2.3.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator kemakmuran suatu negara atau daerah, walaupun
menurut para ahli ekonomi masih memiliki kelemahan-kelemahan untuk dijadikan sebagai indikator pengukuran tingkat kemakmuran masyarakat. Untuk daerah Kota
Tebing Tinggi, perkembangan pendapatan perkapita masyarakat kurun waktu 10 tahun terakhir dapat terlihat dari tabel berikut:
Perkembangan pendapatan perkapita Kota Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Perkembangan PDRB, investasi PMTB, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita Kota Tebing Tinggi tahun 2000-2010
Tahun PDRB Atas Dasar
Harga Konstan Juta
Investasi Juta Rp
Jumlah Penduduk
Orang Pendapatan
Perkapita Rp
2000 699.618,31
136.567,70 125.081
5.593.322,01 2001
718.147,08 141.798,24
126.415 5.680.869,16
2002 760.465,96
133.426,64 126.570
6.008.263,92 2003
795.663,10 151.562,83
133.673 5.952.309,73
2004 839.641,43
159.473,95 134.976
6.220.672,04 2005
876.467,51 151.222,43
135.671 6.460.242,16
2006 923.204,30
170.684,69 137.959
6.691.874,40 2007
978.411,33 170.283,31
139.409 7.018.279,53
2008 1.037.465,11
175.542,12 141.059
7.354.831,00 2009
1.099.238,84 180.800,93
142.717 7.702.227,79
2010 1.165.932,84
206.042,59 145.248
8.103.734,33
Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita masyarakat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama kurun waktu tahun 2000-2010.
Rata-rata pendapatan masyarakat setiap bulannya berada pada kisaran Rp.551.287 per jiwa. Hal ini didukung oleh peningkatan jumlah investasi yang dapat meningkatkan
lapangan pekerjaan dan produksi. Walaupun jumlah penduduk terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, akan tetapi karena dibarengi dengan pertumbuhan
investasi dan output, pendapatan perkapita tetap mengalami peningkatan. Walaupun demikian, besaran rata-rata pendapatan perkapita setiap bulannya tersebut masih
tergolong sangat rendah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Hasil Estimasi dan Pengujian Hipotesis 4.2.1. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Tebing
Tinggi
Berdasarkan data mengenai perkembangan investasi dan perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi, dapat dilihat bahwa investasi mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini maka dilakukan estimasi dengan model
Ordinary Least Square OLS untuk data time series 11 tahun dengan menggunakan Program SPSS Versi 17. Guna menyelaraskanmenyamakan data tahunan dan
memenuhi syarat jumlah data penelitian, maka dilakukan interpolasi linear Insukindo, 1995. Hasil estimasi analisis regresi terhadap model estimasi yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Hasil estimasi pengaruh investasi pembentukan modal tetap bruto terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi
Y
1
Std.Er. :
0,004 = -0,349 + 0,040 I
t-stat :
9,990 R
: 0,839 R
2
DW-test : 1,710
: 0,704
Setelah data selesai diproses dengan SPSS, maka data tersebut akan diuji dengan pengujian koefisien determinasi R
2
, uji signifikansi parameter individual Uji statistik t dan uji asumsi klasik Normalitas, Heterokedastis dan Autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.1. Uji koefisien determinasi R
2
Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis determinasi
dapat dilihat pada output summary Tabel 4.6 hasil analisis regresi linear sederhana diatas. Menurut Santoso 2001 bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel
bebas digunakan nilai adjusted R
2
4.2.1.2. , sedangkan untuk data satu variabel bebas
digunakan nilai R square. Berdasarkan output diperoleh angka R square sebesar 0,704. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel
independen investasi Kota Tebing Tinggi terhadap variabel dependen Pertumbuhan Ekonomi sebesar 70,4. Dengan kata lain, variasi variabel bebas investasi yang
digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 70,4 variasi independen pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sisanya sebesar 29,6 dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Hipotesis yang diajukan adalah : Uji signifikansi parameter individual uji statistik t.
H = β
H = 0 : Tidak terdapat pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Kota Tebing Tinggi
1
= β
1
Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk investasi sebesar 9,990 dan pada t-
tabel dengan tingkat signifikansi 95 α =5, df n-k-1 =42 diperoleh ≠ 0 : Terdapat pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
2,018. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 9,990 2,018, maka H
4.2.1.3. ditolak yang berarti bahwa Investasi daerah Kota Tebing Tinggi berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
1 Uji Normalitas
Uji asumsi klasik.
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakan nilai
residual terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam hal ini yang diuji normalitas bukan masing-masing variabel independen dan dependen
tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara
normal. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi antara lain dengan analisis grafik normal P-Plot
regresi dan Uji One Sample kolmogorov-Sminorv. Dari hasil pengujian dengan bantuan program SPSS versi.17, dari
kedua jenis uji normalitas diatas diperoleh hasil bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat normalitas.
Hal ini dapat dilihat dari normal P-Plot dan Uji One Sample kolmogrov- Sminorv berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Grafik normal P-P Plot of regression standardized
Dari Normal P-Plot diatas terlihat bahwa penyebaran data titik berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas yaitu data terdistribusi secara normal dan
tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan menggunakan Uji One Sample kolmogrov-
Sminorv , dimana jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka residual
terdistribusi secara normal. Melalui metode pengolahan data yaitu program SPSS versi.17, diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Uji Kolmogorov-Sminorv Test
Dari tabel terlihat bahwa nilai signifikansi Asymp.Sig. 2-tailed sebesar 0,307 atau lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tersebut diatas memenuhi asumsi normalitas.
2 Uji Autokorelasi
Dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara variabel pengganggu satu tahun pengamatan dengan variabel pengganggu tahun
pengamatan lainnya. Uji ini menggunakan nilai Durbin Warson Test DW Test. Dari hasil analisis dengan menggunakan SPPS, diperoleh nilai DW
Test sebesar 1,710. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi maka nilai tersebut dibandingkan dengan DW tabel. Nilai DW untuk k =1 variabel
bebas dan n = 44 jumlah data diperoleh dl = 1,442 dan du = 1,544.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N 44
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .16682478
Most Extreme Differences Absolute
.146 Positive
.125 Negative
-.146 Kolmogorov-Smirnov Z
.967 Asymp. Sig. 2-tailed
.307 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena nilai DW lebih besar dari batas atas du = 1,544 dan kurang dari 4 – du 2,456 atau 1,544 1,710 2,456 maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif dari model regresi diatas.
3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan uji korelasi Spearman, jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Melalui analisis data SPSS versi 17, diperoleh hasil uji Spearman dengan nilai signifikansi sebesar 0,830 atau lebih besar dari
0,05. Hal ini berarti model regresi yang digunakan terbebas dari heteroskedastisitas, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Matriks korelasi spearman untuk pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Correlations Unstandardized Residual
Investasi X
Spearmans rho Unstandardized
Residual Correlation Coefficient
1.000 -.033
Sig. 2-tailed .
.830 N
44 44
Investasi X Correlation Coefficient
-.033 1.000
Sig. 2-tailed .830
. N
44 44
4.2.2. Pengaruh investasi terhadap pendapatan perkapita di Kota Tebing Tinggi