protap yang telah disusun oleh tim penanggulangan bencana maupun simulasi tim kesehatan Puskesmas agar mampu memberikan pelayanan gawat darurat.
5.2 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru
dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun
Berdasarkan hasil uji eksak fisher didapat nilai p = 0,682 menunjukkan tidak ada hubungan antara umur terhadap sikap responden, nilai p = 0,636 menunjukkan
tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan sikap responden, nilai p = 0,636 menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan sikap responden, nilai p
= 0,773 menunjukkan tidak ada hubungan antara pelatihan dengan sikap responden.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Azwar 2011, bahwa pengalaman dan pendidikan memengaruhi sikap seseorang. Hal ini juga tidak sesuai dengan
penelitian Khader dkk 2010, yang menyatakan bahwa umur, pengalaman, program khususpelatihan memengaruhi sikap perawat dalam melakukan pelayanan kasus
terminal.
5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan
Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun
Menurut Sutton dan Tierney 2006, Citizen Corps 2006, LIPI-
UNESCOISDR 2006, pengetahuan dapat mempengaruhi kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana. Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan mengenai
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir ditemukan pengetahuan baik dengan persentase kesiapsiagaan tenaga kesehatan menghadapi bencana banjir dengan
Universitas Sumatera Utara
kategori siap sebesar 66,6 . Hasil analisis eksak fisher menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan
Puskesmas menghadapi bencana banjir. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik variabel pengetahuan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun. Dengan melihat pada hasil uji statistik
dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan mengenai kesiapsiagaan mengenai bencana banjir akan menghasilkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas
menghadapi bencana banjir. Pengetahuan tenaga kesehatan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana
banjir masih ada sebagian besar yang berpengetahuan buruk. Hal ini disebabkan masih ada tenaga kesehatan yang minim pengetahuannya tentang pemetaan rawan
bencana, koordinasi dalam kesiapsiagaan, kegiatan surveilans pra bencana banjir, triase, rapid health assessment, surveilans saat bencana banjir, SPGDT-S atau
SPGDT-B, surveilans pasca bencana banjir, penanganan masalah gizi, dan tujuan pemberdayaan masyarakat pasca banjir. Hal ini didukung dengan hasil indepth
interview, dimana dapat diketahui hampir sebagian besar informan belum memahami secara menyeluruh mengenai definisi kesiapsiagaan, sebagian informan belum
sepenuhnya memahami fungsi puskesmas sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung dalam persiapan menghadapi bencana banjir, hanya
sebagian kecil informan yang memahami fungsi puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat yang mendukung dalam persiapan menghadapi bencana
Universitas Sumatera Utara
banjir dan hanya sebagian kecil informan yang memahami fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang mendukung dalam persiapan
menghadapi bencana banjir. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir adalah
sebagian besar masih relatif buruk sehingga masih belum siap dalam menghadapi bencana banjir. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa tenaga kesehatan Puskesmas
perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.
Menurut Notoadmodjo 2007, pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Pelatihan lebih memberi kemungkinan yang besar untuk memengaruhi pengetahuan tenaga kesehatan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.
Berdasarkan hasil indepth interview, diketahui bahwa semua informan menyatakan perlunya dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam penanganan
gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir dengan berbagai alasan seperti ilmu selalu berkembang dan refreshing, ada informasi baru, karena Puskesmas rawan
banjir, tahu penanganan yang lebih baik lagi. Frekuensi pelatihan yang diungkapkan informan berkisar mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 1 tahun, 2 tahun sampai 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Nugroho 2007, tentang kajian kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami di nias selatan menunjukkan
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap kesiapsiagaan pemerintah menghadapi bencana. Parameter pengetahuan aparat pemerintah sebesar 55,53 atau
dalam kategori hampir siap dengan indeks total kesiapsiagaan aparat pemerintah sebesar 51,50 atau dalam kategori kurang siap.
Maulidar dkk 2010 dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pengetahuan, Kesiapan diri dan Kemampuan yang Dipersepsikan oleh Perawat sebagai tenaga
kesehatan masyarakat yang bekerja di area bencana tsunami Provinsi Aceh, juga mengungkapkan hal senada, yakni adanya korelasi antara pengetahuan dengan
kemampuantindakan yang dipersepsikan. Pada penelitian ini, hasil analisis koefisien korelasi dengan Pearson Product-Moment menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan kemampuantindakan yang dipersepsikan berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada bencana tsunami r = 0,24, p0,01 .
Maulidar dkk juga menyatakan bahwa cara-cara untuk mempersiapkan diri agar pengetahuan dalam bekerja di area bencana baik adalah melalui membaca buku dan
bahan-bahan yang terkait dengan penanganan bencana, searching dan membaca bahan-bahan yang terkait via internet, menghadiri seminar dan konferensi berkaitan
dengan penanganan bencana. Penelitian senada juga dinyatakan Muchsin 2003, tentang Pengaruh
Karakteristik Individu dan Organisasi Terhadap Kinerja Dokter PTT di Puskesmas dalam Kota Banda Aceh, juga menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan terhadap kinerja pegawai. Pada penelitian ini, hasil analisis koefisien korelasi menunjukkan pengaruh sedang r = 0,359 dan berpola positif, dan
berdasarkan hasil uji statistik regres i berganda, nilai p value = 0,025 berarti pada α =
5 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden dengan kinerja Dokter PTT di Puskesmas dalam Kota Banda Aceh.
5.4 Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas