pengetahuan terhadap kinerja pegawai. Pada penelitian ini, hasil analisis koefisien korelasi menunjukkan pengaruh sedang r = 0,359 dan berpola positif, dan
berdasarkan hasil uji statistik regres i berganda, nilai p value = 0,025 berarti pada α =
5 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden dengan kinerja Dokter PTT di Puskesmas dalam Kota Banda Aceh.
5.4 Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas
Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun
Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam Azwar
2011, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Berdasarkan analisis univariat sikap tenaga kesehatan mengenai kesiapsiagaan
menghadapi bencana banjir dari 22 responden, 21 responden 95,5 menyatakan mendukung atau bersikap positif mengenai kegiatan kesiapsiagaan tenaga kesahatan
menghadapi banjir dan mendukung setiap upaya-upaya penanggulangan bencana banjir di bidang kesehatan. Namun dari segi mengenai kegiatan kesiapsiagaan dari
21 responden yang menyatakan mendukung atau bersikap positif, hanya 5 responden 23,8 yang memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir.
Menurut Citizen Corps 2006, sikap dapat memengaruhi kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana. Namun hal ini berbeda dengan hasil analisis eksak fisher
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
Universitas Sumatera Utara
kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun. Perbedaan antara pengetahuan yang lebih
cenderung buruk sedangkan sikap yang lebih cenderung positif serta kesiapsiagaan lebih cenderung tidak siap kemungkinan disebabkan karena sikap berkaitan dengan
tanggungjawab tenaga kesehatan sebagai pegawai negeri sipil yang merupakan abdi negara yang memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa jiwa koprs pegawai negeri sipil adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja
sama, tanggungjawab, dedikasi, disiplin, kreatifitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi pegawai negeri sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut LIPI-UNESCOISDR 2006, secara umum salah satu faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana baik untuk individu dan rumah tangga,
pemerintah, komunitas sekolah maupun stakeholder pendukung kelembagaan masyarakat, LSM, kelompok profesi, pihak swasta adalah pengetahuan dan sikap
terhadap resiko bencana. Secara khusus pada pemerintah, faktor kritis kesiapsiagaan utuk mengantisipasi bencana ditekankan adalah pada pengetahuan terhadap resiko
bencana sedangkan sikap tidak menjadi faktor penekanan. Sedangkan pada individu dan rumah tangga ditekankan adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.
Hasil uji statistik menjelaskan semakin positif sikap mengenai kesiapsiagaan mengenai bencana banjir belum tentu akan menghasilkan kesiapsiagaan tenaga
kesehatan Puskesmas menghadapi bencana banjir. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kemungkinan adanya faktor lain yang menyebabkan sikap positif tenaga
Universitas Sumatera Utara
kesehatan tetapi menghasilkan ketidakmampuan dalam melakukan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Menurut Notoatmodjo 2010, menyatakan bahwa suatu
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Menurut Azwar 2011, semakin kompleks situasinya dan semakin banyak
faktor yang ikut menjadi pertimbangan dalam bertindak, maka semakin sulitlah memprediksi perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator sikap
seseorang. Hal ini didasarkan karena suatu tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya.
Moabi 2008 dalam penelitiannya tentang pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga pelayanan kesehatan berkaitan dengan kesiapsiagan menghadapi bencana di
RS Johannesburg Provinsi Gauteng Afrika Selatan, menunjukkan sikap mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah favorable atau baik, namun menunjukkan
ketidakedekuatan dalam tindakan kesiapsiagaan. Dari hasil penelitian ini, perbedaan yang terjadi antara sikap dan kesiapsiagaan dipenuhi dengan pelatihan kepada staf
yang dilakukan secara regular. Menurut Notoatmodjo 2010, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Hal ini dapat ditunjukkan, berdasarkan hasil
observasi bahwa perbekalan kesehatan untuk penanggulangan bencana di Puskesmas Kampung Baru, untuk sebagian jenis hanya sebagian terpenuhi. Hal yang senada
juga dapat ditunjukkan dengan hasil wawancara dengan petugas perlengkapan, bahwa untuk sebagian jenis obat-obatan hanya sebagian mencukupi untuk kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Kampung Baru di tahun 2011. Hal lain lagi yang sejalan dapat ditunjukkan adalah berdasarkan hasil indepth interview menunjukkan bahwa tidak
adanya standar operasional prosedur penanganan gawat darurat dan rujukan di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun.
Menurut Azwar 2011, sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar
adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling memengaruhi di antara individu yang
satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut memengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Pada umumnya,
individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kondisi ini dapat terjadi dalam hubungan atasan
dan bawahan. Berdasarkan hasil indepth interview menunjukkan bahwa Dinas kesehatan
mendukung dalam penyiapan sarana prasarana, obat-obatan, pelatihan. Namun kesimpulan peneliti, berdasarkan hasil indepth interview, wawancara beserta
observasi, dukungan ini masih perlu ditingkatkan untuk fase pra
bencanakesiapsiagaan tanpa mengabaikan fase saat bencana banjir dan sesudah suatu bencana banjir.
Universitas Sumatera Utara
5.5 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi