2. Ketersediaan SOP Penanganan Gawat Darurat dan Rujukan
Menurut PPKK Kemenkes 2011, upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Upaya yang dapat dilakukan antara
lain penyusunan rencana kontijensi. Menurut Ditjen Binkesmas Depkes 2005, upaya pelayanan gawat darurat sehari-hari merupakan bentuk awal kesiapsiagaan
pelayanan gawat darurat dalam bencana. Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup penerapan protap penanganan gawat darurat dan rujukannya. Menurut LIPI-
UNESCOISDR 2006, dalam rencana tanggap darurat diperlukan suatu rencana untuk pertolongan pertama korban, dan rencana untuk penyelamatan korban bencana
dan transportasisistem ambulans. Berdasarkan hasil indepth interview, menunjukkan bahwa hampir semua
informan tidak melakukan standar operasional prosedur penanganan gawat darurat dan rujukannya dengan alasan tidak ada SOP tersebut. Berdasarkan hasil observasi
peneliti menunjukkan belum adanya Unit Gawat Darurat di Puskesmas dan belum dijalankannya sistem triase.
Menurut Coppola 2007, bagian konsep perencanaan operasional gawat darurat menjelaskan kepada pengguna bagaimana perencanaan respon bencana akan
dilakukan. Konsep perencanaan operasional gawat darurat ini dimaksudkan untuk memberikan kepada yang membaca suatu gambaran yang umum bagaimana berespon
bila terjadi suatu bencana.
Universitas Sumatera Utara
3. Dukungan Kebijakan
Menurut Notoatmodjo 2007, diperlukan faktor dukungan support dari pihak lalin untuk terbentuknya suatu tindakan. Menurut Citizen Corps 2006, suatu
strategi untuk mencapai perilaku yang diharapkan dapat berubah dengan perubahan kebijakan instansi atau dengan beberapa sistem penghargaan dan sanksi.
Menurut Ditjen Binkesmas Depkes 2005, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota mendukung upaya Puskesmas dalam penanggulangan bencana karena adanya
keterbatasan sumber daya yang dimiliki Puskesmas dalam penanggulangan bencana. Dukungan tersebut mencakup dukungan dalam upaya kesehatan, dukungan dalam
pembiayaan, dukungan dalam sumber daya manusia, dukungan obat dan perbekalan kesehatan dan dukungan dalam manajemen kesehatan.
Berdasarkan hasil indepth interview menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan mendukung dalam penyiapan sarana, obat dan perbekalan kesehatan, pelatihan.
Namun kesimpulan peneliti berdasarkan hasil indepth interview, wawancara beserta observasi, dukungan ini masih perlu ditingkatkan pada fase pra bencana atau fase
kesiapsiagaan tanpa mengabaikan fase saat bencana banjir dan fase sesudah bencana banjir.
Menurut Alhadi 2011, dalam penelitiannya tentang Upaya Pemerintah Kota Padang Untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Ancaman Bencana Gempa dan Tsunami menunjukkan upaya Pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman
gempa dan tsunami secara umum belum mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dibuktikan antara lain dengan sikap Pemerintah Kota Padang yang lebih mengutamakan penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat, edukasi
kesiapsiagaan yang belum merata. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu kesiapsiagaan suatu instansi atau pemerintah diperlukan perubahan paradigma yang
lebih memperhatikan tahap pra bencana berupa kesiapsiagaan sebagai upaya untuk mengurangi resiko bencana.
Menurut Sarim 2003, dalam penelitiannya tentang Analisis Kesiapan Menghadapi Bencana Di Instansi Rawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Se-
Wilayah Pembangunan Cirebon menunjukkan bahwa seluruh Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon tidak siap menghadapi kegawatdaruratan bencanasehari-
hari. Alasan ketidaksiapan adalah pertama karena kurangnya dukungan para Direktur Rumah Sakit Umum Daerah terhadap sistem penanggulangan gawat darurat
terpadusehari-hari yang disebabkan antara lain kurangnya pemahaman tentang SPGDT-BS, kurang sosialisasi tentang standar klasifikasi instalasi rawat darurat, dan
keterbatasan Rumah Sakit, dan kedua karena kurangnya sosialisasi SPGDT-BS serta dukungan akan kelengkapan sumbr daya Instalasi rawat Darurat.
4. Komitmen Staf