BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah berdirinya bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sumbangsih para putra-putri terbaik bangsa. Generasi yang dikenal dengan sebutan the
founding fathers tersebut memiliki kontribusi baik itu dalam bentuk pemikiran ataupun melalui perjuangan fisik, yang sangat signifikan terhadap upaya
Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Para the founding fathers tersebut antara lain adalah sosok-sosok yang dikenali seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan
Sjahrir, Tan Malaka, Agus Salim, dan lain sebagainya. Diantara nama-nama tersebut, Soekarno mencuat muncul sebagai sosok yang familiar di tengah
masyarakat Indonesia.
Soekarno sebagai sosok yang idolized di Indonesia mengingat sebagai individu, ia merupakan sosok yang kompleks. Selain dikenal sebagai Presiden
pertama Republik Indonesia, Soekarno juga mendapat predikat lain yakni sebagai seorang pemikir yang mumpuni. Hingga hari ini, dalam konteks politik Indonesia
modern, Soekarno menduduki paling tidak tiga status istimewa yang diperkirakan tidak akan bisa dicapai oleh pemimpin manapun di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, Soekarno menjadi institusi politik yang mampu membentuk jaringan sistem ideal kelembagaan imaginer di kalangan sebagian besar
masyarakat indonesia. Kedua, sebagai pemikir yang gagasan-gagasannya tetap menjadi pusat perdebatan di berbagai kalangan. Ketiga, sebagai ideologi dan
sekaligus ideolog yang mampu merumuskan gagasan tentang good society yang ingin direngkuh Indonesia dan bagaimana mewujudkannya
1
. Terkait sosok Soekarno sebagai seorang pemikir, hal ini tidak terlepas dari
banyak pemikiran-pemikiran yang ia tuangkan dalam bentuk konsep-konsep dalam bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya Indonesia. Pemikiran
Soekarno di latarbelakangi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemikiran Soekarno adalah kolonialisme yang terjadi di Indonesia.
Penjajahan yang terjadi selama ratusan tahun di Indonesia menjadi sebuah pengalaman empiris bagi Soekarno. Pengurasan sumber daya alam indonesia oleh
praktik kolonialisme dan cengkeraman imperialisme, berdampak pada kemelaratan rakyat Indonesia selaku korban penjajahan. Hal ini berperan besar
dalam membentuk pemikiran Soekarno pada kemudian hari yang anti kolonialisme dan imperialisme. Soekarno lantas menjadikan revolusi Indonesia
dan kemerdekaan sebagai satu-satunya jawaban untuk membebaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme. Menurut Soekarno, revolusi Indonesia merupakan
sebuah proses yang berkesinambungan dari fase awal yaitu perjuangan merebut
1
Kasenda, Peter. April 2014. Sukarno, Marxisme, Leninisme: Akar Pemikiran Kiri Revolusi Indonesia. Depok: Komunitas Bambu. Hal 57.
Universitas Sumatera Utara
kemerdekaan secara fisik sampai pada fase akhir yaitu terwujudnya cita-cita bangsa.
Perkembangan zaman dan dinamika politik global menuntut pemikiran Soekarno untuk bersifat visioner dan antisipatif. Dinamika politik global pada
perkembangannya mempengaruhi rezim pemerintahan suatu negara dan menyeretnya masuk kedalam arus politik global yang Soekarno simbolkan dalam
wujud nekolim neokolonialisme dan neoImperialisme. Nekolim merupakan sebuah ancaman dan
bentuk “penjajahan baru” dalam sendi-sendi politik, ekonomi dan sosial negara yang mengancam negara-negara
dunia ketiga. Ada dua faktor yang menyebabkan nekolim lebih berbahaya daripada kolonialisme-imperialisme model lama.
Pertama, karena cara-cara maupun praktik-praktiknya belum dikenal oleh rakyat. Kedua, karena penjajahan yang sesungguhnya seringkali tidak jelas
kelihatan, sebab nekolim itu adalah penjajahan, yang orang katakan penjajahan by proxy, penjajahan by remote control,
penjajahan “dari jauh”
2
. Terkhusus bagi Indonesia, nekolim menurut Soekarno menjadi tantangan revolusi Indonesia yang
telah melewati fase awal revolusi yaitu kemerdekaan dari kolonialisme. Bahaya akan dominasi nekolim menuntut diperlukannya sebuah bangun
dasar yang solid bagi Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara. Kondisi ini yang menginspirasi Soekarno, untuk merumuskan jalan revolusi dan
2
Iman Toto K. Rahardjo dan Herdianto WK Ed.. 2001. Bung Karno dan Ekonomi Berdikari: Kenangan 100 Tahun Bung Karno. Jakarta: Grasindo. Hal. 344.
Universitas Sumatera Utara
pemikiran-pemikiran yang dapat menjawab dinamika tersebut. Rumusan akan pemikiran-pemikiran Soekarno tersebut dituangkan dalam kompilasi tulisannya
mengenai Panca Azimat Revolusi atau lima rukun kemerdekaan Indonesia. Panca Azimat Revolusi berarti lima tulisan sakti yang jika digunakan akan
mengatasi semua masalah Indonesia dari akar dalam tempo sesingkat-singkatnya menuju masyarakat adil-makmur
3
. Panca Azimat merupakan ide-ide yang digali dan diformulasikan oleh Soekarno dari kehidupan bersama bangsa Indonesia.
Panca Azimat memuat tahapan revolusi Indonesia dimulai pada masa prakemerdekaan sampai pada pascakemerdekaan. Kelima panca azimat tersebut
menggambarkan sebuah tahapan-tahapan yang harus dihadapi Indonesia untuk mewaspadai bahaya dari setiap tahapan revolusi yang akan dihadapi kedepannya.
Pokok-pokok azimat ini diuraikan Soekarno didalam lima tulisannya yang ditulis pada rentang waktu tahun 1926 sampai dengan tahun 1965. Kelima Azimat
tersebut adalah: 1.
NASAKOM Nasionalis, Agamis, Komunis yang digagas pertama kali melalui tulisan dalam majalah Soeloeh Indonesia dengan judul
“Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” tahun 1926.
2. Pancasila 1 Juni 1945, sebagai ideologi bangsa Indonesia.
3
Siswo, Iwan. 2014. Panca Azimat Revolusi: Tulisan, Risalah, Pembelaan, Pidato Soekarno 1926-1966 Jilid I. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Halaman viii.
Universitas Sumatera Utara
3. MANIPOL-USDEK Manifestasi Politik, Undang-Undang Dasar,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. 4.
Trisakti, sebuah gagasan Soekarno untuk Indonesia yang berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi, dan berkepribadian
dilapangan kebudayaan. 5.
Berdikari, penjabaran gagasan Soekarno mengenai Ekonomi Indonesia yang berbasiskan kemandirian dan kemampuan pribadi rakyat Indonesia.
Dari kelima panca azimat yang dirumuskan oleh Soekarno, Trisakti merupakan azimat yang disiapkan Soekarno untuk menghadapi fase revolusi
Indonesia menghadapi ancaman nekolim. Trisakti sebagai sebuah konsep, secara ideologis memberikan gambaran ideal mengenai bagaimana sikap dan karakter
bangsa Indonesia untuk menghadapi bahaya dari nekolim. Gambaran mengenai Trisakti pertamakali dituangkan Soekarno dalam pidato
kenegaraannya pada tanggal 17 Agustus 1964 , yang berjudul „Tahun Vivere
Pericoloso” atau disingkat sebagai TAVIP. TAVIP sendiri disadur oleh Soekarno dari bahasa Italia, yang secara harfiah diartikan sebagai tahun penuh marabahaya.
Kondisi marabahaya tersebut dinilai Soekarno bahwa pasca kolonialisme, negara-negara dunia ketiga akan menghadapi sebuah fase baru dari revolusi. Fase
baru tersebut adalah nekolim yang berusaha menancapkan dominasi dan hegemoni nya di negara-negara dunia ketiga.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks indonesia, Trisakti menurut Soekarno merupakan penggambaran ketiga masalah yang perlu dibenahi segera oleh bangsa Indonesia
secara cepat. Soekarno melihat diperlukan pembenahan di berbagai aspek kenegaraan dalam diri negara Indonesia agar dapat melepaskan diri dari jerat
Nekolim. Trisakti sebagai sebuah gagasan politik dijabarkan ke dalam 3 poin yaitu 1 berdaulat di bidang politik, 2 berdikari di bidang ekonomi, dan 3
berkarakter di bidang sosial dan budaya. Pertama, secara politik bangsa Indonesia masih belum bisa menunjukkan
eksistensinya sebagai bangsa karena masih kuatnya hubungan aliansi pusat-satelit paska dekolonialisasi antara negara colonizer dengan negara colonized. Hal
tersebut berarti masih kuatnya hubungan ketergantungan kepada colonizer, baik itu berupa patronase politik maupun patronase ekonomi. Kondisi tersebut
menunjukkan Indonesia belum sepenuhnya berdaulat secara politik, karena masih rawan akan rongrongan pihak kolonial.
Kedua, secara ekonomi bangsa Indonesia juga mengalami adanya ketergantungan akan pasokan bantuan ekonomi asing dalam rangka membangun
perekonomiannya secara mandiri. Namun tak disangka, ketergantungan tersebut menjadikan perekonomian nasional justru dihisap melalui adanya komprador-
borjuasi nasional yang berkongsi dengan kapitalisme-imperialisme global dalam meraih keuntungan secara privat.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, secara budaya mentalitas terjajah menjadikan bangsa ini lupa akan semangat gotong royong sebagai modal sosial dalam meneguhkan solidaritas
politik maupun ekonomi. Budaya Indonesia semakin lama teracuni dengan esensi individualisme dan liberalisme yang ditanamkan dalam skema free fight
liberalism
4
. Ketiga masalah ini merupakan bentuk-bentuk ancaman dari sisa-sisa kekuatan kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme yang menemukan bentuk
barunya dalam wujud nekolim. Melalui tiga aspek kehidupan bernegara ini, nekolim berusaha menancapkan pengaruhnya di Indonesia.
Pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965, jabatan Soekarno sebagai orang nomor satu di Indonesia berada di ujung tanduk. Dakwaan akan
keterlibatannya dalam kup merangkak tersebut menandai akhir dari kepemimpinannya sebagai presiden republik indonesia. Pada tahun 1966 posisi
Soekarno digantikan oleh Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Lengsernya Soekarno juga berimbas kepada setiap konsep maupun program
kerja yang telah dicanangkannya. Hal ini termasuk juga kedudukan Trisakti sebagai sebuah gagasan untuk menjawab permasalahan politik, ekonomi, dan
sosial budaya di Indonesia pada saat itu. Akibatnya, Trisakti sebagai sebuah konsep tidak pernah betul-betul dilihat keajegannya sebagai antitesis dari
ancaman nekolim di masa itu.
4
Wasisto Raharjo Jati. Melihat Kekinian Lima Konsep Kebangsaan dan Keindonesiaan Bung Karno. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2014, Hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun belum pernah betul-betul dilihat keajegannya, karena pergantian kekuasaan di pemerintahan Republik Indonesia, nyatanya Trisakti sebagai sebuah
konsep dianggap masih relevan untuk menjawab tantangan Indonesia pada saat ini. Hal ini terlihat ketika pada tahun 2014 lalu, Trisakti yang dicetuskan pada 51
tahun silam kembali disebut-sebut dalam salah satu janji politik kandidat Presiden Republik Indonesia. Trisakti kembali coba “dihidupkan” kembali didalam
program prioritas pembangunan nasional yang dinamakan sebagai Nawacita. Nawacita atau sembilan agenda prioritas adalah sebuah gagasan yang
diusung oleh pemerintahan Joko Widodo Jokowi dan Jusuf Kalla JK sebagai agenda perubahan. Pada saat kampanye politik pada pemilihan Presiden 2014 lalu,
Jokowi - JK mengumbar kekaguman mereka akan konsep Trisakti yang digagas oleh Soekarno. Kekaguman tersebut didasari oleh kenyataan sejarah yang unik
antara konsep Trisakti Soekarno dengan kondisi kekinian yang dihadapi Indonesia.
Pasca lengsernya Soekarno sebagai Presiden, rezim orde baru yang otoriter selama 32 tahun mengakibatkan Indonesia berada pada kondisi yang memilukan.
Cengkeraman neo-imperialisme menjadikan landasan kehidupan bangsa ini diserahkan pada mekanisme pasar sehingga terjadi komersialisasi bidang-bidang
yang menguasai hajat hidup orang banyak. Alhasil ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan rakyat Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Pada lapangan politik terjadi kerusakan demokrasi sebagai akibat dari praktik kekuasaan otoriter yang menindas prakarsa, aspirasi, dan kedaulatan
rakyat. Menjamurnya kemiskinan, kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi secara besar-besaran merupakan kemerosotan dalam
bidang ekonomi sebagai dampak dari neoimperialisme. Dalam bidang kebudayaan, terjadi kerusakan jati diri bangsa yang ditandai merosotnya nilai
keutamaan, pudarnya solidaritas dan gotong royong, serta tersingkirnya kebudayaan lokal sebagai akibat dari imperialisme budaya
5
. Akumulasi dari hal diatas menandai bentuk intoleransi yang berarti kegagalan di bidang budaya.
Permasalahan-permasalahan diatas kemudian disimpulkan kedalam tiga poin yakni 1 merosotnya kewibawaan negara, 2 melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional dan 3 merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.
Ketiga pokok permasalahan yang dipaparkan dalam Nawacita memiliki bentuk yang sama dengan permasalahan yang coba dijawab di dalam Trisakti.
Hal ini ditambah lagi dengan pencantuman konsep Trisakti Soekarno sebagai sebuah jalan ideologis yang menjadi basis dalam perjuangan nasional dan
pembangunan karakter kebangsaan di dalam Nawacita. Hal tersebut mengakibatkan Nawacita disebut sebagai interpretasi dari Trisakti Soekarno.
5
Tim Ahli Seknas Jokowi. 2014. Jalan Kemandirian Bangsa: Visi Kemasyarakatan Indonesia Abad ke-21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.19.
Universitas Sumatera Utara
Beragam reaksi yang timbul dikalangan masyarakat terkait Nawacita pemerintahan Jokowi
– JK saat ini. Pada satu sisi ini, hal ini membangkitkan kembali ingatan akan tahapan revolusi Indonesia yang belum selesai, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Soekarno. Selain itu, dibangkitkannya kembali konsep Trisakti dapat dilihat sebagai gambaran kerinduan masyarakat Indonesia akan
sosok negara yang ideal. Namun di sisi lain, pencatutan Trisakti Soekarno sebagai konsep ideologis yang menginspirasi Nawacita berpotensi hanya sekadar sebagai
janji politik belaka untuk meraup dukungan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-JK saat ini.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat kesamaan antara konsep Trisakti Soekarno dengan Nawacita pemerintahan Jokowi-JK saat ini, terkait
pandangannya mengenai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Akan tetapi secara substansi maupun signifikansi tentunya perlu diteliti lebih jauh
bagaimana nilai-nilai yang terdapat dalam Trisakti coba di interpretasikan ke dalam Nawacita sebagai arah pembangunan Indonesia kedepannya.
1.2 Perumusan masalah