Esensi dari revolusi mental ala Soekarno adalah perombakan cara berpikir, cara kerjaberjuang, dan cara hidup agar selaras dengan semangat kemajuan dan
tuntutan revolusi nasional. “ia adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja,
bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Revolusi mental yang dicetuskan oleh Soekarno diaplikasikan dalam bentuk
praksis, yakni menganjurkan “gerakan hidup baru”. Gerakan hidup baru, menurut Soekarno harus memiliki jiwa revolusi yang menolak “hari kemarin” reject
yesterday . artinya semua gaya hidup lama yang tidak sesuai dengan semangat kemajuan dan tuntutan revolusi, mestilah dibuang.
Gerakan hidup baru tersebut diaplikasikan kedalam aksi-aksi seperti hidup sederhana, gerakan kebersihankesehatan, gerakan pemberantasan buta-huruf,
gerakan memassalkan
gotong-royong, gerakan
mendisiplinkan dan
mengefisienkan perusahaan dan jawatan negara, gerakan pembanguna rohani melalui kegiatan keagamaan, dan penguatan kewaspadaan nasional.
3.1.3.2 Nawacita A. Pemberlakuan Revolusi Karakter Bangsa
Nawacita yang digagas oleh pemerintahan Jokowi-JK juga dibarengi dengan jargon Revolusi Mental sebagai jargon politik pada pilpres 2014 lalu. Revolusi
mental, yang diharapkan dapat membenahi permasalahan indonesia di bidang kebudayaan berbeda dengan trisakti yang digagas oleh soekarno. Jika Trisakti
Universitas Sumatera Utara
Soekarno mengedepankan upaya untuk mengikis unsur-unsur asing yang dianggap “mengendap” dalam budaya indonesia, Nawacita tidak lagi berbicara
mengenai hal tersebut. hal ini dilihat dari perumusan gagasan berkepribadian dibidang budaya dalam Nawacita:
“
Kepribadian dalam kebudayaan harus dicerminkan dalam aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya maupun pertahanan keamanan.
Kemandirian dan kemajuan suatu bangsa tidak boleh hanya dikukur dari perkembangan ekonomi semata. Kemandirian dan kemajuan juga tercermin
dalam kelembagaan, pranata-pranata, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial. Secara lebih mendasar lagi, kemandirian
sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau sebuah bangsa mengenai jati dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi berbagai
tantangan. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti seluas-luasnya
96
”.
Nawacita melihat gagasan berkepribadian dalam bidang kebudayaan sebagai sebuah kekuatan utama untuk mencerminkan kemandirian dan kemajuan
suatu bangsa. Pada poin ke 8 dan ke 9, Nawacita mengambil fokus pada kondisi upaya untuk memperteguh kondisi nasionalisme akibat maraknya konflik
sektarian di indonesia dalam 2 dekade terakhir. Hal ini dapat dilihat dari penjabaran poin ke 8 dan 9 nawacita di bidang kebudayaan, yang dibagi kembali
kedalam 3 agenda strategis yakni
97
: a
Kami berkomitmen mewujudkan pendidikan sebagai pembentukan karakter bangsa
b Kami akan memperteguh ke-bhineka-an indonesia dan memperkuat
restorasi sosial
96
Visi misi dan Program Aksi Jokowi-Jusuf Kalla 2014. Op. Cit. Hal. 5.
97
Ibid. Hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
c Kami akan membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan pemuda dan
olah raga. Sama seperti gagasan dibidang politik dan ekonomi, gagasan dibidang
kebudayaan dalam Nawacita juga tidak mengangkat pandangan Soekarno yang menolak nekolim dalam kehidupan rakyat Indonesia. Absennya pemahaman
untuk anti terhadap budaya kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme dalam Nawacita menjadi ketimpangan bagi masyarakat untuk memahami jati diri bangsa
yang sebenarnya. Penjabaran diatas menjadi sebuah gambaran mengenai bagaimana perbedaan
revolusi mental yang digagas Soekarno dan jargon kampanye Jokowi. Kesamaan revolusi mental hanya sebatas literal saja, sementara pemahaman secara
tekstualnya memiliki fokus pembahasan yang berbeda satu sama lain.
3.2 Signifikansi Trisakti terhadap Kondisi Saat Ini 3.2.1. Kedaulatan Politik sebagai Bentuk Integritas Negara
Kedaulatan negara dalam bidang politik menurut Trisakti merupakan pencerminan dari integritas negara tersebut. Negara di bidang politik harus
memiliki kedaulatan yang tidak dapat ditawar lagi karena mempertaruhkan harga diri sebuah bangsa. Oleh karena itu, praktik nekolim yang berusaha menciptakan
kondisi ketergantungan dan dominasi politik di negara-negara dunia menjadi antitesis dari pandangan berdaulat di bidang politik Trisakti.
Universitas Sumatera Utara
Bangsa yang berdaulat secara politik memiliki andil dalam menentukan sikap serta hubungan diplomasi yang objektif dalam membangun hubungan
internasional dengan kedudukan yang sederajat. Sikap Indonesia dalam hal ini dapat dipahami apabila melihat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
alinea pertama dan keempat yang menyatakan penolakan Indonesia terhadap penjajahan atas kedaulatan negara lain dan komitmen Indonesia untuk ikut aktif
menjaga ketertiban dunia. Nawacita
menafsirkan bentuk
kedaulatan politik
tersebut dan
merumuskannya dalam pola-pola kerjasama antar negara tanpa mengubah komitmen awal Indonesia untuk konsisten menerapkan kebijakan bebas aktif.
Komitmen Indonesia dapat dilihat dari beberapa langkah yang diambil pemerintahan Jokowi-JK dalam hubungan internasional, seperti persoalan
kedaulatan Palestina dan kasus sengketa Laut Cina Selatan.. Menanggapi permasalahan kedaulatan Palestina, pemerintah Indonesia
menginisiasi dukungan dari komunitas internasional terhadap kedaulatan politik Palestina, salah satunya dengan mengizinkan berdirinya Kedutaan Besar Palestina
di Jakarta
98
. Dalam konflik Laut Cina Selatan, Indonesia mendorong tercapainya Code of Conduct CoC antara negara-negara ASEAN dengan Tiongkok
99
. Langkah sebagai penengah ini diambil Indonesia mengingat untuk menjaga
98
http:international.sindonews.comread107045640dubes-palestina-untuk-pbb-apresiasi-dukungan- indonesia-1450421865
diakses pada tanggal 9 Januari 2015 pukul 15.09 WIB.
99
http:international.sindonews.comread106098740inilah-posisi-resmi-indonesia-soal-konflik-laut-china- selatan-1447314808
diakses pada tanggal 9 Januari 2015 pada pukul 15.11 WIB
Universitas Sumatera Utara
wilayah Laut Cina Selatan yang dikenal sebagai kawasan kaya energi tetap stabil dan menjamin arus perdagangan berjalan dengan lancar.
Pola hubungan internasional juga harus dilihat dari kerangka yang lebih luas, hal ini dikarenakan konsep Trisakti berdasar pada terpolarisasinya politik
dunia kedalam dua blok besar saat itu. Pembagian dunia kedalam dua blok besar sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini setelah kemenangan liberalisme-
demokrasi pasca perang dingin. Hal tersebut menuntut sebuah redefinisi atau definisi ulang terhadap negara-negara yang sebelumnya dikatakan Soekarno
sebagai imperialis, maupun kapitalis yang menjadi musuh bagi revolusi Indonesia. Perubahan konstelasi politik tersebut juga ditandai dengan munculnya globalisasi
dalam sektor ekonomi yang mengakibatkan ketergantungan dan keterikatan antara satu negara dengan negara lain sebagai satu kesatuan.
Nawacita kedepannya akan dihadapkan pada masalah-masalah yang bersinggungan dengan aktor-aktor hubungan internasional yaitu Negara dan non
Negara Lembaga Internasional maupun MultiTrans Nasional Corporation. Pengambilan kebijakan pemerintahan kedepan dapat menjadi acuan apakah dalam
praktiknya Indonesia lebih mengutamakan kepentingan nasional atau kepentingan pihak di luar negara.
Contohnya seperti kontrak karya PT. Freeport Indonesia di Papua dan klaim wilayah Natuna oleh Negara asing. Kontrak karya PT. Freeport yang akan habis
pada tahun 2021 memerlukan Peninjauan ulang terhadap bentuk-bentuk kerjasama seperti kebijakan divestasi dan perpanjangan kontrak karya. Hal ini mutlak
Universitas Sumatera Utara
diperlukan agar kepentingan rakyat Indonesia dalam hal ini menjadi prioritas utama dalam pengambilan keputusan.
Begitu juga dengan masalah kepulauan Natuna, kepulauan di ujung Selat Karimata ini memiliki potensi akan cadangan minyak dan gas nya yang besar.
Sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia, Kepulauan Natuna secara teritorial beririsan dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia dan Vietnam. Potensi
konflik dan pencaplokan wilayah oleh negara-negara asing tentunya dapat mengancam keutuhan Indonesia dan merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan
politik Indonesia. Terlepas dari kondisi sosio-politik yang berubah dan menuntut definisi
ulang terhadap kebijakan politik Indonesia, Trisakti pada prinsipnya mengajarkan bahwa kedaulatan politik suatu negara harus dihormati dan dihargai oleh setiap
negara. Konsekuensi dari hal tersebut, kerjasama yang dibangun dalam hubungan Internasional idealnya harus meletakkan kepentingan nasional Indonesia diatas
kepentingan pihak lain.
3.2.2. Reorientasi Pandangan Ekonomi Indonesia Trisakti sebagai sebuah jalan ideologis merupakan upaya meletakkan
pembangunan Indonesia sesuai dengan relnya. Penggaungan kembali gagasan Trisakti Soekarno, sebagai tahapan dalam Panca Azimat adalah keharusan untuk
melanjutkan tahapan revolusi indonesia yang belum selesai. Hal ini didasarkan pada fakta-fakta bahwa meskipun ditunjang dengan sumber daya alam yang
melimpah, nyatanya Indonesia dari faktor ekonomi tertinggal. Dalam ruang
Universitas Sumatera Utara
lingkup ASEAN, Indonesia masih tertinggal dibawah Malaysia dan Singapura baik itu secara ekonomi maupun berdasarkan Sumber Daya Manusia SDM.
100
Penggunaan Trisakti sebagai jalan ideologis menjadi tanda mengenai penelusuran masalah ekonomi Indonesia saat ini merupakan imbas dari orientasi
ekonomi-politik yang dianut oleh rezim yang berkuasa. Konsep berdikari dibidang ekonomi oleh karena itu menilai untuk merubah
kebijakan-kebijakan ekonomi-politik neoliberalisme, maka jalan yang ditempuh adalah reorientasi didalam kehidupan ekonomi-politik, bukan perubahan yang
sifatnya hanya kelembagaan. Hal ini juga mengharuskan jargon-jargon kemandirian ekonomi tersebut tidak boleh hanya menjadi sebuah landasan
operasional yang tak kunjung diterapkan. Ekonomi Terpimpin sebagai sistem ekonomi yang dicanangkan untuk
mengatasi kondisi tersebut dilakukan dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing dan land reform untuk penegakan kedaulatan
pangan. Begitu juga dengan persoalan modal asing di Indonesia. Soekarno dengan tegas menyatakan bentuk „kooperasi dengan syaratnya‟ yaitu hanya menggunakan
modal asing “jika perlu” dan tidak dijadikan prioritas dalam pendanaan perbaikan ekonomi. Modal asing yang dikehendaki oleh Soekarno adalah modal asing yang
tidak mengikat secara politik maupun militer
101
. Keseluruhan aktivitas ini
100
Dai Bachtiar Duta Besar Indonesia pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam http:bisnis.news.viva.co.idnewsread673341-hadapi-mea--ri-tertinggal-jauh-dari-malaysia-dan-singapura
diakses pada tanggal 6 Januari 2016 pukul 10.39 WIB
101
Amiruddin Ar-Rahab. Op.Cit. Hal.107.
Universitas Sumatera Utara
bermuara kepada satu sikap yang secara konsisten dipegang oleh Soekarno yakni anti nekolim.
Namun apabila dikaitkan dengan realitas ekonomi Indonesia saat ini, hal ini tentunya menyulitkan mengingat permasalahan orientasi ekonomi maupun
struktur ekonomi negara-negara dunia saat ini terjalin satu sama lain sebagai sebuah kesatuan. Hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk kerjasama ekonomi
global maupun regional seperti G-20, World Trade Organization WTO, Masyarakat Ekonomi Asean MEA bahkan yang teranyar adalah Trans-Pasific
Patnership TPP yang mengharuskan perekonomian Indonesia terintegrasi dengan kerjasama-kerjasama tersebut.
Praktik ekonomi dalam tatanan global ini didasarkan pada liberalisasi ekonomi, sehingga menghilangkan sekat-sekat perdagangan dan hambatan
terhadap arus investasi dalam suatu negara. Kenyataan tatanan ekonomi global yang menuju pada pasar bebas berimbas pada peran negara yang secara tidak
langsung diminimalisasi perananannya. Keikutsertaan Indonesia dalam tatanan ekonomi global bila dihadapkan dengan upaya reorientasi dan restrukturisasi
perekonomian nasional, berada dalam posisi yang bertentangan satu sama lain dikarenakan asumsi dasar mengenai kesejahteraan ekonomi yang berbeda.
Wacana mengenai pelaksanaan sistem ekonomi terpimpin yang dimungkinkan apabila ditopang oleh demokrasi terpimpin pun sulit untuk
diwujudkan. Keadaan ini tidak memungkinkan untuk diterapkan kembali
Universitas Sumatera Utara
mengingat kecenderungan demokrasi terpimpin yang dekat dengan otoriterisme tidak sesuai dengan perkembangan demokrasi di Indonesia saat ini.
Penggunaan Trisakti sebagai jalan ideologis pemerintahan kedepan menghadapkan Nawacita dengan kontradiksi-kontradiksi apabila dibenturkan
dengan realitas ekonomi global. Kendati disadari terdapat kesalahan orientasi perekonomian nasional saat ini, harus ditemukan sebuah “jalan damai” dengan
tatanan ekonomi global yang liberal, karena hal yang patut dipahami adalah kemandirian ekonomi negara mengandalkan rakyat sebagai tenaga penggerak
utama perekonomian. Sehingga kepentingan rakyat, harus menjadi prioritas utama dalam setiap praktik perekonomian nasional.
3.2.3. Kekuatan dan Pembangunan Bangsa sekaligus Character Building