Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Penyinaran resin dilakukan selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm. b.Resin akrilik polimerisasi kimia selfcold cured resin acrylic adalah jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya tidak memerlukan bantuan energi panas maupun energi sinar tampak untuk proses polimerisasi, melainkan mengandung aminestersier atau dimetil-para-toluidin di dalam monomernya sebagai bahan akselerator kimiawi untuk membantu proses polimerisasi berlangsung. c. Resin akrilik polimerisasi panas heat cured resin acrylic adalah jenis resin akrilik yang selama proses polimerisasinya memerlukan energi termal sebagai pengaktivasi agar polimerisasi berjalan sempurna. Energi termal yang dibutuhkan bisa diperoleh melalui perendaman dalam air atau oven gelombang mikro microwave. 1,10,12 Peningkatan temperatur selama proses polimerisasi memberikan pengaruh nyata pada karakteristik fisik resin akrilik. Temperatur selama proses polimerisasi dalam waterbath harus konstan pada suhu 74 ℃ selama 1,5 jam dan dilanjutkan 100 ℃ selama 1 jam.

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa gigitiruan dibuat menggunakan resin polimetil metakrilat yang bersifat transparan, tidak bewarna dan padat. 16 Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang paling banyak digunakan saat ini dan proses polimerisasinya menggunakan energi panas. Energi termal panas yang dibutuhkan selama proses polimerisasi bisa didapatkan dengan menggunakan pemanasan air dalam waterbath atau dapat menggunakan pemanasan dalam oven gelombang mikro microwave. 1,6,8,9,24

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Unsur-unsur yang terdapat dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 1.Bubuk mengandung : 3,20,24 a. Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama dalam bubuk resin akrilik polimerisasi panas. b. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 . c. Reduces Translucency : titanium dioksida. d. Pewarna yang dapat disesuaikan dengan rongga mulut 1. e. Fiber : serat nilon atau serat akrilik. 2.Cairan mengandung : 3,20,24 a. Monomer: methylmethacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap. b. Stabilisator: 0,006 inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama penyimpanan. c. Cross linking agent: 2 ethylene glycol dimetacrylate, untuk menyambung dua molekul polimer sehingga menjadi rantai yang panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik. d. Plasticizer : dibutil pthalat.

2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu : 1,3,20 a. Perbandingan bubuk polimer dan cairan monomer Perbandingan polimer dan monomer merupakan bagian yang sangat penting diperhatikan selama proses memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas. Pencampuran polimer dan monomer menggunakan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2:1. Jika monomer yang dicampurkan terlalu sedikit, maka tidak semua dari polimer akan dibasahi oleh monomer, hal ini mengakibatkan akrilik yang telah selesai proses polimerisasi akan bergranula, tetapi jika monomer terlalu banyak akan menyebabkan waktu untuk mencapai fase dough konsistensi akan semakin lama, hal ini membuat timbulnya porositas pada resin akrilik. b. Proses pencampuran bubuk dan cairan Untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang diinginkan maka resin akrilik harus melalui 5 tahap pada saat pencampuran diantaranya : 1. Tahap I Wet sand stage Pada tahap ini polimer dan monomer bertahap bercampur membentuk endapan. Monomer bertahap akan meresap kedalam polimer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu. Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butiran butiran polimer tetap tidak berubah dan konsistensi adukan masih kasar dan berbentuk butiran. 2. Tahap II Sticky stage Pada tahap ini monomer akan mulai meresap atau masuk kedalam permukaan polimer. Rantai polimer akan terdispersi dalam cairan monomer. Rantai polimer ini akan melepaskan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan dari adukan. Pada tahap ini adukan akan berserat berbentuk benang dan akan lengket bila disentuh ataupun ditarik. 3. Tahap III Doughgel stage Pada tahap ini campuran akan lebih halus dan homogen. Adukan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula. Pada tahap ini adukan siap dibentuk dan dimasukan kedalam mould. 4. Tahap IV Rubbery stage Pada tahap ini monomer tidak ada lagi yang tersisa, karena monomer telah bersatu meresap sempurna dengan polimer dan sebagian monomer menguap. Massa pada tahap ini sudah berbentuk plastik dan tidak dapat lagi dibentuk dan dimasukan kedalam mould. 5. Tahap V Stiff stage Pada tahap ini adonan akan menjadi keras dan kaku, hal ini disebabkan menguapnya monomer bebas. Secara klinik adukan terlihat sangat kering. c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould Mould lining 1 Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus diolesi bahan separator could mold seal untuk menghindari merembesnya monomer sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik. d.Pengisian resin akrilik Packing 1 Packing merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di kuvet. Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan underpacking, hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka dari itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana mould harus terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat tekanan yang perlahan sehingga resin akrilik dapat mengalir kesuluruh rongga mould pada kuvet. e. Proses curing Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74 o C dan dipertahankan selama 1,5 jam kemudian suhu dinaikan 100 o C dan dibiarkan selama 1 jam. 1

2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas