Sifat Kimia Sifat Biologis Sifat Fisis Sifat Mekanis

c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould Mould lining 1 Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus diolesi bahan separator could mold seal untuk menghindari merembesnya monomer sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik. d.Pengisian resin akrilik Packing 1 Packing merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di kuvet. Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan underpacking, hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka dari itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana mould harus terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat tekanan yang perlahan sehingga resin akrilik dapat mengalir kesuluruh rongga mould pada kuvet. e. Proses curing Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74 o C dan dipertahankan selama 1,5 jam kemudian suhu dinaikan 100 o C dan dibiarkan selama 1 jam. 1

2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas

20

2.2.3.1 Sifat Kimia

1. Penyerapan air Sifat kimia yang dimiliki resin akrilik polimerisasi panas adalah penyerapan air sebesar 0,69 mgcm. Penyerapan air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat terserap oleh permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi diantara rantai polimer. Air yang diserap menimbulkan efek pada sifat dari resin akrilik tersebut. 2. Solubilitas Meskipun bahan resin akrilik polimerisasi panas dapat larut dalam berbagai bahan pelarut, namun bahan resin akrilik umumnya tidak dapat larut dalam cairan ronga mulut.

2.2.3.2 Sifat Biologis

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat biologis seperti biokompatibel yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat beradaptasi dengan mukosa rongga mulut, tidak beracun dan tidak larut dalam saliva. 20

2.2.3.3 Sifat Fisis

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis seperti konduktivitas termal sebesar 6 x 10 -4 calseccm 2 dan koefisien termal ekspansi sebesar 80 ppm o C. 20

2.2.3.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah: 20,25 1. Kekuatan fatique Kekuatan fatique adalah kekuatan suatu bahan yang mengalami stress berulang diatas proporsional limit yang menyebabkan bahan tersebut menjadi patah. 25 2. Kekuatan transversal Kekuatan transversal atau kekuatan fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah bahan berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya, dimana beban diberikan ditengah-tengah bahan tersebut. 25 Selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang diperoleh akan dimasukan kedalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 85,47 Mpa. 3. Kekuatan impak Kekuatan impak adalah daya tahan suatu bahan agar tidak mudah patah bila bahan tersebut mendapat daya yang besar dan tiba-tiba dalam bentuk tekanan. 11,13,15,16,26 Kekuatan impak yang diperlukan oleh resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan adalah 2 x 10 -3 Jmm ISO 1567:1999. 14 Menurut Craig, dkk 2002 kekuatan impak minimal basis gigitiruan resin akrilik heat cured adalah sebesar 10 kgcm. 16 Terdapat dua tipe alat untuk menguji kekuatan impak yaitu uji Izod dan uji Charpy. Pada alat penguji Izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya. Sedangkan pada alat uji Charpy kedua ujung sampel diletakan pada posisi horizontal yang bertumpu pada ujung alat penguji. 25 Kekuatan impak menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang diletakkan pada alat penguji dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayunkan dan membentur sampel hingga sampel patah. Selanjutnya energi E yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak. Rumus kekuatan impak : Keterangan : I = Kekuatan impak Jmm 2 E = Energi Joule b = Lebar batang uji mm d = Tebal batang uji mm

2.2.4 Keuntungan