32
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui karakteristik penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Januari 2011 – April 2015.
Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional potong lintang. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan mengumpulkan data
rekam medis.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Jl. Bunga Lau No. 17. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan
pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pusat rujukan di
Sumatera Utara. 4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – November 2015.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik
Medan periode Januari 2011 – April 2015.
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan metode total sampling pada pasien rawat inap di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan pada bulan Januari 2011-April 2015.
4.3.2.1. Kriteria Inklusi
Sampel penderita gagal ginjal kronik yang sedang dilakukan hemodialisis berdasarkan hasil pemeriksaan dokter pada bulan Januari 2011
– April
2015. 4.3.2.2. Kriteria Eksklusi
Data rekam medis yang tidak lengkap.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari status pasien dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik Medan.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diproses dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS
Statistic Package for Social Science
, untuk melihat karakteristik penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan
Januari 2011 – April 2015.
34
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam
Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502MenkesIX1991 tanggal 6 September 1991 dan
secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan
ditetapkannya RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai
Pusat Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter spesialis.
5.1.2. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis
Distribusi karakteristik penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis pada bulan Januari 2011
– April 2014 yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tempat tinggal adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
1. Laki-laki
176 49,3
2. Perempuan
181 50,7
Total 357
100
Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 357 orang. Dimana penderita perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 181 orang 50,7, sedangkan penderita laki-laki sebanyak 176 orang 49,3.
Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Usia
No. Umur
Frekuensi Persentase
1. 17-25
17 4,8
2. 26-35
47 13,2
3. 36-45
57 16,0
4. 46-55
123 34,5
5. 56-65
59 16,5
6. 65
54 15,1
Total 357
100
Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa kategori usia penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis paling tinggi terdapat dalam kelompok usia 46-
55 tahun yaitu sebanyak 123 orang 34,5, sedangkan jumlah penderita yang paling rendah terdapat pada kelompok usia 17-25 tahun yaitu sebanyak 17 orang
4,8.
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan
Frekuensi Persentase
1. SD
67 18,8
2. SLTP
65 18,2
3. SLTA
193 54,1
4. Sarjana
32 9,0
Total 357
100
Berdasarkan tabel 5.3. dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis dengan pendidikan terakhir SLTA yang
paling banyak yaitu sejumlah 193 orang 54,1 dan yang terendah pada tingkat pendidikan terakhir adalah sarjana yaitu sejumlah 32 orang 9,0.
Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan
Frekuensi Persentase
1. Bekerja
222 62,2
2. Tidak Bekerja
135 37,8
Total 357
100
Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui bahwa status pekerjaan penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis yang paling banyak adalah yang bekerja
yaitu sejumlah 222 orang 62,2, sedangkan yang sedikit adalah yang tidak bekerja sejumlah 135 orang 37,8.
Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Tempat Tinggal
No. Tempat Tinggal
Frekuensi Persentase
1. Medan
91 25,5
2. Luar Medan
266 74,5
Total 357
100
Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa tempat tinggal penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis yang paling banyak yaitu berada di luar
medan sejumlah 266 orang 74,5, dan yang paling sedikit adalah yang berada di daerah medan sejumlah 91 orang 25,5.
5.1.3. Distribusi Etiologi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis
Distribusi etiologi pasien gagal ginjal kronik yang di hemodialisis pada bulan Januari 2011
– April 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6. Distribusi Etiologi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis
No. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Frekuensi Persentase
1. Hipertensi
195 54,6
2. Diabetes Melitus
103 28,9
3. Ginjal Polikistik
89 24,9
4. Glomerulonefritis
37 10,4
5. Pyelonefritis
19 5,3
Total 357
100
Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui bahwa etiologi dari gagal ginjal kronik yang paling tinggi adalah hipertensi yaitu sejumlah 195 orang 54,6,
kemudian diabetes melitus sejumlah 103 orang 28,9, ginjal polikistik sejumlah 89 orang 24,9, glomerulonefritis sejumlah 37 orang 10,4, dan yang paling
rendah adalah pyelonefritis yaitu sejumlah 19 orang 5,3.
5.2. Pembahasan 5.2.1. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis
Berdasarkan Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita perempuan 181 orang 50,7 yang menderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis lebih
banyak dibandingkan dengan penderita laki-laki yaitu sejumlah 176 orang 49,3. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitan yang dilakukan oleh Wurara et
al. 2013, yang menyatakan bahwa penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sejumlah 30 orang 50,8, sedangkan penderita
laki-laki sejumlah 29 orang 49,2, Bukit 2014 menyatakan bahwa penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sejumlah 28 orang 50,9,
sedangkan penderita laki-laki yaitu sejumlah 27 orang 49,1 dan Yuliaw 2009 menyatakan bahwa responden memiliki karakteristik individu yang baik hal ini
bisa dilihat dari jenis kelamin, bahwa perempuan lebih banyak menderita penyakit gagal ginjal kronik, sedangkan laki-laki lebih rendah.
5.2.2. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Usia
Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis yang tertinggi pada kelompok usia 46-55 tahun sebanyak
123 orang 34,5, kemudian diikuti oleh kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 59 orang 16,5, 36-45 tahun sebanyak 57 orang 16,0, 65 tahun sebanyak
54 orang 15,1, 26-35 tahun sebanyak 47 orang 13,2, dan yang terendah adalah kelompok usia 17-25 tahun sebanyak 17 orang 4,8. Hal ini juga sesuai
dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Govindaraju 2014, yang menyatakan bahwa kelompok usia yang paling tinggi adalah usia 49-57 tahun
sejumlah 91 orang 34,7, Fuad 2010 menyatakan bahwa kelompok usia yang paling tinggi adalah usia 49-58 tahun sejumlah 28 orang 28,9 dan Siallagan
2012 menyatakan bahwa kelompok usia yang paling tinggi adalah usia 49-55 tahun sejumlah 50 orang 24,8, dan yang terendah adalah kelompok usia 14-27
tahun sejumlah 4 orang 2. Semakin meningkatnya umur, proporsi penderita GGK semakin meningkat hal ini dapat terjadi karena pada saat usia lebih dari 40
tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron dan penurunan fungsi ginjal sekitar 10 mlmenit1,73 m2.
5.2.3. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pendidikan
Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah
SLTA sejumlah 193 orang 54,1, dan kelompok tingkat pendidikan yang terendah adalah sarjana sejumlah 32 orang 9,0. Hal ini sejalan dengan
beberapa penelitian yang dilakukan oleh Butar-butar 2013, yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SLTA sejumlah 26 orang 46,40, Muharni 2011 menyatakan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah
SLTA sejumlah 21 orang 52,50 dan Harasyid 2011 menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SLTA sejumlah 20 orang 37,7 serta
Yuliaw 2009 menyatakan bahwa pada penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dengan teori dimana
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bagus daripada yang
tidak didasari pengetahuan.
5.2.4. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pekerjaan
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa status pekerjaan penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis yang paling banyak adalah yang bekerja
yaitu sejumlah 222 orang 62,2, sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja sejumlah 135 orang 37,8. Hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Umri 2011, yang menyatakan bahwa status pekerjaan penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialis yang paling banyak
adalah yang bekerja sejumlah 89 orang 56, dan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja sejumlah 70 orang 44, Tarigan 2005 menyatakan bahwa
status pekerjaan penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialis yang paling banyak adalah yang bekerja sejumlah 125 orang 69, sedangkan yang paling
sedikit adalah yang tidak bekerja sejumlah 56 orang 31 dan Pane 2014 menyatakan bahwa status pekerjaan penderita gagal ginjal kronik yang di
hemodialis yang paling banyak adalah yang bekerja sejumlah 76 orang 82,6, sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja sejumlah 16 orang
17,4 penelitian ini juga mendapatkann bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan resiliensi responden. Responden yang memiliki pekerjaan
maupun yang tidak memiliki pekerjaan sama-sama berkemungkinan memiliki tingkat resiliensi tinggi, sedang maupun rendah.
5.2.5. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Tempat Tinggal
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa tempat tinggal penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis yang paling banyak yaitu berada di luar medan
sejumlah 266 orang 74,5, dan yang paling sedikit adalah yang berada di daerah medan sejumlah 91 orang 25,5. Hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Sinabariba 2002, yang menyatakan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis paling banyak berasal dari luar
medan yaitu sejumlah 101 orang 63,9, dan yang paling sedikit berasal dari medan yaitu sejumlah 57 orang 36,1, Tarigan 2005 menyatakan bahwa
penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis paling banyak berasal dari luar medan yaitu sejumlah 115 orang 63,5 dan paling sedikit berasal dari medan
yaitu sejumlah 66 orang 36,5.
5.2.6. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Etiologi GGK
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa etiologi dari gagal ginjal kronik yang paling tinggi adalah hipertensi yaitu sejumlah 195 orang 54,6,
kemudian diabetes melitus sejumlah 103 orang 28,9, ginjal polikistik sejumlah 89 orang 24,9, glomerulonefritis sejumlah 37 orang 10,4, dan yang paling
rendah adalah pyelonefritis yaitu sejumlah 19 orang 5,3. Hal ini sejalan
dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2012, yang menyatakan bahwa etiologi dari gagal ginjal kronik yang tertinggi adalah hipertensi sejumlah
61 orang 75,3, Sheila 2011 menyatakan bahwa etiologi dari gagal ginjal kronik yang tertinggi adalah hipertensi sejumlah 68 orang 57, Hanifa 2010
menyatakan bahwa etiologi dari gagal ginjal kronik yang tertinggi adalah hipertensi sejumlah 61 orang 60,4, Romauli 2009 menyatakan bahwa
etiologi dari gagal ginjal kronik yang tertinggi adalah hipertensi sejumlah 63 orang 42,6 dan Siallagan 2012 menyatakan bahwa etiologi dari gagal ginjal
kronik yang tertinggi adalah hipertensi sejumlah 42 orang 30,2. Hipertensi dapat menyebabkan nefrosklerosis pengerasan ginjal dimana terjadi perubahan
patologis pada pembuluh darah ginjal. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama GGK. DM merupakan gangguan metabolik yang dapat
mengakibatkan GGK. Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multipel, bilateral dan berekspansi yang semakin lama mengganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Penyakit ini dapat menurunkan fungsi ginjal yang progresif lambat dan sekitar 50 akan menjadi
GGK pada usia 60 tahun.
42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a Berdasarkan karakteristik gagal ginjal kronik yang di hemodialisis di
RSUP Haji Adam Malik Medan pada januari 2011 – April 2015 adalah
sebanyak 357 orang, penderita perempuan lebih banyak dibadingkan laki- laki yaitu sebanyak 181 orang 50,7.
b Dari keseluruhan penderita maka dapat dikelompokan usia yang terbanyak
adalah 46-55 tahun yaitu sebanyak 123 orang 34,5. c
Penderita GGK yang di hemodialisis berdasarkan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah SLTA yaitu sebanyak 193 orang 54,1, dan yang
bekerja lebih banyak dibandingkan penderita yang tidak bekerja yaitu sebanyak 222 orang 62,2.
d Penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis lebih banyak berasal
dari luar medan dibandingkan dari kota medan yaitu 266 orang 74,5. e
Berdasarkan karakteristik etiologi gagal ginjal kronik yang paling banyak disebabkan oleh hipertensi yaitu sebanyak 195 orang 54.6, kemudian
diikuti oleh diabetes melitus yaitu sebanyak 103 orang 28,9, ginjal polikistik yaitu sebanyak 89 orang 24,9, glomerulonefritis yaitu
sebanyak 37 orang 10,4, dan pyelonefritis yaitu sebanyak 19 orang 5,3.
6.2. Saran