Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Usia Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pendidikan

sedangkan penderita laki-laki yaitu sejumlah 27 orang 49,1 dan Yuliaw 2009 menyatakan bahwa responden memiliki karakteristik individu yang baik hal ini bisa dilihat dari jenis kelamin, bahwa perempuan lebih banyak menderita penyakit gagal ginjal kronik, sedangkan laki-laki lebih rendah.

5.2.2. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis yang tertinggi pada kelompok usia 46-55 tahun sebanyak 123 orang 34,5, kemudian diikuti oleh kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 59 orang 16,5, 36-45 tahun sebanyak 57 orang 16,0, 65 tahun sebanyak 54 orang 15,1, 26-35 tahun sebanyak 47 orang 13,2, dan yang terendah adalah kelompok usia 17-25 tahun sebanyak 17 orang 4,8. Hal ini juga sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Govindaraju 2014, yang menyatakan bahwa kelompok usia yang paling tinggi adalah usia 49-57 tahun sejumlah 91 orang 34,7, Fuad 2010 menyatakan bahwa kelompok usia yang paling tinggi adalah usia 49-58 tahun sejumlah 28 orang 28,9 dan Siallagan 2012 menyatakan bahwa kelompok usia yang paling tinggi adalah usia 49-55 tahun sejumlah 50 orang 24,8, dan yang terendah adalah kelompok usia 14-27 tahun sejumlah 4 orang 2. Semakin meningkatnya umur, proporsi penderita GGK semakin meningkat hal ini dapat terjadi karena pada saat usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron dan penurunan fungsi ginjal sekitar 10 mlmenit1,73 m2.

5.2.3. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pendidikan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronik yang di hemodialisis berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah SLTA sejumlah 193 orang 54,1, dan kelompok tingkat pendidikan yang terendah adalah sarjana sejumlah 32 orang 9,0. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Butar-butar 2013, yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SLTA sejumlah 26 orang 46,40, Muharni 2011 menyatakan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SLTA sejumlah 21 orang 52,50 dan Harasyid 2011 menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SLTA sejumlah 20 orang 37,7 serta Yuliaw 2009 menyatakan bahwa pada penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dengan teori dimana pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bagus daripada yang tidak didasari pengetahuan.

5.2.4. Analisis Distribusi Penderita Gagal Ginjal Kronik yang di Hemodialisis Berdasarkan Pekerjaan