Kesimpulan Pengertian Infeksi Pernapasan Akut

76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 6.1.1 Proporsi penderita pneumonia pada batita yang dirawat inap sebesar 8,6. 6.1.2 Proporsi terbesar batita penderita pneumonia pada kelompok umur 24 - 35 bulan 44,3, berjenis kelamin laki-laki 60,4, Suku Batak 93,4, beragama Kristen Protestan 75,5 dan berasal dari Kota Medan 64,2. 6.1.3 Proporsi terbesar batita penderita pneumonia berdasarkan status gizi yaitu status gizi baik 76,5. 6.1.4 Proporsi terbesar batita penderita pneumonia berdasarkan status imunisasi yaitu status imunisasi tidak lengkap 59,4. 6.1.5 Proporsi terbesar batita penderita pneumonia berdasarkan penyakit penyerta yaitu tanpa penyakit penyerta 83,0. 6.1.6 Proporsi terbesar batita penderita pneumonia berdasarkan derajat pneumonia yaitu derajat pneumonia 91,5. 6.1.7 Lama rawatan rata-rata batita penderita pneumonia yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 adalah 4,76 hari. 6.1.8 Proporsi terbesar batita penderita pneumonia berdasarkan berdasarkan kondisi sewaktu pulang adalah sembuh 83,0. Universitas Sumatera Utara 6.1.9 Batita penderita pneumonia yang meninggal sebayak 3 orang dengan Case Fatality Rate 2,8. 6.1.10 Tidak ada perbedaan umur berdasarkan derajat pneumonia. 6.1.11 Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan umur. 6.1.12 Ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. 6.1.13 Tidak ada ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat pneumonia. 6.1.14 Ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan penyakit penyerta. 6.1.15 Ada perbedaan status gizi berdasarkan derajat pneumonia. 6.1.16 Ada perbedaan antara derajat pneumonia berdasarkan kondisi sewaktu pulang.

6.2 Saran

Saran penulis dari penelitian ini adalah: 6.2.1 Kepada bagian poli anak agar memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang gejala-gejala pneumonia dan faktor risiko pneumonia sehingga orang tua segera membawa anak ke pelayanan kesehatan ketika anak mengalami gejala pneumonia untuk mendapat penanganan yang cepat dan tepat. 6.2.2 Kepada orang tua yang memiliki anak dengan penyakit penyerta harus lebih diawasi untuk mencegah anak dari ISPA khusunya pneumonia. 6.2.3 Kepada pihak rekam medik untuk melengkapi pencatatan riwayat berat badan lahir dan riwayat pemberian ASI eksklusif di dalam kartu status. Universitas Sumatera Utara 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi Pernapasan Akut

Infeksi Saluran Pernapasan Akut sering disingkat dengan ISPA. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections ARI. ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut dengan pengertian sebagai berikut: Yudarmawan, 2012 dalam Gapar, 2015 2.1.1 Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusiadan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2.1.2 Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah termasuk jaringan paru- paru dan organ adneksa saluran pernapasan, dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan respiratory tract. 2.1.3 Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat.ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA berlangsung sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA yang Universitas Sumatera Utara mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita Kemenkes, 2013. Hasil Riskesdas tahun 2013 menjelaskan bahwa lima provinsi dengan ISPA tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur 41,7, Papua 31,1, Aceh 30,0, Nusa Tenggara Barat 28,3, dan Jawa Timur 28,3. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 25,0 tidak jauh berbeda dengan 2007 25,5. Period prevalence ISPA tersebut dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir.

2.2 Pengertian Pneumonia