mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada
balita Kemenkes, 2013. Hasil Riskesdas tahun 2013 menjelaskan bahwa lima provinsi dengan
ISPA tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur 41,7, Papua 31,1, Aceh 30,0, Nusa Tenggara Barat 28,3, dan Jawa Timur 28,3.
Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013
25,0 tidak jauh berbeda dengan 2007 25,5. Period prevalence ISPA tersebut dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir.
2.2 Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalahperadangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisame seperti bakteri virus, jamur atau parasit. Namun pneumonia juga
dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab selain
mikroorganisme fisik, kimiawi, alergi sering disebut pneumonitis Djojodibroto, 2009.
Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita
pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya, kuman penyebab pneumonia masuk ke
saluran pernapasan melalui proses inhalasi udara yang dihirup atau dengan cara penularan langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat
Universitas Sumatera Utara
batuk, bersin, dan berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita WHO 2013 dalam Anwar,2014. Pneumonia sebenarnya dapat disembuhkan dengan tuntas asal cepat
ditangani sehingga peradangan yang terjadi tidak meluas. Karena tanda dan gejala hampir serupa dengan penyakit batuk dan pilek biasa, orang tua cenderung tidak
waspada dan biasanya enggan membawa anaknya ke pelayanan kesehatan. Padahal pneumonia dapat menyebabkan kematian bila peradangannya semakin
meluas sehingga paru-paru tidak dapat melakukan fungsi pertukaran oksigen dengan baik. Akibatnya tubuh anak mengalami kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian Sefrina, 2015.
2.3 Patogenesis Pneumonia
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan imunitas inang, mikroorganisame yang menyerang pasien dan lingkungan yang
berinteraksi satu ama lain.Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat ringannya penyakit, diagnosis empirik, rencana
terapi secara empiris serta prognosa dari pasien Dahlan, 2010. Pneumonia dapat menyebar dengan berbagai cara.Virus dan bakteri
yang biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak dan menginfeksi paru- paru menyebar melaui udara seperti batuk atau bersin.Selain itu, pneumonia pada
anak dapat menyebar melalui darah, terutama selama dalam kandungan masa kehamilan 30 minggu khususnya oleh Respiratory Syncytial Virus dan segera
setelah lahir WHO, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernapasan secara percikan droplet. Menurut Hassan, 2005 bahwa proses radang pneumonia dapat
dibagi atas empat stadium yaitu: a.
Stadium kongesti Pada stadium ini kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus
terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
b. Stadium hepatisasi merah
Pada stadium ini lobus dan lobules yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan perabaan seperti hepar.
Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
c. Stadium hepatisasi kelabu
Pada stadium ini lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin sedangkan
alveolus terisi fibrin dan leukosit yang menjadi tempat fagositosis serta kapiler yang tidak lagi kongestif.
d. Stadium resolusi
Pada stadium ini eksudat mulai berkurang. Di dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak
sedangkan fibrin
diresorbsi dan
menghilang. Secara
anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokasi
sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Pengobatan
Universitas Sumatera Utara
dengan antibiotik yang tepat maka akan mencegah penderita sampai pada stadium ini.
Pada anak, mikroorganisme penyebab pneumonia umumnya menyebar melalui udara dan aliran darah. Pneumonia yang terjadi pada bayi yang berusia di
bawah 3 minggu biasanya terinfeksi dari ibunya saat bersalin memalui jalan lahir atau terkena cairan yang sudah terinfeksi. Mikroorganisme tersebut akan
berkembang dengan pesat dan langsung menyerang paru-paru. Hal tidak akan terjadi pada bayi yang memiliki kondisi kesehatan yang baik dengan daya tahan
yang kuat terhadap penyakit Prihaningtyas, 2015. Masa inkubasi patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi,
bergantung pada tipe virus dan bakteri yang menginfeksi. Misalnya pada Respiratory Syncytial Virus, masa inkubasinya 4-6 hari sedangkan pada virus
influenza hanya 18-72 jam. Melalui penangan yang tepat, pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat disembuhkan antara 1-2 minggu, sedangkan pada
pneumonia yang disebabkan oleh virus masa penyembuhannya lebih lama sekitar 4-6 minggu untuk bisa benar-benar sembuh Chomaria, 2015.
Khusus pneumonia yang disebabkan oleh Respiratory Syncytial Virus dapat bertransmisi melalui droplet, muntahan dan kontak langsung dengan
penderita serta sering kali ditularkan secara nosokomial di rumah sakit Radji, 2015.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Klasifikasi Pneumonia