Kelengkapan Alat Pelindung Diri Penyemprot Pestisida

5.1.13. Kelengkapan Alat Pelindung Diri Penyemprot Pestisida

No Alat Pelindung Diri yang digunakan Keterangan Ya Tidak 1 Masker 11 55 9 45 2 Sarung tangan 3 15 17 85 3 Topi 7 35 13 45 4 Baju Lengan Panjang 16 80 4 20 Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat dari 20 responden menggunakan alat pelindung diri masker 55, menggunakan sarung tangan 15 , menggunakan topi 35 dan baju lengan panjang 80. Pada umumnya perilaku petani di daerah ini menggunakan alat pelindung diri yang tidak lengkap, mereka pada hanya menggunakan rata-rata 3 alat pelindung diri yang berupa baju lengan panjang, celana panjang dan topi. Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindari Mualim K, 2002 Universitas Sumatera Utara Gambar 2 : Petani desa Pantai cermin sedang melakukan penyemprotan Gambar 3 : Kelengkapan alat pelindung petani desa Pantai cermin saat penyemprotan Universitas Sumatera Utara Menurut Sudarmo, 1991 dalam Depkes 1999, gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan celana panjang, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut serta atribut lain yang diperlukan. Artinya pemakaian APD yang lengkap dapat terhindar dari keracunan pestisida, karena APD dapat mencegah masuknya pestisida ke dalam tubuh. Ketika pestisida masuk ke dalam tubuh, pestisida akan menempel pada enzim kholinesterase, akibatnya terjadi hambatan pada aktifitas enzim kholinesterase, sehingga terjadi akumulasi substrat asetilkholin pada sel efektor. Keadaan tersebut akan menyebabkan gangguan pada syaraf yang berupa aktifitas kholinergik secara terus menerus akibat asetikholin yang tidak dihidrolisis. Asetilkholin berperan sebagai jembatan penyebrangan bagi mengalirnya getaragetaran syaraf. Melalui sistem syaraf inilah organ-organ didalam tubuh menerima informasi untuk mempergiat atau mengurangi aktifitas sel pada organ. Pada sistem syaraf, stimulasi yang diterima dijalarkan melalui serabut-serabut syaraf akson dalam bentuk impuls. Setelah impuls syaraf oleh asetilkholin diseberangkanditeruskan melalui serabut, enzim kholinesterase memecahkan asetilkholin dengan cara menghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan sebuah ion asetat, impuls syaraf kemudian berhenti. Kaloyanova,Fina P, Mostafa A El Batawi, 1991 Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN