Penyemprotan pestisida pada umumnya menggunakan tanki 17 liter yang dilakukan untuk sekali semprot. Untuk penyemprotan selanjutnya tanki semprot
diisi kembali proses ini membutuhkan waktu 30 menit. Petani umumnya membutuhkan ukuran tanah seluas 1500 m persegi.
5.1.12. Tindakan Penyemprot Terhadap Arah Angin
Dari hari penelitian di desa pantaqi Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat petani yang melakukan penyemprotan pestisida sebanyak
70 melakukan penyemprotan searah hembusan angin dan 30 tidak sesuai dengan araah hembusan angin
Tindakan penyemprot terhadap arah angin adalah tindakan petani saat menyemprot tanaman dengan menggunakan pestisida terhadap arah angin yang
bertiup. Penyemprotan yang baik bila petani menghadap searah dengan tiupan angin pada saat melakukan penyemprotan. Petani yang melakukan penyemprotan
melawan arah angin akan mendapatkan paparan pestisida yang lebih banyak sehingga lebih mudah terjadi keracunan apalagi kalau tanaman yang disemprot
memiliki bentuk yang tinggi. Kita tahu bahwa lebih dari 75 aplikasi pestisida dilakukan dengan cara
disemprotkan, sehingga memungkinkan butir-butir cairan tersebut melayang, menyimpang dari aplikasi. Jarak yang ditempuh oleh butrian-butiran cairan
tersebut tergantung pada ukuran butiran. Butiran dengan radius lebih kecil dari satu mikron, dapat dianggap sebagai gas yang kecepatan mengendapnya tak
terhingga, sedang butiran dengan radius yang lebih besar akan lebih cepat mengendap. Ton SW, 1991
Universitas Sumatera Utara
Penyemprotan yang tidak mempertimbangkan arah angin akan mengakibatkan keracunan tidak hanya pada petani saja, zat kimia tersebut akan
akumulasi dari bahan aktif pestisida yang mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS Chemically Acquired Deficiency Syndrom dan sebagainya. Dilaporkan
bahwa 60 –99 persen pestisida yang diaplikasikan akan tertinggal pada target atau
sasaran, sedang apabila digunakan dalam bentuk serbuk, hanya 10-40 persen yang mencapai target, sedang sisanya melayang bersama aliran angin atau segera
mencapai tanah. Oginawati K, 2005 Petani penyemprot pestisida pada lokasi penelitian pada umumnya tidak
langsung mencuci pakaian yang digunakan tetapi mereka menjemur kembali pakaian mereka untuk digunakan pada saat penyemprotan selanjutnya. Kebiasaan
ini dapat berakibat keracunan pada petani tersebut yaitu masuknya bahan kimia dari pestisida melalui kulit, bahan racun tersebut memasuki pori-pori atau terserap
langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak polar. Kebiasaan mereka yang tidak mencuci langsung pakaian yang mereka
gunakan pada saat menyemprot bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat
menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen vitiligo, mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari atau kanker kulit Pada petani pengguna pestisida
keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran pencernaan dan pernafasan. WHO, 1986
Universitas Sumatera Utara
5.1.13. Kelengkapan Alat Pelindung Diri Penyemprot Pestisida