Bahan Kaping Pulpa .1 Biodentin

kuretase, kesalahan secara iatrogenik. Jika pulpitis reversibel tidak segera dirawat maka pulpa akan berubah menjadi nekrotik. 4 Secara mikroskopis, akan tampak pembuluh darah yang berdilatasi,pengeluaran cairan udema, kekacauan dari lapisan odontoblas, terbentuknya dentin reparatif dan adanya sel-sel inflamasi akut dan kronis. Gigi yang mengalami pulpitis reversibel akan bereaksi secara normal terhadap perkusi, palpasi, dan jaringan periapikal terlihat normal pada pemeriksaan radiografi. 18

2.4 Kaping Pulpa

Terapi pulpa konservatif bertujuan untuk mempertahankan vitalitas dan kesehatan jaringan pulpa, oleh sebab itu jaringan pulpa yang terpapar karena terkena trauma harus segera dirawat agar tidak terjadi peradangan yang jika tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian pada pulpa. Salah satu cara untuk mempertahankan vitalitas pulpa yaitu dengan prosedur kaping pulpa. Kaping pulpa terbagi menjadi dua yaitu kaping pulpa indirek dan kaping pulpa direk. Kaping pulpa indirek dilakukan pada kasus restorasi lesi karies yang dalam, dimana bahan kaping pulpa diletakkan di atas selapis tipis dentin yang tersisa. Kaping pulpa direk didefinisikan sebagai perawatan pada pulpa vital yang terpapar dengan meletakkan bahan kaping pulpa langsung di atas pulpa yang mengalamai cedera untuk memfasilitasi pembentukan dentin reparatif dan menjaga vitalitas pulpa. Indikasi kaping pulpa direk yaitu apabila pulpa terpapar karena cedera mekanis atau disebabkan oleh karies yang masih sedikit. 31 2.5 Bahan Kaping Pulpa 2.5.1 Biodentin Biodentinmerupakan suatu bahan pengganti dentin yang bersifat bioaktif yang diperkenalkan oleh Septodont2009. Komposisi bubuk biodentin yang paling utama yaitu kalsium trisilikat dan kalsium disilikat berperan untuk meregulasi reaksi setting. Komponen lainnya yaitu kalsium oksida dan kalsium karbonat sebagai filler, besi oksida sebagai shading dan zirkonium dioksida sebagai radio-opacifier. Cairan Universitas Sumatera Utara untuk diaduk bersama biodentin terdiri dari polimer yang larut dalam air dan kalsium kloridauntuk mempercepat reaksi setting. Biodentin mengundang banyak perhatian beberapa tahun terakhir dan telah dianjurkan untuk digunakan dalam aplikasi klinis. seperti perforasi akar, apeksifikasi, resopsi,retrograde filling, prosedur kaping pulpa, dan pengganti dentin. 32,33,34 Biodentin memiliki setting time yang cepat 12 menit, biokompabilitas tinggi, kekuatan kompresif tinggi, kemampuan sealing baik, dan mudah untuk digunakan, serta keserbagunaannya dalam prosedur perbaikan dan restoratif dalam endodonti tanpa meninggalkan stain pada gigi yang dirawat. Selain itu, biodentin bisa menstimulasi regenerasi jaringan dan memiliki respon yang baik terhadap pulpa. 20 Zanini et al 2012 menyatakan biodentin bersifat bioaktif karena menginduksi diferensiasi sel-sel mirip odontoblas serta meningkatkan proliferasi sel dan biomineralisasi pulpa. Biodentin menjaga vitalitas pulpa tanpa menimbulkan reaksi radang dan mempercepat proses penyembuhan pulpa. Biodentin bekerja dengan menginduksi mineralisasi setelah diaplikasikan. Mineralisasi terjadi dalam bentuk osteodentin dengan meningkatkan sekresi Transforming Growth Factor Beta 1 TGF- β1 dari sel pulpa, serta menstimulasi odontoblas dan sel diferensiasi yang akan membentuk dentin reactionary dan dentin tersier. 33,35 Penelitian yang dilakukan oleh Golberg 2009 terhadap gigi molar maksilla tikus yang dipreparasi dengan kavitas bentuk setengah lingkarankelas V kemudian diisi dengan Biodentin dan Fuji IX GIC menunjukkan bahwa setelah 8 hari, inflamasi pulpa moderat di sepertiga mesial ruang pulpa. Inflamasi hilang setelah 15 hari. Selanjutnya peneltian yang dilakukan oleh Shayegan 2012 untuk melihat respon sel inflamasi dan pembentukan jaringan keras pada gigi hewan coba yang telah di kaping pulpa dengan biodentin menghasilan jaringan pulpa yang normal tampa adanya tanda inflamasi. Dalam sebuah studi klinis dan histologis, Nowicka et al 2013 melihat respon dari pulpa gigi manusia yang dilapisi dengan biodentin. Mereka menemukan mayoritas dari spesimen membentuk jembatan dentin yang komplit tanpa adanyarespon inflamasi pulpa. 20,34 Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Kalsium Hidroksida CaOH

2 Kalsium hidroksida dikenal telah menjadi “gold standart” dalam perawatan kaping pulpa selama beberapa dekade terakhir. Kalsium hidroksida mempunyai kemampuan antibakteri yang baik sehingga dapat menimisasai atau mengeliminasi penetrasi bakteri dan iritasi pada jaringan pulpa. Mekanisme ini belum sepenuhnya dimengerti, namun penelitian menyatakan bahwa karena pH kalsium hidroksida yang tinggi sehingga mengiritasi pulpa, yang mana merangsang terjadinya perbaikan melalui protein yaitu Bone Morphogenic Protein BMP dan Transforming Growth Factor-Beta One TGF- β1. Keduanya menunjukkan kemampuan dalam menstimulasi perbaikan pada pulpa dan remineralisasi dentin. Kekurangan kalsium hidroksida yaitu tidak memiliki sifat adesif, kemampuan sealing yang kurang baik, dapat larut di bawah restorasi dan mengakibatkan terjadinya tunnel defects. 36

2.5.3 Mineral Trioxide Aggregate MTA

MTA merupakan biomaterial yang awalnya disarankan sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi yang telah dirawat endodontik. Komponen utamanya adalah trikalsium silikat, aluminat trikalsium, oksida dan oksida trikalsium silikat. Beberapa keunggulan dari MTA adalah kemampuan penyegelan yang tinggi, biokompatibilitas terhadap jaringan, tidak menimbulkan inflamasi, kemampuannya untuk membentuk dentinal bridge dan sementum serta regenerasi ligament periodontal. Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin schingga mempermudah membedakannya dalam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu: sebagai perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan pulpa kaping direk. Namun, MTA memiliki beberapa kekurangan, seperti setting time yang lama, sangat mudah larut, dan memiliki potensi diskolorisasi pada gigi. 36 2.6Buah manggis sebagai bahan alternatif Dalam dekade belakangan ini di tengah banyaknya jenis obat modern di pasaran dan munculnya berbagai jenis obat modern yang baru, terdapat Universitas Sumatera Utara kecenderungan global untuk kembali ke alam back to nature. Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman global untuk menanggulangi beberapa penyakit seperti diare, disentri, eksim dan penyakit kulit lainnya. Salah satu tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan tersebut adalah buah manggis. 37,38 Manggis merupakan pohon buah yang berasal dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmnar. Di Indonesia, tanaman manggis mudah dijumpai dari Sabang hingga Merauke. Tanaman yang namanya diambil dari nama penjelajah Perancis, Laurent Garcin ini memiliki banyak sebutan lokal, diantaranya manggoita Nanggroe Aceh Darussalam, manggu Jawa Barat, manggus Lampung, manggusto Sulawesi Utara, manggista Sumatera Barat dan manggustan Maluku. 39 Baik di habitat alami maupun yang dibudidayakan, pohon manggis dapat mencapai tinggi 25m dengan diameter batang mencapai 45cm. Manggis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-600dpl. Suhu udara rata-rata 20-30 C, pH tanah berkisar 5-7. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan manggis berkisar 1.500-3.000 mmtahun yang merata sepanjang tahun. 39 Gambar 9. Buah Manggis Garcinia mangostana L. Universitas Sumatera Utara Menurut Tjitrosoepomo1994, kedudukan taksonomi dari manggis yaitu : 40 Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Guttiferanales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L Secara umum, orang hanya mengkonsumsi buah dari manggis saja dan cenderung membuang kulit buah manggis tersebut. Bagian tanaman yang secara tradisional sering dipakai dalam pengobatan tradisional adalah kulit buah. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas aktivitas farmakologi adalah golongan xanthone, yang merupakan substansi kimia alami yang tergolong polyphenolic.Di dalam senyawa xanton terdapat suatu komponen penting untuk penyembuhan luka yaitu gamma-mangostin. Kandungan gamma- mangostin dalam kulit buah manggis berperan dalam memicu pembentukan kolagen yang berperan penting dalam aksi pemeliharaan struktur dan penyembuhan luka. Disamping itu juga terdapat senyawa lainnya dalam kulit manggis yang memiliki aktivitas antiinflamasi, seperti flavonoid, vitamin B1, B2, C, saponin, dan tanin yang ternyata juga dapat mempercepat penyembuhan luka. 38,41

2.6.1 Xanthone

Xanthone tidak ditemukan pada buah-buahan lain, oleh karena itu manggis dijuluki Queens of fruits. Senyawa Xanthone yang telah teridentifikasi, diantaranya adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis3-metil-2-butenil-9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis3-metil-2-butenil-9H-xanten-9-on. Keduanya lebih Universitas Sumatera Utara dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma-mangostin, dan merupakan komponen bioaktif utama yang ditemukan di buah manggis. Aktivitas biologis dari α-mangostin telah dikonfirmasi memiliki aktivitas antibakteri terhadap Helicobacter pylori, aktivitas antiinflamasi dengan menghambat kerusakan oksidatif oleh Low- Density-Lipoprotein LDL pada manusia Iikubo et al., 2002, aktivitas antibakteri terhadap methicillin-ressistant Staphylococcus aureus Iinuma et al.,1996 dan aktivitas antioksidan yang lemah Chairungsrilerd et al.,1996. Derivat xanthone lainnya, γ-mangostin juga dilaporkan memiliki efek farmakologi, seperti menghambat Cdk-activating kinaseCak pada hewan, Ca 2+ -dependent protein kinasesCPDK pada tumbuhan Jinsart et al., 1992. Selain itu, α- dan γ-mangostin mampu menghambat infeksi human immunodeficiency virusHIV dan topoisomerases I dan II. 42,43 Gambar 10. Struktur kimiawi Alfa-mangostin dan Beta-mangostin 11

2.6.2 Aktivitas Antiinflamasi Kulit Manggis

Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari kulit buah manggis sampai sudah banyak dilakukansecara in vitro danin vivo. Dari hasil penelitian Nakatani et al., diduga bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas antiinflamasi adalah γ- mangostin. Nakatani et al2002 melakukan penelitian aktivitas antiinflamasi in vitro dari gamma mangostin terhadap sintesa PGE 2 dan siklooksigenase COX dalam sel glioma tikus C6. Kedua senyawa dan enzim tersebut merupakan mediator terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi. Selanjutnya Nakatani et al. 2004 mengkaji Universitas Sumatera Utara pengaruh gamma-mangostin terhadap ekspresi gen COX-2 pada sel glioma tikus C6. Resume dari hasil penelitian tersebut yaitu : gamma mangostin secara langsung menghambat aktivitas enzim Ikappa B Kinase, untuk kemudian mencegah proses transkripsi gen COX-2 gen target NF-kappaB, menurunkan produksi PGE 2 dalam proses inflamasi. Temuan tersebut juga didukung hasil peneltian in vivo , γ-mangostin mampu menghadapi inflamasi udema yang diinduksi karagenen pada tikus. 38,41 Penelitian selanjutnya oleh Chen et al.2008 menunjukkan bahwa α- mangostin dan γ-mangostin mampu menghambat produksi nitrik oksida dan PGE 2 dari sel RAW 264,7 yang distimulasi lipopolisakaridasecara signifikan. Efek antiinflamasi dari α- mangostin dan γ-mangostin dievaluasi dengan menggunakan udema pada kaki tikus yang diinduksi dengan karagenen. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa α-mangostin menghambat udema pada tikus pada jam ketiga setelah perlakuan terhadap sampel. Kedua penelitian secara in vivo yang dilakukan oleh Nakatani et al., dan Chen et al. menyatakan bahwa α-mangostin dan γ- mangostin memiliki efek antiinflamasi. 44 Pada penelitian yang dilakukan Agni 2013 menyatakan bahwa xanton yang terdapat dalam kulit manggis mampu menghambat jalur lipooksigenase, serta senyawa lain seperti tanin dancatechin golongan flavonoid juga memilikiaktivitas antiinflamasi karena tanin dan catechindapat menghambat pengeluaran prostaglandin pada jalur asam arakhidonat yang merupakan mediatorperadangan penting. Terhambatnya pelepasan asamarakhidonat dari sel inflamasi akan menyebabkankurang tersedianya substrat arakhidonat bagi jalursiklooksigenase dan lipooksigenase yang padaakhirnya akan menekan jumlah prostaglandin,prostaksiklin, endoperoksidase, dan leukotrin.Penekanan jumlah tersebut mengurangi terjadinyavasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal, yang akan berpengaru h pada migrasi sel–sel radang. 45 Universitas Sumatera Utara

2.7 Kelinci Oryctolagus cuniculus sebagai Hewan Coba

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Efek Antiinfsi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 3 14

Efek Antiinfsi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 1

Efek Antiinfsi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 4

Efek Antiinfsi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 23

Efek Antiinfsi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 5

Efek Antiinfsi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 19