BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis 5 dan 10 yang ditandai dengan adanya penurunan sel-sel radang hingga ke
penyembuhannya pada gigi kelinci. Dari hasil uji Kruskal-Wallis Test terdapat perbedaan respons inflamasi yang signifikan pada kelompok ekstrak kulit manggis
10 P=0,047 antara hari ke-1, 3, dan 7. Sebaliknya pada ekstrak kulit manggis 5 tidak ada perbedaan respons inflamasi yang signifikan P=0,061. Dapat disimpulkan
bahwa ekstrak kulit manggis 10memiliki efek antiinflamasi pada kasus pulpa yang mengalami pulpitis reversibel. Dari hasil uji Mann Whitney Test tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara ekstrak kulit manggis 5 P=0,062 dan 10 P=0,373terhadap biodentin.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi ekstrak kult manggis yang paling optimal untuk menurunkan inflamasi
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa aktif mana yang paling berperan dari kulit manggis untuk mengatasi inflamasi
3. Perlu dilakukan uji biokompabilitas dan bioaktivitas dari ekstrak kulit manggis untuk melihat kemampuan proliferasi sel-sel pulpa.
4. Perlu dilakukan penelitian secara bioseluler dan biomolekuler untuk melihat pembentukan dentin reparatif dengan mengunakan ekstrak kulit manggis
5. Perlu dilakukan pengujian bahan aktif pada ekstrak kulit manggis untuk digunakan sebagai bahan kapng pulpa
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan pulpa merupakan hal yang paling penting dalam keberhasilan prosedur restoratif.
18
Respon selular dan molekuler terjadi di dalam pulpa sebagai reaksi terhadap karies dan trauma, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
inflamasi danatau regenerasi pada jaringan dan sel. Pulpa, sama seperti jaringan lain pada tubuh yang terkena injuri, pada awalnya akan meningkatkan pertahanan dengan
menyingkirkan infeksi dan memungkinkan penyembuhan luka untuk terjadi.
19
Salah satu bahan medikamen yang mulai banyak digunakan untuk perawatan endodonti adalah biodentin. Biodentin merupakan semen bioaktif baru dengan bahan-
bahan mekanis menyerupai dentin yang memiliki banyak kegunaan dengan biokompabilitas tinggi. Namun, harga biodentin tergolong agak mahal dibandingkan
bahan medikamen lainnya.
20
Oleh karena itu, diharapkan ekstrak kulit manggis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikembangkan menjadi bahan kaping pulpa dan
memiliki efek antiinflamasi dengan harga yang relatif terjangkau.
2.1 Pulpa
Pulpa adalah jaringan lunak yang terdiri dari mesenkim yang terletak di tengah gigi. Pulpa dikelilingi oleh dinding yang kaku sehingga tidak mampu
berekspansi ketika terkena injuri, dimanan bengkak merupakan salah satu proses inflamasi. Hal ini menyebabkan pulpa rentan terhadap perubahan tekanan dan
mempengaruhi ambang sakit.
2,4
Pulpa terdiri dari sel, substansi dasar, serat, cairan interstisial, odontoblas, fibroblas dan komponen seluler lainnya. Pulpa juga merupakan sistem mikrosirkular
yang terdiri dari arteriol-arteriol dan venula sebagai komponen vaskular terbesar.
4
Suplai darah yang minimum pada pulpa ini mengurangi kapasitas pulpa dalam memperbaiki injuri yang terjadi.
4
Universitas Sumatera Utara
Pulpa terbagi ataskoronal ruang pulpa dan radikuler saluran akar. Bagian lainnya yaitu tanduk pulpa,orifisi kanal, kanal lateral, dan foramen apikal. Anatomi
internal dari komponen pulpa ini diubah oleh pembentukan dentin sekunder atau sementum.
2.1.1 Fungsi Pulpa
Pulpa memiliki 5 fungsi:
4
• Induksi
Pulpa turut serta dalam proses inisiasi dan pembentukan dentin, yang kemudian akan membentuk enamel.
• Formasi
Odontoblas membentuk dentin dengan 3 cara yaitu mensintesa dan mensekresi matriks-matriks inorganik, mengantarkan komponen inorganik ke matriks
yang baru terbentuk dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk proeses mineralisasi matriks.
• Pertahanan
Odontoblas dapat membentuk dentin sebagai respon dari injuri, trauma atau prosedur restoratif. Selain itu, pulpa mempunyai kemampuan untuk memproses dan
mengidentifikasi substansi asing dan mengaktifkan respon imun terhadapnya. Gambar 1. Anatomi gigi kiri ; Anatomi pulpa kanan
4
Universitas Sumatera Utara
• Nutrisi
Pulpa menyuplai nutrisi yang penting untuk pembentukan dentin contohnya, dentin peritubular dan hidrasi melalui tubulus dentin.
• Sensasi Inervasi
Pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang dimediasikan melalui dentin atau enamel ke saraf pusat yang lebih tinggi, yang diekspresikan melalui rasa sakit.
2.1.2 InervasiPersarafan Pulpa
Rasa sakit merupakan fenomena kompleks yang terjadi akibat potensial yang ada di gigi dibangkitkan oleh suatu rangsangan yang mengaktifkan sinyalnya ke otak.
Apapun rangsangan yang mengenai pulpa, baik secara termis, kemis ataupun mekanis akan menghasilkan rasa sakit pada pulpa. Intensitas, lokasi dan kualitas dari rasa sakit
akan berbeda, tergantung pada tipe rangsangannya, serta tipe dari serabut saraf yang bekerja di dalam prosesnya.Sistem saraf pada pulpa merupakan media yang tepat
dalam memberikan sinyal yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada gigi.
21,22
Komponen jaringan saraf pulpa terdiri atas serabut syaraf sensori dan serabut saraf motorik, dimana serabut saraf sensorik merupakan cabang dari saraf kranial ke
V yang disebut saraf trigeminal. Serabut-serabut saraf tersebut memasuki pulpa melalui foramen apikal bersama dengan pembuluh darah. Setelah memasuki pulpa,
kumpulan saraf tersebut mengarah ke koronal dan terbagi menjadi cabang-cabang yang lebih kecil sampai sebuah aksin membentuk jaringan pertahanan di dekat batas
pulpa-dentin, yang disebut pleksus Raschkow. Akson-akson ini juga bisa masuk ke dalam tubulus dentin dalam bentuk ujung-ujung saraf.
4
Serabut-serabut saraf sensorik pada pulpa diklasifikasikan menurut diameter, kecepatan konduksi dan fungsinya menjadi dua : A fibers yang bermielin dan C fibers
yang tidak bermielin. Keduanya memiliki peranan dalam fungsi pertahanan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa satu serabut saraf telah dilaporkan dapat mensarafi pulpa
pada beberapa gigi sekaligus.
4
Universitas Sumatera Utara
Serabut saraf yang memiliki diameter lebih besar diklasifikasikan menjadi A fibers.
90 dari A fibers merupakan Aδ fibers, dan sisanya Aβ fibers. A fibers
terletak pada batas dentin-pulpa di bagian koronal dan terkonsentrasi di tanduk pulpa. Aδ fibers lebih cepat dalam mengkonduksi, memiliki ambang rangsang yang rendah
dan bertanggung jawab atas rasa sakit yang tajam, cepat, sesaat dan terlokalisir. Karakteristik ini menjadikan mereka sebagai serabut saraf pertama yang berekasi dan
mentransimisikan rangsangan sakit meskipun tidak ada kerusakan yang irreversibel. Serabut A fibers memiliki diameter 2-5µm dengan kecepatan konduksi 6-30ms.
4,21,22
Gambar 2 Gambaran skematis yang menunjukkan lokasi serabut saraf sensorik di dalam pulpa dan dentin. Persentasi tubulus yang dipersarafi di
daerah A-D pada tabel di sebelah kiri. Px = Pleksus Raschkow; cfz = cell-free zone; O = Odontoblas; p = predentin.
20
Universitas Sumatera Utara
Serabut saraf yang dengan diameter yang lebih kecil diklasifikasikan menjadi C fibers. C fiberslebih lambat dalam mengkonduksi signal dan bertanggung jawab
atas rasa sakit yang tumpul dan berdenyut. Reseptor sakit menyampaikan pesan ke otak dengan nilai yang berbeda tergantung ukuran, diameter dan selaput dari saraf
tersebut. C fibers terletak di dalam inti atau bagian sentral dari pulpadan teraktivasi oleh rangsangan panastermis. Diameter C fibers berkisar antara 0,4-1µm dan
kecepatan konduksinya 0,5-2ms.
4,21,22
2.1.3 Sel Pulpa
Sebagai bagian dari pertahanan gigi melawan bakteri, sel-sel dalam pulpa akan melepaskan mediator-mediator molekuler seperti sitokin dan kemokin, yang
mengarahkan sel-sel inflamasi dan sel-sel imun ke daerah infeksi dan injuri.Setelah itu, sel-sel ini akan mengeliminasi bakteri dan menyingkirkan debris dari jaringan
host yang dihasilkan. Sumber dari mediator molekular dari respon imun tergantung pada tingkatan infeksi karena di tingkatan yang relatif awal dari inflamasi sel yang
akan terlibat adalah sel odontoblas, kemudian dilanjutkan oleh fibroblas, sel-sel Gambar 3 Serabut-serabut saraf pada pulpa. Warna merah : A
delta fibers, warna kuning : C fibers
4
Universitas Sumatera Utara
endotelilal dan sel imun jaringan yang akan mendeteksi dan memberikan respon terhadap bakteri.
4
2.1.3.1 Sel Odontoblas
Odontoblas merupakan sel yang paling khas pada pulpa. Odontoblas membentuk suatu lapisan di perifer dan mensintesa matriks, yang kemudian
termineralisasi dan menjadi dentin. Di bagian koronal dari ruang pulpa terdapat banyak sekali odontoblas dan berukuran relatif besar dan berbentuk kolom.
Jumlahnya sebanyak 45.000-65.000mm
2
di area tersebut. Di bagian servikal dan bagian tengah dari akar jumlahnya semakin sedikit dan berbentuk pipih squamous.
Dalam masa hidupnya, yang dimana hampir sama dengan periode vitalitas pulpa, odontoblas melalui fase fungsional, transisional dan istirahat, yang ditandai dengan
ukuran sel dan ekspresi organel yang berbeda.
19
Odontoblas yang terletak di perifer pulpa merupakan sel pertama yang menghadapi invasi bakteri. Odontoblas juga merupakan sel yang paling aktif dalam
pembentukan awal dentin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sel odontoblas merupakan sel immunokompeten yang mampu mendalangi respon imun.Odontoblas
utamanya mensintesa kolagen tipe I dan proteoglikan. Selain itu, odontoblas juga mensekresi sialoprotein, alkalin fosfatase, fosfoforin.
19,23
2.1.3.2 Sel Fibroblas
Fibroblas merupakan tipe sel yang paling umum dan paling banyak terdapat di dalam pulpa. Sel ini cenderung berkonsentrasi pada daerah kaya sel, terutama pada
bagian koronal. Fibroblas pada pulpa tidak pernah bertumbuh dan tetap berada dalam keadaan yang tidak berubah, berbeda dengan fibroblas pada jaringan ikat lainnya.
24
Fibroblas mensintesa kolagen tipe I dan III, membentuk substansi dasar, serta bertanggung jawab dalam memproduksi dan mensekresi komponen ekstraselular
matriks lainnya seperti proteoglikan dan fibronektin.Matriks protein yang dihasilkan terlibat dalam proses penyembuhan luka dan perbaikan jaringan epitel. Fibroblas
Universitas Sumatera Utara
yang distimulasi oleh sitokin-sitokin inflamasi dan produk-produk bakteri berperan pada degradasi jaringan ikat selama inflamasi pulpa.
25
2.1.3.3 Sel-sel Mesenkim yang Tidak Berdiferensiasi
Sel-sel mesenkim ini terdistribusi di daerah kaya sel dan zona sentral pulpa dan sering menempati area perivaskuler. Sel-sel ini memiliki bentuk stelata dengan
rasio nukleus-sitoplasma yang tinggi. Namun, sel-sel ini sulit dibandingkan dengan sel fibroblas di bawah mikroskop. Setelah menerima rangsangan, sel-sel ini akan
berdiferensiasi dan berubah menjadi fibroblas atau odontoblas. Jumlah sel-sel ini akan menurun pada sel pula dewasa, bersamaan dengan menurunnya kemampuan
regenerasi jaringan pulpa.
25
2.1.3.4 Sel Dendritik
Pulpa dilengkapi dengan komponen seluler yang penting untuk pengenalan awal dan pemrosesan antigen, oleh sebab itu pulpa memiliki reaksi untuk memicu
reaksi pertahanan tubuh. Sel imun utama pada sel pulpa normal adalah sel , makrofag dan sel dentritik.
Sel dendritik pulpa merupakan sel-sel immunokompeten pulpa yang berfungsi sebagai sel penyaji antigenAntigen presenting cellAPC. Sel-sel dendritik banyak
dijumpai di daerah perivaskuler, tersusun dengan aksis longitunalnya paralel dengan sel-sel endotel. Selain itu, sel-sel dendritikmempunyai kapasitas yang kuat untuk
memberikan sinyal yang menyebabkan proliferasi sel-sel T dibandingkan terhadap sel makrofag.
25,26
2.1.4 Sel Inflamasi Pulpa
2.1.4.1 Leukosit PolimorfonuklearNeutrofil
Leukosit merupakan sel utama yang tampak pada abses mikro dan efektif dalam menghancurkan serta memfagositosis bakteri dan sel-sel mati.Bentuk yang
paling umum dari leukosit adalah neutrofil, meskipun neutrofil tidak tampak pada pulpa yang sehat. Neutrofilmemiliki diameter 10-12
µm di dalam hapusan darah
Universitas Sumatera Utara
dilihatsecara histologi. Neutrofil bisa diidentifikasi melalui inti selnyayang multilobus.Ciri khas yang dimiliki neutrofil adalah kemampuannya untuk berpindah
tempat, dimana sel terbanyak yang pertama kali masuk ke daerah injuri adalah neutrofil. Ketika sampai di daerah injuri, neutrofil akan mengenali substansi-
substansi asing dan memfagositosis bakteri.
4,27
2.1.4.2 Makrofag
Sel ini berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi atau monosit. Monosit merupakan sel kedua yang akan masuk ke dalam daerah injuri setelah
neutrofil. Sel berbentuk oval besar atau gelendong yang terlibat dalam proses eliminasi sel-sel yang mati, debris, bakteri, benda asing,dll. Penyembuhan luka secara
normal tergantung pada keikutsertaan makrofag dalam respon imun, makrofag akan menjadi sel yang utama setelah sel neutrofil mati.Makrofag memiliki diameter sekitar
20µm dan memiliki inti sel yang berbentuk seperti ginjal. Sitoplasmanya terlihat seperti tentakel dari sel pseudopia atau seperti kail.
4,27,28
Gambar 4 Sel Neutrofil panah hitam
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Limfosit
Dalam pulpa normal, umumnya ditemukan T-limfosit namun B-limfosit sangat jarang. Sel-sel ini muncul pada lokasi injuri setelah invasi neutrofil. Kehadiran
dari T-limfosit dan B-limfosit menandakan adanya iritasi yang persisten, karena sel- sel tersebut diasosiasikan dengan injuri dan dihasilkan oleh respon imun. T-Limfosit
memegang peranan penting dalam regulasi imun dan respon inflamasi melalui sekresi sitokin antiinflamasi seperti InterLeukin 10.
27
Gambar 5 Sel Makrofag dan Neutrofil panah hitam
23
Gambar 6 Sel Limfosit panah hitam
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Sel Mast
Sel mast berdiameter 6-12µm dan memiliki inti sel yang bulat. Sitoplasmanya dipenuhi oleh granul-granul yang basofilik dan metakromatik. Sel mast terdistribusi
secara merata di jaringan ikat dan jarang ditemukan pada jaringan pulpa normal. Granul dari sel mast mengandung heparin dan histamin yang merupakan mediator
inflamasi. Ketika terstimulasi, sel mast akan berdegranulasi melepaskan histamin yang mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah
kemudian membebaskan cairan dan leukosit.
23,28
2.1.4.5 Sel Plasma
Sel plasma merupakan sel yang bebas, dengan diameter 10-20µm dan berbentuk bulat atau poligonal. Inti sel plasma berbentuk bulat dan terletak agak ke
tepi sehingga sitoplasmanya tampak lebih luas. Sitoplasmanya bersifat basofilik dan tidak memiliki granul. Sel tipe ini umumnya muncul setelah invasi neutrofil ke
daerah injuri berlangsung. Sel plasma tidak terlihat pada jaringan pulpa yang sehat, namun sel ini diasosiasikan dengan injuri dan respon imun dalam menghancurkan,
merusak, atau menetralisasikan substansi-substansi asing. Kehadiran sel plasma mengindikasikan adanya iritasi yang persisten. Sel plasma merupakan diferensiasi
dari sel limfosit B setelah berkontak dengan suatu antigen.
23,28
Gambar 7. Sel Mast dan Fibroblas
23
Universitas Sumatera Utara
2.2 Inflamasi Pulpa