Efek Antiinflamasi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) (Penelitian In Vivo)
LAMPIRAN 1
Alur Pikir
Kulit Buah Manggis
• Kulit manggis mengandung Xanthones yang mempunyai kadar antioksidan yang tinggi serta memiliki khasiat antiproliferasi, antiinflamasi dan antibakteri yang tidak terdapat pada buah-buahan lainnya. (Sumarny R, et al 2014) • Penelitian yang dilakukan oleh Nakatani
et al (2002) menunjukkan bahwa senyawa yang mempunyai efek antiinflamasi
adalah γ-mangostin.
• Penelitian lanjutan yang dilakukan Nakatani et al (2004) mengenai aktivitas antiinflamasi in vitro dari senyawa γ -mangostin terhadap sel glioma tikus C6. • Menurut penelitian Chen et al (2008),
kandungan α-mangostin dan γ-mangostin memiliki efek antiinflamasi.
• Mutmainah et al (2013) melakuan penelitian efek antiinflamasi esktrak kulit manggis pada luka bakar pada kelinci. Biodentin
• Biodentin merupakan material yang berbahan dasar kalsium silikat. Biodentin yang diperkenalkan oleh Septodont ini memiliki daya biokompabilitas dan bioaktif yang baik.
• Biodentin dapat digunakan sebagai pengganti dentin pada mahkota dan akar gigi.
• Biodentin memiliki efek positif pada pulpa gigi yang vital dan menstimulasi pembentukan dentin tersier.
• Biodentin sekarang banyak digunakan sebagai bahan untuk prosedur pulp capping.
• Di samping semua kelebihan yang dimilikinya, biodentin memiliki harga yang relatif lebih mahal.
(2)
Dari uraian di atas, terlihat bahwa ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki daya antiinflamasi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti efek antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap inflamasi pulpa pada gigi kelinci.
Rumusan Masalah :
1. Apakah ada efek antiinflamasi ekstrak kulit buah manggis pada konsentrasi 5% dan 10% pada gigi yang mengalami inflamasi pulpa pada hari ke-1, 3, dan 7?
2. Apakah ada perbedaan efek antiinflamasi ekstrak kulit buah manggispada konsentrasi 5% dan 10% dibanding dengan biodentin pada gigi yang mengalami inflamasi pulpa pada hari ke-1, 3, dan 7?
Tujuan Penelitian:
1. Untuk melihat efek antiinflamasi ekstrak etanol kulit manggis pada konsentrasi 5% dan 10% pada gigi yang mengalami pulpitis simptomatik pada hari 1,3 dan 7
2. Untuk melihat apakah ada perbedaan efek antiinflamasibiodentine dengan efek antinflamasi ekstrak etanol kulit manggis pada konsentrasi 5% dan 10% pada gigi yang mengalami pulpitis simptomatik pada hari 1,3 dan 7
Judul Penelitian :
Efek Antiinflamasi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Gigi Kelinci (Oryctogalus Cuniculus) Dengan Pulpitis Reversibel (Penelitian In Vivo)
(3)
LAMPIRAN 2 Alur Penelitian
1. Alur ekstraksi kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
Kulit Manggis ditimbang sebanyak 1 kg, dicuci, dipotong dan dikeringkan di lemari pengering
Sabut kelapa yang telah kering diblender dan diayak
200 gram simplisia direndam dengan pelarut etanol 70% selama 30 menit
Simplisia yang telah direndam dipisahkan ke percolator dan tambahkan etanol 70%
Percolator ditutup dengan aluminium foil dan diamkan selama 24 jam
Cairan diteteskan dan ulangi sampai jernih
Ekstrak cair
Diuapkan dengan vacuum rotavapor sampai kental
Ekstrak kental berwarna coklat ungu kemerahan
Disimpan dalam botol kaca tertutup, simpan di tempat sejuk
(4)
2. Skema alur pembuatan ekstrak kulit manggis konsentrasi 5% dan 10%
Panaskan aquadest sebanyak 10 ml
Timbang 10 mg bubuk CMC
Masukkan CMC ke dalam aquadest, diamkan 30 menit lalu digerus Timbang ekstrak 0,5 gram untuk konsentrasi 5% dan 1 gram untuk konsentrasi 10%
Tambahkan larutan CMC sebanyak 10 ml, lalu digerus
Masukkan ke dalam botol vial
(5)
3. Skema alur pengujian efek antiinflamasi ekstrak Kulit Buah Manggis (Garciniamangostana L.) pada gigi kelinci
Kelinci dimasukkan ke dalam pasungan kelinci
Anastesi intravena ketamin (15mg/kg) melalui pembuluh darah vena yang terdapat pada telinga kelinci dengan menggunakan spuit 1 ml.
Preparasi gigi insisivus atas dan bawah kelinci pada sisi labial hingga ruang pulpa terbuka dengan bur bulat kecil
Lakukan irigasi dengan saline dengan menggunakan spuit 5 ml dan dikeringan dengan cotton pellet dengan menggunakan pinset
Ekstrak kulit manggis 5% Ekstrak kulit manggis 10% Biodentin Kontrol (-) Insisivus 1 Insisivus 1 Insisivus 1 Insisivus 1 Kanan atas kanan atas kanan atas kanan atas
Kavitas ditumpat dengan RM-GIC
Pada hari ke 1,3,dan 7 kelinci didekapitasi dengan cara anastesi dosis laten Pemotongan rahang untuk mendapatkan gigi
Pembuatan sediaan histopatologi dengan Hemaktosilin-Eosin Pengamatan penurunan sel inflamasi jaringan pulpa secara histopatologi
(6)
LAMPIRAN 3
Ekstrak kulit manggis 5%, Hari 1 : (a) Sedang, (b) Sedang, (c) Sedang
Ekstrak kulit manggis 10%, Hari 1 : (a) Sedang, (b) Sedang, (c) Sedang
Biodentin, Hari 1 : (a) Ringan, (b) Sedang, (c) Sedang
(7)
Ekstrak kulit manggis 5%, Hari 3: (a)Sedang, (b) Sedang, (c) Sedang
Ekstrak kulit manggis 10%, Hari 3 : (a) Ringan, (b) Sedang, (c) Ringan
Biodentin, Hari 3 : (a) Ringan, (b) Ringan, (c) Ringan
(8)
Ekstrak kulit manggis 5%, Hari 7 : (a) Ringan, (b) Ringan, (c) Ringan
Ekstrak kulit manggis 10% , Hari 7 : (a) Normal, (b) Ringan, (c) Normal
Biodentin, Hari 7 : (a) Normal. (b) Normal, (c) Normal
(9)
LAMPIRAN 4
Hasil analisis data uji statistik
NPar Tests
[DataSet1] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Kruskall Wallis Charin.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ekstrak Manggis 5% 9 2.5556 .52705 2.00 3.00
Ekstrak Manggis 10% 9 2.2222 .83333 1.00 3.00
Biodentin 9 1.8889 .78174 1.00 3.00
Kontrol 9 3.2222 .44096 3.00 4.00
Hari 9 2.0000 .86603 1.00 3.00
Kruskal-Wallis Test Ranks
Hari N Mean Rank
Ekstrak Manggis 5% Hari 1 3 7.00
Hari 3 3 5.50
Hari 7 3 2.50
Total 9
Ekstrak Manggis 10% Hari 1 3 7.50
Hari 3 3 5.17
Hari 7 3 2.33
Total 9
Biodentin Hari 1 3 7.50
Hari 3 3 5.50
Hari 7 3 2.00
Total 9
Kontrol Hari 1 3 4.00
(10)
Ranks
Hari N Mean Rank
Ekstrak Manggis 5% Hari 1 3 7.00
Hari 3 3 5.50
Hari 7 3 2.50
Total 9
Ekstrak Manggis 10% Hari 1 3 7.50
Hari 3 3 5.17
Hari 7 3 2.33
Total 9
Biodentin Hari 1 3 7.50
Hari 3 3 5.50
Hari 7 3 2.00
Total 9
Kontrol Hari 1 3 4.00
Hari 3 3 4.00
Hari 7 3 7.00
Total 9
Test Statisticsa,b Ekstrak Manggis
5%
Ekstrak Manggis
10% Biodentin Kontrol
Chi-Square 5.600 6.121 7.086 4.571
Df 2 2 2 2
Asymp. Sig. .061 .047 .029 .102
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Hari
NPar Tests
(11)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ekstrak Manggis 5% 9 2.5556 .52705 2.00 3.00
Hari 9 2.0000 .86603 1.00 3.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Hari N Mean Rank Sum of Ranks
Ekstrak Manggis 5% Hari 1 3 4.00 12.00
Hari 3 3 3.00 9.00
Total 6
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 5%
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 9.000
Z -1.000
Asymp. Sig. (2-tailed) .317
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Hari NPar Tests
[DataSet1] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Kruskall Wallis Charin.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ekstrak Manggis 5% 9 2.5556 .52705 2.00 3.00
(12)
Mann-Whitney Test
Ranks
Hari N Mean Rank Sum of Ranks
Ekstrak Manggis 5% Hari 1 3 5.00 15.00
Hari 7 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 5%
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Hari
NPar Tests
[DataSet1] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Kruskall Wallis Charin.sav
Descriptive Statistics
(13)
Ekstrak Manggis 5% 9 2.5556 .52705 2.00 3.00
Hari 9 2.0000 .86603 1.00 3.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Hari N Mean Rank Sum of Ranks
Ekstrak Manggis 5% Hari 3 3 4.50 13.50
Hari 7 3 2.50 7.50
Total 6
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 5%
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 7.500
Z -1.581
Asymp. Sig. (2-tailed) .114
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Hari
NPar Tests
(14)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ekstrak Manggis 10% 9 2.2222 .83333 1.00 3.00
Hari 9 2.0000 .86603 1.00 3.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Hari N Mean Rank Sum of Ranks
Ekstrak Manggis 10% Hari 1 3 4.50 13.50
Hari 3 3 2.50 7.50
Total 6
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 10%
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 7.500
Z -1.581
Asymp. Sig. (2-tailed) .114
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Hari
(15)
[DataSet1] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Kruskall Wallis Charin.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ekstrak Manggis 10% 9 2.2222 .83333 1.00 3.00
Hari 9 2.0000 .86603 1.00 3.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Hari N Mean Rank Sum of Ranks
Ekstrak Manggis 10% Hari 1 3 5.00 15.00
Hari 7 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 10%
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a a. Not corrected for ties.
(16)
NPar Tests
[DataSet1] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Kruskall Wallis Charin.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Ekstrak Manggis 10% 9 2.2222 .83333 1.00 3.00
Hari 9 2.0000 .86603 1.00 3.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Hari N Mean Rank Sum of Ranks
Ekstrak Manggis 10% Hari 3 3 4.67 14.00
Hari 7 3 2.33 7.00
Total 6
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 10%
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 7.000
Z -1.650
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties.
(17)
Test Statisticsb
Ekstrak Manggis 10%
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 7.000
Z -1.650
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200a a. Not corrected for ties.
(18)
NPar Tests
[DataSet5] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Mann Whitney Charin.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kriteria 27 2.2222 .75107 1.00 3.00
Bahan 36 2.5000 1.13389 1.00 4.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Bahan N Mean Rank Sum of Ranks
Kriteria EM5 9 11.67 105.00
Biodentin 9 7.33 66.00
Total 18
Test Statisticsb
Kriteria
Mann-Whitney U 21.000
Wilcoxon W 66.000
Z -1.866
Asymp. Sig. (2-tailed) .062
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .094a a. Not corrected for ties.
(19)
NPar Tests
[DataSet5] C:\Users\User\Desktop\SKRIPSI\spss\Mann Whitney Charin.sav
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kriteria 27 2.2222 .75107 1.00 3.00
Bahan 36 2.5000 1.13389 1.00 4.00
Mann-Whitney Test
Ranks
Bahan N Mean Rank Sum of Ranks
Kriteria EM10 9 10.56 95.00
Biodentin 9 8.44 76.00
Total 18
Test Statisticsb
Kriteria
Mann-Whitney U 31.000
Wilcoxon W 76.000
Z -.891
Asymp. Sig. (2-tailed) .373
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .436a a. Not corrected for ties.
(20)
DAFTAR PUSTAKA
1. Yu C, Abbott PV. An overview of the dental pulp: its function and responses to injury. Aust Dent J EndSupplement 2007; 52(1): S4-8.
2. Kazeko LA, Modrinskay UV, Sevrukevitch KV. Pulpitis: Etiology, Pathogenesis, Classification. Minsk: Belarusian State Medical University 2014: 1-20.
3. Ali SG, Mulay S. Pulpitis : A Review. IOSR JDMS 2015; 14: 92-5.
4. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontics. 2nd edition., India: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2010: 9-10, 7-45.
5. Hidayati NA, Listyawati SL, Setyawan AD. Kandungan kimia dan uji antiinflamasi ekstrak etanol lantana camara l. pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan. FMIPA UNS Surakarta 2005; 5(1): 10-1.
6. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathofisiology 2000: 48-51.
7. Malkondu O, Kazandag MK, Kazaoglu E. A review on biodentine, a contemporary replacement dan repair material. BioMed Research Inter 2014; 160591:1-10.
8. Ghoddusi J, Forghani M, Parisay I. New approaches in vital pulp therapy in permanent teeth. Iran Endod J 2014; 9(1):15-22.
9. Sari LORK. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 2006; 3(1): 1-2.
10. Dewi IDADY, Astuti KW, Warditiani NK. Identifikasi kandungan kimia ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). J Farm Udayana; 4(2): 13-8.
11. Priya V, Jainu M, Mohan SK, Saraswathi P, Gopan CS. Antimicrobial Activity of Pericarp Extract of Garcinia Mangostana Linn. Int J of Pharma Sci and Research 2010; 1(18): 278-80.
12. Torrungruang K, Vichienroj P, Chutimaworapan S. Antibacterial activity of mangosteen pericarp extract against cariogenic Streptococcuc mutans. CU Dent J 2007; 30 : 1-8.
13. Orozco FG, Failla ML. Biological activitiesand Bioavaibility of Mangosteen Xanthones: A Clinical Review of the Current Evidence. Nutrients J 2013: 5:3163-3.
(21)
14. Clarinta U,Muhartono, Fiana DN. Pengaruh pemberian ekstrak etanol 40% kulit manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap gambaran histopatologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague daley yang diinduksi rifampisin. Faculty of Med Lampung University 2014: 164-8.
15. Maulina L, Sugihartini N. Formulasi gel ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan variasi gelling agent sebagai sediaan luka bakar. Pharmaçiana 2015; 5(1):43-9.
16. Barbul A. Regan MC. The Cellular Biology of Wound Healing. In: G. Schlag and H.Redi, editors Wound Healing. New-York-Berlin-Heidelberg: Springer Verlag, 1994: 3-23.
17. Mutmainah, Kusmita L, Puspitaningrum I. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci. Media Faramsi Ind. 2015; 9(1): 606-14.
18. Patel U, Hughes J. Preserving pulp vitality. Dent Health 2013; 52(2): 26-9.
19. Torabinejad M, Holland GR. The dental pulp and periradicular tissues. In: Torabinejad M, Valton RE. Endodontics principles and practices, 4th ed., Missouri : Saunders Elsevier, 2009: 1-18.
20. Allazzam SM, Alamoudi NM, Meligy O. Clincial applications of biodentine in pediatric dentistry: A review of literature. Oral Hyg Health 2015, 3(3):1-6.
21. Yu D, Abd-Elmeguid A. Dental Pulp neurophisiology: Part 1. Clinical and diagnostuc implications. JDCA 2009: 55-7.
22. Gomez, Natanael. Dental pulp sensory function, pain. E J of End. Rosario 2011; 2(10): 540-4.
23. Pashley DH, Walton RE, Slavkin HC. Histology and phsiology of the dental pulp. In: Ingle JI, Bakland LK. 5th Ed. Endodontics. Canada: BC Decker, 2002: 35-42. 24. Luuko K, Kettunen P, Fristad I, Berggreen E. Structures and functions of the
dentin pulp complex. In: Hargreaves KM., Cohen S. 10th Ed. Cohen’s pathway of the pulp. China: Mosby, 2011: 463-9.
25. Okiji T Pulp as a connective tissue. In: Hargreaves KM, Goodis HE. Seltzer and Bender’s dental pulp. Chicago: Quintessence, 2002: 95-122
(22)
26. Dennis. Efek Watermelon Frost terhadap Substansi P (SP) dan Fosfatase Alkali (ALP) pada pulpitis reversibel Gigi Macaca Fascicularis (Penelitian In Vivo). Tesis: Medan: USU, 2014:21-3
27. Ross MH, Kaye GI, Pawlina W. Blood. In : Histology a text and atlas, 4th ed., Baltimore: Lippincot Williams & Wilkins, 2003:223-9.
28. Kuehnel W. Color atlas of cytology, hystology and Microscopic anatomy, 4th ed., Philadelphia: Lippincott William &Wilkins, 2002:100-13.
29. Hupp JR. Wound Healing. In : Contemporary oral and maxillofacial surgery, 6th ed., Missouri : Elsevier Mosby, 2014: 44-7.
30. Edward SH. Chemical mediators of
inflammation.
2016)
31. Bogen G, Chandler NP. Vital Pulp Therapy. In: Ingle JI, Bakland LK, Baumgartner JC. 6th Ed. Endodontics. Hamilton: BC Decker, 2008: 1312.
32. Nowicka A, Lipski M, Parafiniuk M, Lichota D, Kosierkiewicz, Kaczmarek W. Response of human dental pulp capped with biodentine and mineral trioxide aggregate. JOE 2013:39(6): 743-7.
33. Vidal K, Martin G, Lozano O, Salas M, Trigueros J, Aguilar G. Apical closure in apexification: a review and case report of apexification treatment of an immature permanent tooth with biodentine. JOE 2016:42(5):1-5.
34. R&D Department of Septodont., Biodentine active biosilicate technology.
Canada
35. Priyalakshmi S, Ranjan M. Review on biodentine-A abioactive dentin subtitute. IOSR JDMS 2014; 12(1-3): 13-7.
36. Hilton TJ. Keys to clinical success with pulp acpping : a review of the literature. Open Dent 2009; 34(5):615-25.
37. Dewoto HR. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Maj kedokteran Indonesia 2007; 57(7) : 1-7.
(23)
38. Nugroho AE. Manggis (Garcinia mangostana L.) Dari kulit buah yang terbuang hingga menjadi kandidat suatu obat. Maj Obat Tradisional UGM 2007; 12(42): 1-6.
39. Mardiana L. Ramuan dan khasiat kulit manggis, Jakarta: Penebar Swadaya, 2013: 3-12
40. Tjitrosoepomo G. Taksonomi tumbuhan obat-obatan. Yogyakarta: UGM Press 1994; 1
41. Yatman E. Kulit buah manggis mengandung xanton yang berkhasiat tinggi. Wawasan Widya Universitas 2012; 29(324): 1-8.
42. Chin YW, Kinghorn AD. Structural characterization, biological effects and synthetic studies on xanthones from mangosteen (garcinia mangostana), a popular botanical dietary supplement. Mini Rev Org Chem 2008; 5(4): 355-64.
43. Pedraza-Chaverri J, Cardenas-rodriguez N, Orozco-Ibarra M, Perez-Rojas JM. Medical properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxicology 2008; 46: 3227-39.
44. Mapara M, Thomas BS, Bhat KM. Rabbits as an animal for experimental research. Dent Res J 2012; 9(1): 111-8.
45. Agni N. Respons antiinflamasi ekstrak kulit buah manggis (garcinia mangostana l.) terhadap jumlah limfosit pada gingiva tikus wistar jantan pasca diinduksi porphyromonas gingivalis. Skripsi. Jember: Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Dasar FKG Jember, 2013: 35-7.
46. Davidovic L. Cuk M, Sandik MZ, Grga D, Zivkovic S. The influence of liners of the pulp inflammation. Srp Arh Celok Lek 2015; 143(5-6):261-6.
47. Mao XQ, Tan S, Xing L, Huang Q. Construction of experimental pulpitis models in rabbit. JOE 2012; 20:1-12.
48. Capello V, Gracis M. Rabbit and rodent dentistry handbook. USA: Zoological Education Network 2005: 7-17.
49. Rukmo M. Perkembangan metode penilaian kesembuhan penyakit periapikal setelah perawatab endodontik. Proceeding Kongres IKORGI ke IX. Surabaya; 2011:11-2
(24)
50. Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor 1031/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan.
51. Aljandan B, AlHassan H, Saghah H, Rasheed M, et al. The effectiveness of Using Different Pulp-Capping Agents on the Healing Response of the Pulp. IDJR. 2012; 23(5): 633-7.
52. Setiawati A, Suyatna FD, Gan S. Pengantar farmakologi. Dalam buku: Gunawan S, Setiabudy R, Nafrildi, Elysabeth.eds. Farmakologi dan terapi, ed. 5, Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2007: 17-20.
53. Bumrungpert A, Kalpravidh RW, Chitchumroonchokchai, et al. Xanthones from mangosteen prevent lipopolysaccharide-mediated inflammation and insulin resistance in primary cultures of human adipocytes. J Nutr 2009; 139(6) 1185-91. 54. Jindarat S. Xanthones from mangosteen (Garcinia mangostana): multi targeting
(25)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini menganalisis pengaruh ekstrak kulit manggis sebagai antiinflamasi pada gigi kelinci. Hal ini dilihat dengan membuat ekstrak kulit manggis dan dicobakan pada gigi kelinci yang dilakukan perforasi jaringan pulpa dan mengalami pulpitis reversibel sehingga diperoleh efek antiinflamasinya. Pada penelitian ini, efek antiinflamasi diketahui dengan melihat penurunan sel radang dan penyembuhan yang ada pada hari ke 1, 3, dan 7.
3.2 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini dapat ditegakkan hipotesis berikut:
1. Ada perbedaan penurunan sel-sel inflamasi pulpa dengan menggunakan ekstrak kulit manggis konsentrasi 5% dan 10% pada gigi yang mengalami pulpitis reversibel.
2. Ada perbedaan penurunan sel-sel radang pulpa pada ekstrak kulit manggis konsentrasi 5% dan 10% terhadap biodentin pada gigi yang mengalami pulpitis reversibel
Ekstrak kulit manggis konsentrasi 5%
Efek antiinflamasi dilihat dari penurunan sel-sel
radang pulpa dan penyembuhan pada hari ke
1, 3, dan 7. Ekstrak kulit manggis
konsentrasi 10%
(26)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
4.1.1 Jenis Penelitian :Eksperimental in vivo
4.1.2 Rancangan Penelitian : Post Test Only Group Design 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Laboratorium Obat Tradisional dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi USU
2. Laboratorium Patologi Anatomi FK USU
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah dari bulan April 2016 sampai Juli2016 4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel
4.3.1 Populasi : Kelinci Jantan
4.3.2 Sampel : Gigi Insisivus Kelinci Jantan Kriteria inklusi kelompok sampel :
• Kelinci Jantan dengan berat badan 1,5-2 kg
• Kelinci Jantan dengan rentan umur 3-5 bulan
• Kelinci Jantan yang memiliki gigi insisivus atas dan bawah
• Kelinci sehat ditandai dengan gerakan aktif Kriteria ekslusi kelompok sampel :
• Kelinci Betina
(27)
4.3.3 Besar Sampel Penelitian
Pengamatan dilakukan pada 3 kelompok hari. Pada hari 1 (Kelompok 1):
Pada setiap kelinci, diaplikasikan :
• Ekstrak kulit manggis 5% : gigi insisivus 1 kanan atas
• Ekstrak kulit manggis 10% : gigi insisivus 1 kiri atas
• Biodentin : gigi insisivus 1 kanan bawah
• Kontrol negatif (-) : gigi insisivus 1 kiri bawah Pada hari 3 (Kelompok 2):
Pada setiap kelinci, diaplikasikan :
• Ekstrak kulit manggis 5% : gigi insisivus 1 kanan atas
• Ekstrak kulit manggis 10% : gigi insisivus 1 kiri atas
• Biodentin : gigi insisivus 1 kanan bawah
• Kontrol negatif (-) : gigi insisivus 1 kiri bawah Pada hari 7 (Kelompok 3):
Pada setiap kelinci, diaplikasikan :
• Ekstrak kulit manggis 5% : gigi insisivus 1 kanan atas
• Ekstrak kulit manggis 10% : gigi insisivus 1 kiri atas
• Biodentin : gigi insisivus 1 kanan bawah
• Kontrol negatif (-) : gigi insisivus 1 kiri bawah Penentuan jumlah gigi yang digunakan dengan menggunakan rumusFederer (t-1) (r-1) ≥ 15
(12-1) (r-1) ≥ 15 11r – 11 ≥15
11r ≥ 26 r ≥ 2,3 r≥ 3
Jadi besar sampel untuk setiap kelompok perlakuan adalah 3 kelinci,. Pada masing- masing kelinci digunakan 4 Insisivus sentralis sehingga besar sampel pada setiap kelompok hari adalah 12 gigi. Pengamatan dilakukan berdasarkan waktu yaitu pada hari 1, 3, dan 7, sehingga jumlah gigi yang digunakan keseluruhannya 36 gigi.
dengan,
t = jumlah kelompok perlakuan r = jumlah sampel tiap kelompok
(28)
4.4 Variabel dan Definisi Operasional 4.4.1 Variabel Penelitian
Variabel bebas
• Ekstrak Kulit Manggis 5% dan 10%
• Biodentin
Variabel tergantung
Efek antiinflamasi yang diukur berdasarkan penurunan sel-sel radang dan penyembuhan
Variabel terkendali
a. Jenis dan asal buah manggis (Garcinia mangostana L)
b. Berat kulit manggis sebelum pengeringan dan setelah pengeringan
c. Lama dan suhu pengeringan kulit manggis (40oC) d. Volume etanol yang dipakai (3 liter)
e. Konsentrasi etanol yang dipakai (70%) f. Waktu perendaman kulit manggis (30 menit) g. Suhu saat perendaman kulit manggis (25oC) h. Waktu perkolasi (2 minggu)
i. Nomor kertas saring yang dipakai (Whatman No. 42) j. Jumlah kertas saring saat perkolasi (2 lapis)
k. Kecepatan tetes cairan dalam perkolator (20 tetes/ menit)
l. Jenis kelamin kelinci jantan m. Berat kelinci 1,5-2 kg n. Umur kelinci 3-5 bulan o. Makanan kelinci
p. Jadwal makan kelinci (pukul 09.00 dan 16.00) q. Lama waktu adaptasi kelinci dalam kandang (1
minggu)
r. Suhu kandang kelinci (32oC)
s. Jenis dan bentuk mata bur (bur intan bulat kecil,no. 1)
t. 1 bur intan bulat untuk 1 gigi yang dipreparasi u. Kecepatan putar dari bur 35000 rpm
v. Jumlah larutan yang diaplikasi ke ruang pulpa (20 µl) w. Tumpatan RM-GIC untuk menutup kavitas
x. Waktu pengamatan dilakukan pada hari ke 1,3 dan 7 y. Keterampilan operator
z. Pewarnaan preparat histopatologi
Variabel tidak terkendali
a. Suhu dan lama waktu penyimpanan ekstrak kulit manggis dari disimpan sampai digunakan
b. Lama waktu penyimpanan buah manggis setelah dipetik sampai proses ekstraksi
c. Geografis tempat tumbuh buah manggis (kondisi tanah, iklim, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman) d. Umur pohon manggis
e. Perlakuan terhadap buah manggis selama tumbuh
f. Perlakuan kelinci dari lahir sampai digunakan sebagai hewan uji coba g. Variasi struktur anatomis gigi insisivus
rahang atas dan rahang bawah gigi kelinci
(29)
4.4.2 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) dan biodentin.
4.4.3 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah efek antiinflamasi yang diukur berdasarkan penurunan sel-sel radang dan penyembuhan (neutrofil, limfosit, makrofag, sel plasma, fibroblas)
4.4.4 Variabel Terkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini terdiri atas:
a. Jenis dan asal buah manggis (Garcinia mangostana L)
b. Berat kulit manggis sebelum pengeringan dan setelah pengeringan c. Lama dan suhu pengeringan kulit manggis (40oC)
d. Volume etanol yang dipakai (3 liter) e. Konsentrasi etanol yang dipakai (70%) f. Waktu perendaman kulit manggis (30 menit) g. Suhu saat perendaman kulit manggis (25oC) h. Waktu perkolasi (2 minggu)
i. Nomor kertas saring yang dipakai (Whatman No. 42) j. Jumlah kertas saring saat perkolasi (2 lapis)
k. Kecepatan tetes cairan dalam percolator (20 tetes/ menit) l. Jenis kelamin kelinci jantan
m. Berat kelinci 1,5-2 kg n. Umur kelinci 3-5 bulan o. Makanan kelinci
p. Jadwal makan kelinci (pukul 09.00 dan 16.00)
q. Lama waktu adaptasi kelinci dalam kandang (1 minggu) r. Suhu kandang kelinci (32oC)
(30)
t. 1 bur intan bulat untuk 1 gigi yang dipreparasi u. Kecepatan putar dari bur 35000 rpm
v. Jumlah larutan yang diaplikasi ke ruang pulpa (20 µl) w. Tumpatan RM-GIC untuk menutup kavitas
x. Waktu pengamatan dilakukan pada hari ke 1,3 dan 7 y. Keterampilan operator
z. Pewarnaan preparat histopatologi
4.4.5 Variabel Tidak Terkendali
Variabel tidak terkendali pada penelitian ini terdiri atas:
a. Suhu dan lama waktu penyimpanan ekstrak kulit manggis dari disimpan sampai digunakan
b. Lama waktu penyimpanan buah manggis setelah dipetik sampai proses ekstraksi
c. Geografis tempat tumbuh buah manggis (kondisi tanah, iklim, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman)
d. Umur pohon manggis
e. Perlakuan terhadap buah manggis selama tumbuh
f. Perlakuan kelinci dari lahir sampai digunakan sebagai hewan uji coba g. Variasi struktur anatomis gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah gigi
(31)
4.5 Definisi Operasional Variabel Bebas
No Variabel Definisi Operasional Satuan Ukur
Skala Ukur
Alat Ukur
1 Ekstrak kulit manggis 5%
Ekstrak kulit manggis yang didapatkan dengan menimbang 0,5 gram ekstrak kental kemudian dilarutkan dalam 10 ml larutan Carboxy Methil Cellulose 0,1% sehingga menghasilkan gel dengan konsentrasi 5%
Gram dan Mililiter
Nominal Spuit
2 Ekstrak kulit manggis 10%
Ekstrak kulit manggis yang didapatkan dengan menimbang 1 gram ekstrak kental kemudian dilarutkan dalam 10 ml larutan Carboxy Methil Cellulose 0,1% sehingga menghasilkan gel dengan konsentrasi 10%
Gram dan Mililiter
Nominal Spuit
3 Biodentin Bahan berbahan dasar kalsium silikat yang banyak digunakan dalam kedokteran gigi sebagai bahan dalam aplikasi klinis seperti perforasi akar, kaping pulpa, serta membentuk dentin tersier, dengan merek Septodont
Miligram Nominal Timbangan Analitik
(32)
Variabel Terikat
No Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Alat Ukur 1 Efek
antiinfla-masi Efek antiinflamasi dilihat dari penurunan sel-sel radang dan penyembuhan (neutrofil, makrofag, limfosit, sel plasma, fibroblas) Preparat yang telah diwarnai dengan HE kemudian dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x Skor: 1= normal (terdapat sel fibroblas) 2= ringan (terdapat sel fibroblas, limfosit, neutrofil, sel plasma, dan didominasi oleh makrofag) 3= sedang (terdapat sel makrofag dan didominasi neutrofil)
4= berat (terdapat sel limfosit dan didominasi sel plasma)
Ordinal Mikro-skop cahaya
(33)
4.6Bahan dan Alat Penelitian 4.6.1 Bahan Penelitian
1. Buah manggis ( Garcinia mangostana L) sebanyak 1000 gram 2. Etanol 70% 3 liter (Kimia Farma, Indonesia)
3. Akuades 1 liter (Kimia Farma, Indonesia) 4. Biodentin ( Septodont, USA)
5. Cotton pellet
6. Saline (Kimia Farma, Indonesia) 7. RM-GIC (Ionoseal, VOCO ) 8. Ketamin (Kimia Farma, Indonesia) 4.6.2 Alat Penelitian
1. Timbangan ( Tanita, Japan)
2. Timbangan analitik ( Vibra, Japan) 3. Lemari pengering
4. Pisau
5. Kertas perkamen 3 kajang
6. Blender ( Samwoo, South Korea)
7. Kapas 250 gram ( Bio Panca, Indonesia) 8. Kertas saring (Whatman no.42, England)
9. Aluminium foil 1 gulungan (Total Wrap, Indonesia) 10. Perkolator
11. Bur akses kecil (Dentsply ) 12. Mikromotor (Sunburst) 13. Handpiece (NSK Low Speed) 14. Endodontics plugger (SMIC) 15. Pasungan kelinci
16. Kandang kelinci
(34)
18. Spuit 1 ml (Terumo, Japan) 19. Spuit 5 ml (Terumo, Japan)
20. Mikroskop cahaya (Olympus, Japan) 21. Light Cure(DTE)
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis
Ekstraksi kulit manggis dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu oleh Iqbal Sirait (2015). Buah manggis diperoleh dari Pasar Buah Brastagi, Medan, Sumatera Utara dimana asal tumbuh Sibolangit dengan berat 1000 gram. Proses pembuatan ekstrakkulit manggis dilakukan berdasarkan Standar Operasional Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pembuatan Simplisia
Buah manggis sebanyak 1000 gram dikupas dan dikeluarkan buahnya.Bahan baku berupa kulit manggis dibersihkan dari kotoran, dicuci bersih, lalu dipotong kira-kira setebal 0,3mmdan dikeringkan di dalam lemari pengering dengan suhu 40oC. Kulit manggis dikatakan sudah kering apabila potongan kulit manggis dibengkokkan akan mudah patah. Kulit manggis yang telah dikeringkan kemudian ditimbang kembali dan diperoleh 200 gram kulit manggis yang telah kering.Selanjutnya kulit
Gambar 16. Kulit buah manggis diiris tipis Gambar 15. Buah manggis dikeluarkan
(35)
manggis tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender dan didapat serat-serat halus (simplisia) kulit manggis.
b. Proses maserasi
Gambar 18. Kulit buah manggis yang sudah kering ditimbang sebanyak 200 gr, kemudian dihaluskan
Gambar 17. Kulit buah manggis yang telah diiris tipis dimasukkan ke lemari pengering (kiri) ; Kulit manggis setelah dikeringkan (kanan)
(36)
Sebanyak 200 gram serbuk simplisia diletakkan ke dalam bejana tertutup dan direndam dengan etanol 70% selama 30 menit pada suhu 25oC.
c. Proses perkolasi
Perkolator disiapkan dengan cara meletakkan kapas secukupnya yang telah dibasahi dengan etanol pada bagian dasar wadah perkolator, kemudian di atas kapas tersebut diletakkan kertas saring sebanyak 2 lembar. Kemudian massa simplisia yang telah direndam tersebut dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator di mulai dari bagian tengah hingga ke tepi percolator dengan hati-hati sambil sesekali ditekan. Kemudian etanol 70% dituangkan ke dalam percolator dan massa disaring dengan lapisan kertas saring sampai cairan tersebut mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyaring untuk mengetahui apakah percolator sudah berfungsi dengan baik. Kemudian percolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam.
Gambar 19. Simplisia ditimbang dan dimaserasi dalam etanol 70% selama 30 menit
(37)
Setelah 24 jam, percolator dibuka kembali dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1ml per menit atau 20 tetes per menit. Tambahkan berulang-ulang etanol 70% secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia dan diperoleh ekstrak cair.
d. Ekstrak cair diuapkan dengan vacuum rotavapor pada suhu 40oC hingga konsistensi seperti madu. Ekstrak yang telah kental tersebut ditimbang dengan timbangan analitik.Setelah itu ekstrak kulit manggis dimasukkan ke dalam botol kaca, lalu disimpan di tempat yang sejuk.
Gambar 20. Penampungan perkolat
Gambar 22. Ekstrak kulit manggis Gambar 21Penguapan perkolat dengan
menggunakan Vacuum Rotary Evaporator
(38)
4.7.1.1 Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis Konsentrasi 5%
Pembuatan ekstrak kulit manggis dilakukan sesuai dengan skripsi Eldora Teohardi (2015). Panaskan akuades sebanyak 10 ml dan pindahkan ke lumpang (Gambar 23). Sebanyak 10 mg bubuk CMC (Carboxy Methil Cellulose) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (Gambar 24), kemudian ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi akuades 10 ml (Gambar 25). Diamkan selama 30 menit (Gambar 26) hingga diperoleh masa transparan, kemudian digerus hingga berbentuk gel atau masa yang kental dan homogen (Gambar 27).
Timbang ekstrak sebanyak 0,5 gram (Gambar 28) ditambahkan larutan CMC 10ml sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 29), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 30).
Gambar 23. 10 ml aquadest dipanaskan Gambar 24. 10 mg bubuk CMC
Gambar 25. 10 mg bubuk CMC ditaburkan ke dalam tumpang yang berisi aquadest 10 ml
(39)
4.7.1.2. Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis Konsentrasi 10%
Panaskan akuades sebanyak 10 ml dan pindahkan ke lumpang (Gambar 23). Sebanyak 10 mg bubuk CMC (Carboxy Methil Cellulose) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (Gambar 24), kemudian ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi akuades 10 ml (Gambar 25). Diamkan selama 30 menit (Gambar
Gambar 28. Ekstrak kulit manggis ditimbang 0,5 gram
Gambar 29. Ekstrak kulit manggis dan larutan CMC
digerus hingga homogen
Gambar 30. Ekstrak kulit manggis 5% dan 10%
Gambar 27. Penggerusan CMC hingga homogen
(40)
26)hingga diperoleh masa transparan, kemudian digerus hingga berbentuk gel atau masa yang kental dan homogen (Gambar 27).
Timbang ekstrak sebanyak 1 gram (Gambar 31) ditambahkan larutan CMC 10ml sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 32), kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 30).
4.7.2 Persiapan Hewan Coba
Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan dengan berat 1,5-2 kg, umur 3-5 bulan, dibagi menjadi 3 kelompok pengamatan yaitu hari 1,3, dan 7. Setiap ekor diberi perlakuan bahan coba pada 4 gigi. Jumlah gigi yang dipakai sebanyak 36 gigi.
Gambar 31. Ekstrak kulit manggis ditimbang 1 gram
Gambar 32. Ekstrak kulit manggis dan larutan CMC
digerus hingga homogen
(41)
Hewan coba diadaptasi selama 1 minggu dan dipelihara dalam kandang (Gambar 33). Kandang hewan coba dibersihkan setiap hari dari kotoran dan sisa makanan agar tetap kering. Hewan coba diberi makan 2 kali sehari pukul 09.00 dan 16.00 WIB.
4.7.2.1 Perlakuan Hewan Coba
Kelinci dimasukkan ke dalam tempat pasungan kelinci. Telinga kanan kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%. Bulu pada telinga kanan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena (marginal ear vein) dicukur dengan gunting, kemudian dianastesi dengan spuit 1 ml secara intravena dengan ketamin (15 mg/kg).
4.7.2.2 Perlakuan gigi hewan coba
• Preparasi gigi insisivus atas kanan kelinci pada sisi labial dengan menggunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan 35.000 rpm hingga mencapai ruang pulpa dan berdarah.
• Setelah perforasi, kavitas diirigasi dengan spuit 5 ml saline dan dikeringan dengan cotton pellet steril.
• Pada gigi insisivus atas kanan diaplikasikan ekstrak kulit manggis 5% sebanyak 20μl (0,02ml) dengan menggunakan spuit 1 ml.
Gambar 34. Kelinci dipasung Gambar 35. Anastesi intravena melalui pembuluh marginal ear
(42)
• Letakkan cotton pellet, lalu tambal dengan RM-GIC kemudian disinar dengan light cure.
• Preparasi gigi insisivus atas kiri kelinci pada sisi labial dengan menggunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan 35.000 rpm hingga mencapai ruang pulpa dan berdarah.
• Setelah perforasi, kavitas diirigasi dengan spuit 5 ml saline dan dikeringkan dengan cotton pellet steril.
• Pada gigi insisivus atas kiri diaplikasikan ekstrak kulit manggis 10% sebanyak 20μl (0,02ml) dengan menggunakan spuit 1 ml.
• Letakkan cotton pellet, lalu tambal dengan RM-GIC kemudian disinar dengan light cure.
• Preparasi gigi insisivus bawah kanan kelinci pada sisi labial dengan menggunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan 35.000 rpm hingga mencapai ruang pulpa dan berdarah.
• Setelah perforasi, kavitas diirigasi dengan spuit 5 ml saline dan dikeringan dengan cotton pellet steril.
• Pada gigi insisivus bawah kanan diaplikasikan biodentin sebanyak 20mg dengan menggunakanplugger endodontik
• Lalu tambal dengan RM-GIC kemudian disinar dengan light cure.
• Preparasi gigi insisivus bawah kiri kelinci pada sisi labial dengan menggunakan bur intan bulat kecil dengan kecepatan 35.000 rpm hingga mencapai ruang pulpa dan berdarah.
• Setelah perforasi, kavitas diirigasi dengan spuit 5 ml saline dan dikeringan dengan cotton pellet steril.
• Tambal kavitas dengan RM-GIC kemudian disinar dengan light cure.
(43)
Gambar 36. Pengeburan gigi kelinci Gambar 37. Perforasi gigi kelinci
Gambar 38. Injeksi ekstrak kulit manggis 5%, 10%, dan biodentin pada I1 atas, I2 atas dan I1 bawah
Gambar 41. Gigi insisivus yang telah ditambal
Gambar 40. Penyinaran Light cure
(44)
• Pada hari ke-1 setelah perlakuan terhadap 4 gigi insisivus setiap kelinci, kelinci didekapitasi dengan anastesi laten. Kemudian rahang kelinci dipotong dan gigi-gigi pada rahang tersebut diekstraksi, kemudian dimasukkan ke dalam botol eppendorf. Kemudian diberikan ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pembuatan preparat histopatologi.
• Pada hari ke-3 setelah perlakuan terhadap 4 gigi insisivus setiap kelinci, kelinci didekapitasi dengan anastesi laten. Kemudian rahang kelinci dipotong dan gigi-gigi pada rahang tersebut diekstraksi, kemudian dimasukkan ke dalam botol eppendorf. Kemudian diberikan ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pembuatan preparat histopatologi.
• Pada hari ke-7 setelah perlakuan terhadap 4 gigi insisivus setiap kelinci, kelinci didekapitasi dengan anastesi laten. Kemudian rahang kelinci dipotong dan gigi-gigi pada rahang tersebut diekstraksi, kemudian dimasukkan ke dalam botol eppendorf. Kemudian diberikan ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pembuatan preparat histopatologi.
Gambar 42. Pengambilan rahang kelinci yang telah diberi anastesi latendan didekapitasi
Gambar 43. Gigi kelinci yang telah diekstraksi
(45)
4.7.3 Persiapan sampel untuk Hematoksilin-Eosin Sesuai dengan SOP PA FK USU:
Jaringan gigi didekalsifikasi dengan larutan HCl selama 1-4 hari. Kemudian larutan diganti setiap hari. Cuci dengan air mengalir selama 24 jam. Kemudian dinetralkan dengan formalin 10%. Selanjutnya blok jaringan dilakukan penarikan air (dehydrating) dengan cara direndam dengan alkohol bertingkat mulai dari alkohol 80%-95%-95%-100%-100%-100% masing-masing selama 2 jam, kemudian dilakukan penjernihan (clearing) terhadap alkohol dengan merendam di dalam larutan xylol 2 kali perendaman (xylol 1- xylol 2) masing-masing selama 1,5 jam. Kemudian dilakukan pemasukan (infiltrasi) parafin ke dalam blok jaringan dengan merendamnya di dalam parafin cair 3 kali (parafin 1-2-3) masing-masing selama 2 jam. Setelah proses infiltrasi selesai dilanjutkan dengan penanaman (embedding) di dalam cetakan parafin blok untuk dilakukan pemotongan. Proses pemotongan (sectioning) blok jaringan dengan menggunakan pisau mikrotom setebal 5-6 μm dan diletakkan pada kaca objek (object glass). Kaca objek yang berisikan parafin direndam di dalam larutan xylol masing-masing 2 kali, alkohol masing-masing 2 kali selama 1 menit, alkohol 95% masing-masing selama 1 menit, larutan iodin selama 10 menit, kemudian dicelupkan 4 kali dalam air mengalir, direndam di dalam larutan hematoksilin harris selama 15 menit, dicelupkan 4 kali dalam air mengalir, dicelupkan 3-10 kali dalam alkohol 95%, dibasuh kembali di air mengalir, direndam
Gambar 44. Gigi yang dimasukkan dalam botol eppendorf
Gambar 45. Preparat histopatologi gigi kelinci
(46)
ke dalam larutan eosin selama 2 menit, direndam di dalam alkohol 95% masing-masing 2 kali selama 1 menit, direndam di dalam alkohol 100% masing-masing-masing-masing 2 kali selama 1 menit dan direndam di dalam xylol masing-masing 3 kali selama 2 menit dan dioleskan (mounting) dengan Canada Balsam dan terakhir ditutup dengan kaca penutup (cover glass).
4.7.3.1 Pengamatan Sediaan Histopatologi
Pengamatan secara hispatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Penilaian tersebut menggunakan kriteria berdasarkan penelitian terdahulu Soerono Akbar sebagai berikut :36
• 1 = normal = fibroblas
• 2= ringan =fibroblas, limfosit, neutrofil, sel plasma, makrofag meningkat.
• 3= sedang = makrofag, neutrofil dominan.
• 4 = berat = limfosit, sel plasma dominan.
4.8 Analisa Data
Data dianalisa secara non parametrik dengan menggunakan 2 uji statistik yaitu:
1. Analisis Uji Kruskal-Wallis Test (α= 0,05), untuk melihat ada tidaknya efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis 5%, ekstrak kulit manggis 10%, dan biodentin pada hari ke-1, 3, dan 7.
2. Analisis Uji Mann-Whitney Test (α= 0,05), untuk melihat ada tidaknya perbedaan efek antiinflamasi antara ekstrak kulit manggis 5%, ekstrak kulit manggis 10% terhadap biodentin.
(47)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan 36 sampel gigi kelinci yang diberi perlakuan yang dibagi menjadi 3 kelompok hari. Pada hari ke 1, 3 dan 7 setelah perlakuan, dilakukan pengamatan reaksi jaringan pada kelompok ekstrak kulit manggis 5%, ekstrak kulit manggis 10%. Dan biodentin. Reaksi intensitas inflamasi jaringan berupa tidak ada,ringan, sedang, dan berat. Jaringan dilihat dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x.
5.1 Pengamatan reaksi jaringan pulpa gigi kelinci pada hari ke 1, 3, dan 7 Setelah 1, 3, dan 7 hari dilakukan perlakuan, pada kelompok ekstrak kulit manggis 5%, ekstrak kulit manggis 10%, biodentin, dan kontrol negatif, dievaluasi reaksi inflamasi jaringan dengan melihat penurunan sel radang sampai ke penyembuhannya. Penilaiannya meliputi derajat 1, 2, 3, dan 4. Derajat 1, normal, ditandai dengan adanya sel fibroblas. Derajat 2, ringan, yang ditandai dengan adanya fibroblas, limfosit, neutrofil, sel plasma, dan makrofag. Derajat 3, sedang, ditandai dengan dominasi makrofag, dan neutrofil. Derajat 4, berat, ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit.
(48)
5.1.1 Pengamatan reaksi jaringan pulpa gigi kelinci pada hari ke-1
N
M
N N
N
M N
PD
N N Gambar 46. Kelompok ekstrak kulit manggis 5%, respons
inflamasi sedang. Terdapat sel neutrofil (N) dan makrofag (M). Perbesaran 400x.
Gambar 47. Kelompok ekstrak kulit manggis 10%, respons inflamasi sedang. Terdapat sel neutrofil (N), makrofag (M) dan pembuluh darah. Perbesaran 400x.
(49)
M
M
N
N N
PD M
N
M PD
N
Gambar 48. Kelompok biodentin, respons inflamasi sedang. Terdapat sel neutrofil (N) dan makrofag (M). Perbesaran 400x.
Gambar 49. Kelompok kontrol negatif, respons inflamasi sedang. Terdapat sel neutrofil (N), makrofag (M) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
(50)
5.1.2 Pengamatan reaksi jaringan pulpa gigi kelinci pada hari ke-3
F
M F
PD
F
M
Gambar 50. Kelompok ekstrak kulit manggis 5%, respons inflamasi sedang. Terdapat sel neutrofil (N), makrofag (M) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
Gambar 51. Kelompok ekstrak kulit manggis 10%, respons inflamasi ringan. Terdapat sel fibroblas(F), makrofag (M) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
PD N M PD
N
(51)
N
F
F N
F
M
M
N
N
PD Gambar 52. Kelompok biodentin, respons inflamasi ringan.
Terdapat sel fibroblas(F), neutrofil (N) dan makrofag (M). Perbesaran 400x.
Gambar 53. Kelompok kontrol negatif, respons inflamasi sedang. Terdapat sel neutrofil (N), makrofag (M) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
(52)
5.1.3 Pengamatan reaksi jaringan pulpa gigi kelinci pada hari ke-7
N
M F
F
F
PD
PD
F F
Gambar 54. Kelompok ekstrak kulit manggis 5%, respons inflamasi ringan. Terdapat sel fibroblas (F), neutrofil (N) dan makrofag (M). Perbesaran 400x.
Gambar 55. Kelompok ekstrak kulit manggis 10%, respons inflamasi normal. Terdapat sel fibroblas (F) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
(53)
F
F F
F F
SP
L SP
PD
Gambar 57. Kelompok kontrol negatif, respons inflamasi berat. Terdapat sel limfosit (L), sel plasma (SP) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
Gambar 56. Kelompok biodentin, respons inflamasi normal. Terdapat sel fibroblas (F) dan pembuluh darah (PD). Perbesaran 400x.
(54)
5.2 Uji Efek Antiinflamasi Jaringan Pulpa
Tabel 3. Pengamatan respon inflamasi jaringan pulpa setiap kelompok bahan pada setiap periode waktu (hari ke-1,3, dan 7)
Periode waktu (hari)
Kelompok Jumlah sampel (n)
Respon Inflamasi
Normal Ringan Sedang Berat 1 Ekstrak kulit
manggis 5%
3 - - 3 -
Ekstra kulit manggis10%
3 - - 3 -
Biodentin 3 - 1 2 -
Kontrol (-) 3 - - 3 -
3 Ekstrak kulit manggis 5%
3 - 1 2 -
Ekstra kulit manggis 10%
3 - 2 1 -
Biodentin 3 - 3 - -
Kontrol (-) 3 - - 3 -
7 Ekstrak kulit manggis 5%
3 - 3 - -
Ekstra kulit manggis 10%
3 2 1 - -
Biodentin 3 3 - - -
(55)
5.3Analisis Hasil Penelitian
Perbedaan respons inflamasi pada kelompok ekstrak kulit manggis 5%, ekstrak kulit manggis 10%, biodentin, dan kontrol negatif antara ke-3 periode waktu ( hari ke-1, 3, dan 7) dianalisa dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis Test, dengan derajat kemaknaan (α=0,05). Sedangkan perbedaan respon antiinflamasi kelompok ekstrak kulit manggis 5% dan ekstrak kulit manggis 10% terhadap biodentin (tabel 4 dan 7), serta perbedaan respon antiinflamasi kelompok ekstrak kulit manggis 5% dan ekstrak kulit manggis 10% antara ke-3 periode waktu (tabel 5 dan 6) dianalisa dengan menggunakan uji Mann-Whitney Test, dengan derajat kemaknaan (α=0,05). Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4. Hasil uji Kruskal-Wallis Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi seluruh bahan coba antara ke-3 periode waktu
Kelompok Mean Rank P
Hari 1 Hari 3 Hari 7
Ekstrak kulit manggis 5% 7.00 5.50 2.50 0.061 Ekstrak kuit manggis 10% 7.50 5.17 2.33 0.047*
Biodentin 7.50 5.50 2.00 0.029*
Kontrol (-) 4.00 4.00 7.00 0.102
Keterangan : * = signifikan bila P<0,05
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok ekstrak kulit manggis 10% dan kelompok biodentin terdapat perbedaan respons inflamasi secara signifikan (p<0,05) antara ke-3 periode waktu (hari 1, hari 3, dan hari 7), sebaliknya pada kelompok ekstrak kulit manggis 5% dan kelompok kontrol negatif tidak terdapat perbedaan respons inflamasi yang signifikan (p>0,05) antara ke-3 periode waktu ( hari 1, hari 3, dan hari 7).
(56)
Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi antara ke-3 periode waktu pada kelompok ekstrak kulit manggis 5%
Periode Waktu (hari) Mean Rank P
1 4.00 0.317
3 3.00
1 5.00 0.025*
7 2.00
3 4.50 0.114
7 2.50
Keterangan : * = signifikan bila P<0,05
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 dan hari ke-3, dan hari ke-3 dan ke-7 tidak terdapat perbedaan respons inflamasi yang signifikan (p>0,05), sebaliknya, pada hari ke-1 dan hari ke-7 menunjukkan adanya perbedaan respon inflamasi yang signifikan (p<0,05).
Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi antara ke-3 periode waktu pada kelompok ekstrak kulit manggis 10% Periode Waktu (hari) Mean Rank P
1 4.50 0.114
3 2.50
(57)
7 2.00
3 4.67 0.099
7 2.33
Keterangan : * = signifikan bila P<0,05
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 dan hari ke-3, dan hari ke-3 dan ke-7 tidak terdapat perbedaan respons inflamasi yang signifikan (p>0,05), sebaliknya, pada hari ke-1 dan hari ke-7 menunjukkan adanya perbedaan respon inflamasi yang signifikan (p<0,05).
Tabel 7. Hasil uji Mann-Whitney Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi antara ekstrak kulit manggis 5% dan ekstrak kulit manggis 10% terhadap biodentin.
Bahan Mean Rank P
Ekstrak kulit Manggis 5% 11,67 0,062
Biodentin 7,33
Ekstrak kulit Manggis 10% 10,56 0,373
Biodentin 8,44
Keterangan : * = signifikan bila P<0,05
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada ekstrak kulit manggis 5% dan ekstrak kulit manggis 10% terhadap biodentin tidak terdapat adanya perbedaan respons inflamasi yang signifikan (p>0,05).
(58)
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian tentang efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis pada gigi kelinci adalah untuk mengetahui apakah ekstrak kulit manggis mempunyai efek untuk meredakan inflamasi pada pulpa gigi. Dalam penelitian ini, digunakan kelinci sebagai hewan coba dan dilakukan secara in vivo. Perlakuan terhadap hewan coba didasarkan kepada pedoman nasional etik penelitian kesehatan dan prinsip 3 R, yaitu Reduction, Refinement dan Replacement. Reduction adalah pengendalian jumlah hewan coba yang digunakan melalui analisa statistik yang tepat dan desain penelitian yang baik. Refinement ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan stress hewan coba dengan menggunakan metode penelitian yang sesuai. Replacement meliputi penggunaan model alternatif, seperti penggunaan hewan dari kelas yang paling rendah menggunakan metode invasif, in vitro.26,51
Penggunaan kelinci sebagai hewan coba dalam penelitian ini telah mendapat persetujuan Komisi Etik dengan Pelaksanaan Bidang Kesehatan oleh Health Research Committee USU dengan No. 448/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perforasi pulpa gigi hewan coba secara mekanis seperti pada prosedur iatrogenik. Setelah perforasi, kavitas kemudian diirigasi dan perdarahan dihentikan dengan menggunakan cotton pellet. kemudian bahan coba diaplikasikan ke dalam kavitas dan ditumpat dengan RM-GIC. Setelah periode hari yang ditentukan, hewan coba didekapitasi dan giginya diekstraksi, lalu dilakukan persiapan preparat dengan pewarnaan Hemaktosilin-Eosin. Pengamatan efek antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop chaya dengan perbesaran 400x. Metode ini juga dilakukan oleh Aljandan et al (2012).47 Dalam penelitian ini, dilakukan perforasi pada gigi insisivus labial, karena lebih mudah ditangani dibandingkan dengan palatal.
(59)
Pada penelitian ini digunakan ekstrak kulit manggis. Ekstrak kulit manggis dibuat dengan konsentrasi 5% dan 10% menggunakan suspending agent carboxyl methil cellulose (CMC). Pemilihan konsentrasi ekstrak kulit manggis ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Mutmainah et al (2013) untuk melihat efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis terhadap luka bakar pada kelinci. Pada penelitian tersebut, konsentrasi ekstrak kulit manggis 5% dan 10% menunjukkan adanya efek antiinflamasi. Konsentrasi 2,5% juga digunakan pada penelitian pendahuluan, namun efek antiinflamasi yang dihasilkan sangat kecil. Oleh sebab itu, dalam penelitian untuk menguji efek antiinflamasi pada gigi kelinci ini, konsentrasi ekstrak kulit manggis yang digunakan adalah 5% dan 10%.17
Biodentin digunakan sebagai kontrol positif dalam penelitian ini. Biodentin yang berbahan dasar kalsium-silikat ini dapat mempercepat proses penyembuhan pulpa dan mempertahankan vitalitasnya tanpa menimbulkan reaksi radang. Nowicka et al(2013) melakukan penelitian pada pulpa yang dikapingdengan menggunakan biodentin, dan tidak terdapat adanya sel-sel inflamasi serta terbentuknya jaringan keras seperti dentin.Dalam penelitian mengenai kaping pulpa dan pulpotomi pada hewan coba yang dilakukan Shayegan (2012), terlihat adanya kompabilitas antara biodentin dengan pulpa, sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan fibroblas, dengan respon inflamasi yang minimal. Tran et al(2012) mengobservasi pembentukan jembatan dentin di daerah injuri setelah 30 hari yang disekresikan oleh sel menunjukkan fenotip odontoblastik. Struktur reparatif yang diinduksi biodentin bersifat homogen dan berkontinuitas dengan dentin primer.20,32,34,35
Biodentin menginduksi pembentukan awal dari sintesa dentin reparatif, dikarenakan modulasi sel pulpa yang mengubah pertumbuhan sekresi Transforming Growth Factor-β1. Laurent et al(2012) menyatakan bahwa partikel-partikel dari biodentin terperangkap di dalam foci yang baru terbentuk, dan mineralisasi muncul sebagai osteodentin, menunjukkan bahwa sifat fitokimia biodentin mampu mendorong proses mineralisasi. Margunato et al (2015) melakukan uji biokompabilitas biodentin terhadap sel punca sumsum tulang manusia. Biodentin meningkatkan tingkat ekspresi tranksripsi runt-related faktor 2 dan menstimulasi
(60)
diferensiasi osteogenik dari sel sumsum tulang manusia. Lee et al (2014) menganjurkan penggunaan biodentin sebagai bahan untuk pengisian saluran akar karena ketika berkontak dengan sel punca mesenkim, biodentin akan menginduksi diferensiasi odontoblas.32,22
Selain itu, biodentin memiliki daya sitotoksitas yang rendah, mampu menstimulasi serat kolagen dan pembentukan fibroblas, kemampuan penyegelan yang sangat baik serta mencegah kebocoran mikro dan inflamasi pulpa dengan membentuk pembatas sekunder di bawah restorasi.Kemampuan penyegelan yang baik biodentin dikarenakan kemampuannya untuk memproduksi kalsium hidroksida selama proses hidrasi, yang akan membentuk fase kalsium fosfat ketika berkontak dengan fosfat dari cairan jaringan. Tingkat kebasaan yang tinggi dari biodentin ini akan menurunkan komponen kolagen dari interfasial dentin, dan akan membentuk struktur porus yang memfasilitasi penyerapan ion Ca(2+), OH(-), dan CO(3)(2-).32,33
Penelitian menunjukkan bahwa respon pulpa setelah dikaping secara direk berhubungan dengan kebocoran mikro. Mikroba akan mengganggu respon pulpa terhadap bahan material. Bakteri menstimulasi aktivitas inflamasi pulpa dan mengurangi area pembentukan jembatan dentin terlepas dari bahan yang digunakan untuk kaping pulpa. Banyak peneliti menyatakan bahwa kemampuan pulpa untuk bertahan hidup setelah terpapar, bukan disebabkan bioaktivitas dari bahan, namun kemampuannya untuk melindungi pulpa dari paparan bakteri.32
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah hari ke-1,3 dan 7. Pada hari ke-1 neutrofil merupakan sel pertama yang muncul pada daerah injuri dan akan bertahan selama 3-4 hari. Neutrofil akan memfagositosis benda asing, bakteri dan jaringan yang rusak. Sel makrofag akan mulai muncul pada hari ke-2 dan mencapai puncaknya pada hari ke-3 setelah injuri. Sel ini melanjutkan proses fagositosis dan akan bertahan hingga penyembuhan luka selesai. Sedangkan sel limfosit akan mulai muncul pada hari ke-6 setelah injuri. Pada penelitian ini dilihat ke arah penyembuhan. Fibroblas merupakan sel yang berperan dalam proses penyembuhan dan pertama kali muncul 3 hari setelah injuri dan akan bertahan selama 2 minggu.16
(61)
Pada tabel 4, kelompok ekstrak kulit manggis 5% tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok ekstrak kulit manggis 10% terlihat perbedaan yang signifikan. Kelompok ekstrak kulit manggis 10% menunjukkan penurunan sel radang yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ekstrak kulit manggis 5% setelah mengalami inflamasi. Hubungan antara kadar atau dosis obat bahwa peningkatan dosis akan menimbulkan peningkatan efek farmakobiologik.52 Pada penelitian ini, ekstrak kulit manggis 10% memeberikan hasil yang lebih baik dibandingkan ekstrak manggis 5%. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan adanya penurunan sel sel radang pada pulpa yang diberi ekstrak kulit manggis 5%.
Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Bumrungpert et al (2009) bahwa kulit manggis memiliki efek antiinflamasi dengan komponen aktif dari Xanthone yaitu α-mangostin dan γ-mangostin. Dia menemukan bahwa α-mangostin dan γ-mangostin menghambat inflamasi yang diinduksi oleh Lipoposakarida di dalam sel adiposa manusia.Selain itu, α-mangostin dan γ-mangostin mampu mengurangi ekspresi tumor necrosis factor (TNF)-α dan IL-6. Liu et al (2012) dalam studi antiinflamasinya menyatakan bahwa α-mangostin mampu menghambat TNF-α dan InterLeukin(IL)-4.Penelitian ini juga didukung oleh Nakatani et al (2002) yang menyatakan bahwa gamma mangostin mampu menghambat sintesa PGE2 dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma tikus C6. Kedua senyawa dan enzim tersebut merupakan mediator terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi. Selain itu, Sukma et al (2011) menemukan efek antiinflamasi dari kulit manggis, γ-mangostin, dengan meningkatkan gen reseptor serotonin 2, histamin H1 dan bradikinin 2 yang berperan besar dalam penyembuhan inflamasi.53,54
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Chonmawang et al(2007) yang meneliti efek kulit manggis dalam supresi inflamasi, dengan cara menghambat radikal bebas dan sitokin pra-inflamasi dan menurunkan produksi TNF-αyang dideterminasi dengan teknik ELISA. Pada penelitian yang dilakukan Agni (2013) menyatakan senyawa lain seperti tanin dancatechin (golongan flavonoid) pada kulit manggis juga memilikiaktivitas antiinflamasi karena tanin dan catechindapat menghambat
(62)
pengeluaran prostaglandin pada jalur asam arakhidonat yang merupakan mediatorperadangan penting.45,54
Efek antiinflamasi diamati melalui penurunan sel radang pada hari ke-1, 3, dan 7. Pada tabel 5, ekstrak kulit manggis 5% antara hari ke-1 dan 3 serta hari ke-3 dan 7 tidak menunjukkan adanya perbedaan penurunan sel radang, namun antara hari ke-1 dan 7 menunjukkan adanya perbedaan penurunan sel radang. Pada tabel 6, ekstrak kulit manggis 10% antara hari ke-1 dan 3 serta hari ke-3 dan 7 tidak menunjukkan adanya perbedaan penurunan sel radang, namun antara hari ke-1 dan 7 menunjukkan adanya perbedaan penurunan sel radang.
Hasil uji efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis pada inflamasi gigi kelinci menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka efek antiinflamasi semakin baik. Namun, biodentin memiliki efek antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan ekstrak kulit manggis pada penelitian yang dilakukan. Pada tabel 7, efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis 5% dibandingkan dengan biodentin menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (P=0,062) dalam mengatasi inflamasi pulpa. Hal yang sama juga terjadi saat membandingkan ekstrak kulit manggis 10% dengan biodentin (P=0,373). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa hipotesis kedua ditolak yaitu ada perbedaan efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis 5% dan 10% terhadap biodentin.
(63)
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek antiinflamasi ekstrak kulit manggis 5% dan 10% yang ditandai dengan adanya penurunan sel-sel radang hingga ke penyembuhannya pada gigi kelinci. Dari hasil uji Kruskal-Wallis Test terdapat perbedaan respons inflamasi yang signifikan pada kelompok ekstrak kulit manggis 10% (P=0,047) antara hari ke-1, 3, dan 7. Sebaliknya pada ekstrak kulit manggis 5% tidak ada perbedaan respons inflamasi yang signifikan (P=0,061). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit manggis 10%memiliki efek antiinflamasi pada kasus pulpa yang mengalami pulpitis reversibel. Dari hasil uji Mann Whitney Test tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak kulit manggis 5% (P=0,062) dan 10% (P=0,373)terhadap biodentin.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi ekstrak kult manggis yang paling optimal untuk menurunkan inflamasi
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa aktif mana yang paling berperan dari kulit manggis untuk mengatasi inflamasi 3. Perlu dilakukan uji biokompabilitas dan bioaktivitas dari ekstrak kulit manggis
untuk melihat kemampuan proliferasi sel-sel pulpa.
4. Perlu dilakukan penelitian secara bioseluler dan biomolekuler untuk melihat pembentukan dentin reparatif dengan mengunakan ekstrak kulit manggis
5. Perlu dilakukan pengujian bahan aktif pada ekstrak kulit manggis untuk digunakan sebagai bahan kapng pulpa
(64)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan pulpa merupakan hal yang paling penting dalam keberhasilan prosedur restoratif.18Respon selular dan molekuler terjadi di dalam pulpa sebagai reaksi terhadap karies dan trauma, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi dan/atau regenerasi pada jaringan dan sel. Pulpa, sama seperti jaringan lain pada tubuh yang terkena injuri, pada awalnya akan meningkatkan pertahanan dengan menyingkirkan infeksi dan memungkinkan penyembuhan luka untuk terjadi.19
Salah satu bahan medikamen yang mulai banyak digunakan untuk perawatan endodonti adalah biodentin. Biodentin merupakan semen bioaktif baru dengan bahan-bahan mekanis menyerupai dentin yang memiliki banyak kegunaan dengan biokompabilitas tinggi. Namun, harga biodentin tergolong agak mahal dibandingkan bahan medikamen lainnya.20Oleh karena itu, diharapkan ekstrak kulit manggis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikembangkan menjadi bahan kaping pulpa dan memiliki efek antiinflamasi dengan harga yang relatif terjangkau.
2.1Pulpa
Pulpa adalah jaringan lunak yang terdiri dari mesenkim yang terletak di tengah gigi. Pulpa dikelilingi oleh dinding yang kaku sehingga tidak mampu berekspansi ketika terkena injuri, dimanan bengkak merupakan salah satu proses inflamasi. Hal ini menyebabkan pulpa rentan terhadap perubahan tekanan dan mempengaruhi ambang sakit.2,4
Pulpa terdiri dari sel, substansi dasar, serat, cairan interstisial, odontoblas, fibroblas dan komponen seluler lainnya. Pulpa juga merupakan sistem mikrosirkular yang terdiri dari arteriol-arteriol dan venula sebagai komponen vaskular terbesar.4Suplai darah yang minimum pada pulpa ini mengurangi kapasitas pulpa dalam memperbaiki injuri yang terjadi.4
(65)
Pulpa terbagi ataskoronal (ruang pulpa) dan radikuler (saluran akar). Bagian lainnya yaitu tanduk pulpa,orifisi kanal, kanal lateral, dan foramen apikal. Anatomi internal dari komponen pulpa ini diubah oleh pembentukan dentin sekunder atau sementum.
2.1.1 Fungsi Pulpa Pulpa memiliki 5 fungsi:4 • Induksi
Pulpa turut serta dalam proses inisiasi dan pembentukan dentin, yang kemudian akan membentuk enamel.
• Formasi
Odontoblas membentuk dentin dengan 3 cara yaitu mensintesa dan mensekresi matriks-matriks inorganik, mengantarkan komponen inorganik ke matriks yang baru terbentuk dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk proeses mineralisasi matriks.
• Pertahanan
Odontoblas dapat membentuk dentin sebagai respon dari injuri, trauma atau prosedur restoratif. Selain itu, pulpa mempunyai kemampuan untuk memproses dan mengidentifikasi substansi asing dan mengaktifkan respon imun terhadapnya.
(66)
• Nutrisi
Pulpa menyuplai nutrisi yang penting untuk pembentukan dentin (contohnya, dentin peritubular) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
• Sensasi/ Inervasi
Pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang dimediasikan melalui dentin atau enamel ke saraf pusat yang lebih tinggi, yang diekspresikan melalui rasa sakit.
2.1.2 Inervasi/Persarafan Pulpa
Rasa sakit merupakan fenomena kompleks yang terjadi akibat potensial yang ada di gigi dibangkitkan oleh suatu rangsangan yang mengaktifkan sinyalnya ke otak. Apapun rangsangan yang mengenai pulpa, baik secara termis, kemis ataupun mekanis akan menghasilkan rasa sakit pada pulpa. Intensitas, lokasi dan kualitas dari rasa sakit akan berbeda, tergantung pada tipe rangsangannya, serta tipe dari serabut saraf yang bekerja di dalam prosesnya.Sistem saraf pada pulpa merupakan media yang tepat dalam memberikan sinyal yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada gigi.21,22
Komponen jaringan saraf pulpa terdiri atas serabut syaraf sensori dan serabut saraf motorik, dimana serabut saraf sensorik merupakan cabang dari saraf kranial ke V yang disebut saraf trigeminal. Serabut-serabut saraf tersebut memasuki pulpa melalui foramen apikal bersama dengan pembuluh darah. Setelah memasuki pulpa, kumpulan saraf tersebut mengarah ke koronal dan terbagi menjadi cabang-cabang yang lebih kecil sampai sebuah aksin membentuk jaringan pertahanan di dekat batas pulpa-dentin, yang disebut pleksus Raschkow. Akson-akson ini juga bisa masuk ke dalam tubulus dentin dalam bentuk ujung-ujung saraf.4
Serabut-serabut saraf sensorik pada pulpa diklasifikasikan menurut diameter, kecepatan konduksi dan fungsinya menjadi dua : A fibers yang bermielin dan C fibers yang tidak bermielin. Keduanya memiliki peranan dalam fungsi pertahanan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa satu serabut saraf telah dilaporkan dapat mensarafi pulpa pada beberapa gigi sekaligus.4
(67)
Serabut saraf yang memiliki diameter lebih besar diklasifikasikan menjadi A fibers. 90% dari A fibers merupakan Aδ fibers, dan sisanya Aβ fibers. A fibers terletak pada batas dentin-pulpa di bagian koronal dan terkonsentrasi di tanduk pulpa.
Aδ fibers lebih cepat dalam mengkonduksi, memiliki ambang rangsang yang rendah dan bertanggung jawab atas rasa sakit yang tajam, cepat, sesaat dan terlokalisir. Karakteristik ini menjadikan mereka sebagai serabut saraf pertama yang berekasi dan mentransimisikan rangsangan sakit meskipun tidak ada kerusakan yang irreversibel. Serabut A fibers memiliki diameter 2-5µm dengan kecepatan konduksi 6-30m/s.4,21,22
Gambar 2 Gambaran skematis yang menunjukkan lokasi serabut saraf sensorik di dalam pulpa dan dentin. Persentasi tubulus yang dipersarafi di daerah A-D pada tabel di sebelah kiri. Px = Pleksus Raschkow; cfz = cell-free zone; O = Odontoblas; p = predentin.20
(68)
Serabut saraf yang dengan diameter yang lebih kecil diklasifikasikan menjadi C fibers. C fiberslebih lambat dalam mengkonduksi signal dan bertanggung jawab atas rasa sakit yang tumpul dan berdenyut. Reseptor sakit menyampaikan pesan ke otak dengan nilai yang berbeda tergantung ukuran, diameter dan selaput dari saraf tersebut. C fibers terletak di dalam inti atau bagian sentral dari pulpadan teraktivasi oleh rangsangan panas(termis). Diameter C fibers berkisar antara 0,4-1µm dan kecepatan konduksinya 0,5-2m/s.4,21,22
2.1.3 Sel Pulpa
Sebagai bagian dari pertahanan gigi melawan bakteri, sel-sel dalam pulpa akan melepaskan mediator-mediator molekuler seperti sitokin dan kemokin, yang mengarahkan sel-sel inflamasi dan sel-sel imun ke daerah infeksi dan injuri.Setelah itu, sel-sel ini akan mengeliminasi bakteri dan menyingkirkan debris dari jaringan host yang dihasilkan. Sumber dari mediator molekular dari respon imun tergantung pada tingkatan infeksi karena di tingkatan yang relatif awal dari inflamasi sel yang akan terlibat adalah sel odontoblas, kemudian dilanjutkan oleh fibroblas, sel-sel
Gambar 3 Serabut-serabut saraf pada pulpa. Warna merah : A delta fibers, warna kuning : C fibers4
(69)
endotelilal dan sel imun jaringan yang akan mendeteksi dan memberikan respon terhadap bakteri.4
2.1.3.1 Sel Odontoblas
Odontoblas merupakan sel yang paling khas pada pulpa. Odontoblas membentuk suatu lapisan di perifer dan mensintesa matriks, yang kemudian termineralisasi dan menjadi dentin. Di bagian koronal dari ruang pulpa terdapat banyak sekali odontoblas dan berukuran relatif besar dan berbentuk kolom. Jumlahnya sebanyak 45.000-65.000/mm2 di area tersebut. Di bagian servikal dan bagian tengah dari akar jumlahnya semakin sedikit dan berbentuk pipih (squamous). Dalam masa hidupnya, yang dimana hampir sama dengan periode vitalitas pulpa, odontoblas melalui fase fungsional, transisional dan istirahat, yang ditandai dengan ukuran sel dan ekspresi organel yang berbeda.19
Odontoblas yang terletak di perifer pulpa merupakan sel pertama yang menghadapi invasi bakteri. Odontoblas juga merupakan sel yang paling aktif dalam pembentukan awal dentin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sel odontoblas merupakan sel immunokompeten yang mampu mendalangi respon imun.Odontoblas utamanya mensintesa kolagen tipe I dan proteoglikan. Selain itu, odontoblas juga mensekresi sialoprotein, alkalin fosfatase, fosfoforin. 19,23
2.1.3.2 Sel Fibroblas
Fibroblas merupakan tipe sel yang paling umum dan paling banyak terdapat di dalam pulpa. Sel ini cenderung berkonsentrasi pada daerah kaya sel, terutama pada bagian koronal. Fibroblas pada pulpa tidak pernah bertumbuh dan tetap berada dalam keadaan yang tidak berubah, berbeda dengan fibroblas pada jaringan ikat lainnya.24
Fibroblas mensintesa kolagen tipe I dan III, membentuk substansi dasar, serta bertanggung jawab dalam memproduksi dan mensekresi komponen ekstraselular matriks lainnya seperti proteoglikan dan fibronektin.Matriks protein yang dihasilkan terlibat dalam proses penyembuhan luka dan perbaikan jaringan epitel. Fibroblas
(70)
yang distimulasi oleh sitokin-sitokin inflamasi dan produk-produk bakteri berperan pada degradasi jaringan ikat selama inflamasi pulpa.25
2.1.3.3Sel-sel Mesenkim yang Tidak Berdiferensiasi
Sel-sel mesenkim ini terdistribusi di daerah kaya sel dan zona sentral pulpa dan sering menempati area perivaskuler. Sel-sel ini memiliki bentuk stelata dengan rasio nukleus-sitoplasma yang tinggi. Namun, sel-sel ini sulit dibandingkan dengan sel fibroblas di bawah mikroskop. Setelah menerima rangsangan, sel-sel ini akan berdiferensiasi dan berubah menjadi fibroblas atau odontoblas. Jumlah sel-sel ini akan menurun pada sel pula dewasa, bersamaan dengan menurunnya kemampuan regenerasi jaringan pulpa.25
2.1.3.4Sel Dendritik
Pulpa dilengkapi dengan komponen seluler yang penting untuk pengenalan awal dan pemrosesan antigen, oleh sebab itu pulpa memiliki reaksi untuk memicu reaksi pertahanan tubuh. Sel imun utama pada sel pulpa normal adalah sel , makrofag dan sel dentritik.
Sel dendritik pulpa merupakan sel-sel immunokompeten pulpa yang berfungsi sebagai sel penyaji antigen(Antigen presenting cell/APC). Sel-sel dendritik banyak dijumpai di daerah perivaskuler, tersusun dengan aksis longitunalnya paralel dengan sel-sel endotel. Selain itu, sel-sel dendritikmempunyai kapasitas yang kuat untuk memberikan sinyal yang menyebabkan proliferasi sel-sel T dibandingkan terhadap sel makrofag. 25,26
2.1.4 Sel Inflamasi Pulpa
2.1.4.1 Leukosit Polimorfonuklear/Neutrofil
Leukosit merupakan sel utama yang tampak pada abses mikro dan efektif dalam menghancurkan serta memfagositosis bakteri dan sel-sel mati.Bentuk yang paling umum dari leukosit adalah neutrofil, meskipun neutrofil tidak tampak pada pulpa yang sehat. Neutrofilmemiliki diameter 10-12µm di dalam hapusan darah
(71)
dilihatsecara histologi. Neutrofil bisa diidentifikasi melalui inti selnyayang multilobus.Ciri khas yang dimiliki neutrofil adalah kemampuannya untuk berpindah tempat, dimana sel terbanyak yang pertama kali masuk ke daerah injuri adalah neutrofil. Ketika sampai di daerah injuri, neutrofil akan mengenali substansi-substansi asing dan memfagositosis bakteri. 4,27
2.1.4.2 Makrofag
Sel ini berasal dari sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi atau monosit. Monosit merupakan sel kedua yang akan masuk ke dalam daerah injuri setelah neutrofil. Sel berbentuk oval besar atau gelendong yang terlibat dalam proses eliminasi sel-sel yang mati, debris, bakteri, benda asing,dll. Penyembuhan luka secara normal tergantung pada keikutsertaan makrofag dalam respon imun, makrofag akan menjadi sel yang utama setelah sel neutrofil mati.Makrofag memiliki diameter sekitar 20µm dan memiliki inti sel yang berbentuk seperti ginjal. Sitoplasmanya terlihat seperti tentakel dari sel pseudopia atau seperti kail. 4,27,28
(72)
2.1.4.3 Limfosit
Dalam pulpa normal, umumnya ditemukan T-limfosit namun B-limfosit sangat jarang. Sel-sel ini muncul pada lokasi injuri setelah invasi neutrofil. Kehadiran dari T-limfosit dan B-limfosit menandakan adanya iritasi yang persisten, karena sel-sel tersebut diasosiasikan dengan injuri dan dihasilkan oleh respon imun. T-Limfosit memegang peranan penting dalam regulasi imun dan respon inflamasi melalui sekresi sitokin antiinflamasi seperti InterLeukin 10. 27
Gambar 5 Sel Makrofag dan Neutrofil (panah hitam)23
(73)
2.1.4.4 Sel Mast
Sel mast berdiameter 6-12µm dan memiliki inti sel yang bulat. Sitoplasmanya dipenuhi oleh granul-granul yang basofilik dan metakromatik. Sel mast terdistribusi secara merata di jaringan ikat dan jarang ditemukan pada jaringan pulpa normal. Granul dari sel mast mengandung heparin dan histamin yang merupakan mediator inflamasi. Ketika terstimulasi, sel mast akan berdegranulasi melepaskan histamin yang mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah kemudian membebaskan cairan dan leukosit.23,28
2.1.4.5Sel Plasma
Sel plasma merupakan sel yang bebas, dengan diameter 10-20µm dan berbentuk bulat atau poligonal. Inti sel plasma berbentuk bulat dan terletak agak ke tepi sehingga sitoplasmanya tampak lebih luas. Sitoplasmanya bersifat basofilik dan tidak memiliki granul. Sel tipe ini umumnya muncul setelah invasi neutrofil ke daerah injuri berlangsung. Sel plasma tidak terlihat pada jaringan pulpa yang sehat, namun sel ini diasosiasikan dengan injuri dan respon imun dalam menghancurkan, merusak, atau menetralisasikan substansi-substansi asing. Kehadiran sel plasma mengindikasikan adanya iritasi yang persisten. Sel plasma merupakan diferensiasi dari sel limfosit B setelah berkontak dengan suatu antigen.23,28
(74)
2.2 Inflamasi Pulpa
Sama seperti bagian tubuh yang lain, inflamasi juga bisa terjadi pada pulpa. Inflamasi pulpa tidak terjadi hanya saat bakteri yang terdapat pada gigi yang rusak mencapai pulpa. Bakteri mungkin saja telah mencapai pulpa lebih cepat dan memulai proses inflamasi lebih dulu. Inflamasi yang terjadi bisa berupa akut atau kronis, karena sama seperti jaringan lainnya, pulpa akan bereaksi terhadap bahan iritan dengan respon imun. Derajat inflamasi akan mempengaruhi intensitas dan keparahan dari kerusakan jaringan. 2
Proses inflamasi akan dimulai saat jaringan mengalami kerusakan jaringan dan berlangsung selama 3-5 hari. Inflamasi memiliki 2 fase yaitu fase vaskular dan fase selular. Fase selular ditandai awal dengan adanya vasokonstriksi pembuluh yang terkena injuri. Vasokonstriksi memperlambat aliran darah ke jaringan injuri, membentuk koagulasi darah. Dalam hitungan menit, histamin, prostaglandin E1 dan E2, bersama dengan sel darah putih, akan menyebabkan vasodilatasi serta membuka ruang kecil di antara sel endotelial sehingga plasma darah lolos dan leukosit bermigrasi ke jaringan interstisial. 29
Gejala utama dari inflamasi yaitu kemerahan, bengkak, rasa panas, sakitdan hilangnya fungsi–rubor et tumour cum calore et dolore etfunctio laesa-. Rasa panas dan kemerahan disebabkan oleh vasodilatasi; bengkak disebabkan oleh transudat
(75)
cairan; dan rasa sakit dan kehilangan fungsi disebabkan oleh histamin, kinin, dan prostaglandin yang dilepaskan oleh leukosit, juga disertai dengan tekanan dari udema.29
Stimulus awal inflamasi memicu pelepasan mediator kimia dari plasma atau jaringan ikat. Mediator terlarut tersebut akan bekerja sama atau secara berurutan memperkuat respon awal inflamasi dan mempengaruhi perubahannya dengan mengatur respon vaskular dan selular. Mediator kimiawi yang penting dalam proses inflamasi antara lain:
a. Histamin
Histamin secara luas telah dikenal sebagai mediator kimiawi pada radang akut. Histamin mengakibatkan dilatasi vaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi otot nonvaskular dan menstimulasi reseptor yang berperan dalam rasa sakit.
b. Sitokin
Sitokinin, termasuk di dalamnya interleukin(IL) 1-10, tumor necrosis factor ∝ (TNF-∝), dan interferon � (INF- �) diproduksi secara dominan oleh makrofag dan limfosit. Peranan sitokin di dalam inflamasi sangat kompleks. Polipeptida ini akan mengatur aktivitas dan fungsi sel lainnya untuk mengkordinasi dan mengontrol proses inflamasi.
c. Metabolisme asam arakidonat
Asam arakidonat merupakan prekusor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan, maka enzim fosfolipase diaktivasi untuk mengubah fosfolipid tersebut menjadi asam arakidonat, kemudian sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase dan seterusnya menjadi prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan. Bagian lain dari asam arakidonat diubah oleh enzim lipooksigenase menjadi leukotrien.
Enzim pertama dalam jalur pembentukan prostaglandin adalah prostaglandin G/H sintetase, atau yang dikenal dengan nama siklooksigenase (COX). Enzim ini mengubah asam arakidonat (AA) menjadi Prostaglandin G2 (PGG2) dan Prostaglandin H2 (PGH2) , yang akan diubah menjadi tromboksan A2 (TXA2) dan bentuk prostaglandin lainnya. Prostaglandin yang paling berperan dalam suatu proses
(1)
ke-1... 51
5.1.2 Pengamatan Reaksi Jaringan Pulpa Gigi Kelinci pada Hari ke-3... 53
5.1.3 Pengamatan Reaksi Jaringan Pulpa Gigi Kelinci pada Hari ke-7... 55
5.2 Uji Efek Antiinflamasi Jaringan Pulpa... 57
5.3 Analisis Hasil Penelitian... 57
BAB 6 PEMBAHASAN………... 61
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 66
7.1 Kesimpulan………...66
7.2 Saran………...66
DAFTAR PUSTAKA………... 67 LAMPIRAN
(2)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Variabel Bebas……….……... 34 2. Definisi Operasional Variabel Terikat………... 35 3. Pengamatan respon inflamasi jaringan pulpa setiap kelompok bahan pada
setiap periode waktu (hari ke-1, 3,dan 7) ………... 57 4. Hasil uji Kruskal-Wallis Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi seluruh
bahan coba antara ke-3 periode waktu... 58 5. Hasil uji Mann-Whitney Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi antara
ke-3 periode waktu pada kelompok ekstrak kulit manggis 5%…....………… 58 6. Hasil uji Mann-Whitney Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi antara
ke-3 periode waktu pada kelompok ekstrak kulit manggis 10%…...………… 59 7. Hasil uji Mann-Whitney Test α=0,05 perbedaan respons inflamasi antara
Ekstrak kulit manggis 5% dan ekstrak kulit manggis 10% terhadap
(3)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anatomi Gigi dan Anatomi Pulpa………....………... 6
2. Gambaran skematis lokasi serabut saraf sensorik di dalam pulpa dan dentin………... 8
3. Serabut-serabut saraf pada pulpa...………... 9
4. Sel Neutrofil...…....…… 12
5. Sel Makrofag...…....…... 13
6. Sel Limfosit... 13
7. Sel Mast dan Fibroblas... 14
8. Sel Plasma... 15
9. Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)... 21
10. Struktur Kimiawi Alfa-mangostin dan Beta-mangostin... 23
11. Kelinci (Oryctogalus cuniculus)... 25
12. Struktur anatomis gigi kelinci... 26
13. Struktur insisivus gigi kelinci pandangan lateral... 26
14. Struktur cheek teeth kelinci pandangan lateral... 26
15. Buah manggis dikeluarkan dan dibersihkan dari kotoran... 37
16. Kulit buah manggis diiris tipis... 37
17. Kulit buah manggis yang telah diiris tipis dimasukkan ke dalam lemari Pengering; kulit manggis setelah dikeringkan... 38
(4)
kemudian dihaluskan... 38
19. Simplisia ditimbang dan dimaserasi dalam etanol 70% selama 30 menit... 39
20. Penampungan perkolat... 40
21. Penguapan perkolat dengan menggunakan vacuum rotary evaporator... 40
22. Ekstrak kulit manggis... 40
23. 10 ml aquadest dipanaskan... 41
24. 10 mg bubuk CMC... 41
25. 10 mg bubuk CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi aquadest 10 ml... 41
26. Diamkan 30 menit... 41
27. Penggerusan CMC hingga homogen... 42
28. Ekstrak kulit manggis ditimbang 0,5 gram... 42
29. Ekstrak kulit manggis dan larutan CMC digerus hingga homogen... 42
30. Ekstrak kulit manggis 5% dan 10%... 42
31. Ekstrak kulit manggis ditimbang 1 gram... 43
32. Ekstrak kulit manggis dan larutan CMC digerus hingga homogen... 43
33. Adaptasi kelinci dalam kandang... 43
34. Kelinci dipasung... 44
35. anastesi intravena melalui pembuluh marginal ear vein... 44
36. Pengeburan gigi kelinci... 46
37. Perforasi gigi kelinci... 46
38. Injeksi ekstrak kulit manggis 5%, 10%, dan biodentin pada I1 atas, I2 atas dan I1 bawah... 46
(5)
41. Gigi insisivus yang telah ditambal... 46
42. Pengambilan rahang kelinci yang telah diberi anastesi laten dan didekapitasi.... 47
43. Gigi kelinci yang telah diekstraksi...47
44. Gigi yang telah dimasukkan ke dalam Botol Eppendorf...48
45. Perapat histologi gigi kelinci... 48
46. Kelompok ekstrak kulit manggis 5% respons inflamasi sedang, hari 1.... ... 51
47. Kelompok ekstrak kulit manggis 10% respons inflamasi sedang, hari 1... 51
48. Kelompok Biodentin respons inflamasi sedang, hari 1... 52
49. Kelompok kontrol negatif respons inflamasi sedang, hari 1... 52
50. Kelompok ekstrak kulit manggis 5% respons inflamasi sedang, hari 3.... ... 53
51. Kelompok ekstrak kulit manggis 10% respons inflamasi ringan, hari 3... 53
52. Kelompok Biodentin respons inflamasi ringan, hari 3... 54
53. Kelompok kontrol negatif respons inflamasi sedang, hari 3... 54
54. Kelompok ekstrak kulit manggis 5% respons inflamasi ringan, hari 7... 55
55. Kelompok ekstrak kulit manggis 10% respons inflamasi normal, hari 7... 55
56. Kelompok Biodentin respons inflamasi normal, hari 7... 56
(6)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Skema alur pikir 2. Alur penelitian
3. Hasil pengamatan sel radang sampel pada hari ke-1, 3, dan 7 4. Hasil analisis data uji statistik
5. Surat LIPI untuk hasil identifikasi/determinasi tumbuhan
6. Ethical Clearance
7. Surat ijin penelitian Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU 8. Surat ijin penelitian Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi USU